Kota Jakarta

42 0 0
                                    

Sore hari aku baru saja selesai olahraga di bawah gym apartemenku, group whatsapp ku sudah heboh terkait info dirumahkan kita dapat undangan ke kantor untuk briefing.
Sudah hampir 2 bulan juga aku jarang terbang dalam sebulan mungkin hanya 3 kali saja terkait pandemi ini, kita pun juga takut kalau sampai kita kenapa-kenapa nyawa kita jelas taruhannya karena kita tidak pernah tau virus itu ada di tubuh orang atau tidak.
Aku naik kekamar dan infoin bella kalau kita ada undangan ke kantor untuk briefing, besok kita janjian untuk siap-siap ke kantor kira-kira seperti apa penjelasannya.

Hari ini kita sudah janjian dengan rekan-rekan angkatanku, terakhir kali aku ke kantor ini keingat diantar oleh dia jadi nya keingat lagi, sudahlah...
Siang itu kita di kumpulkan diruangan dan di infokan karena wabah ini dengan berat hati perusahaan harus merumahkan kita selama 3 bulan, aku juga rasa keputusan ini sudah benar demi keselamatan kita juga dan mungkin aku butuh waktu untuk sendiri i need a time to know my self better sebab rasanya aku sudah tidak mengenali diriku sendiri.
Bella memutuskan untuk pulang ke bali dia akan nginap di mama dan papa tirinya dan aku memutuskan untuk pulang ke makassar hikmahnya aku bisa lebaran bareng sama keluargaku tanpa fikir panjang aku urus tiket pulang dan lebih dulu tinggalin jakarta kebanding bella.
Aku ninggalin bella di apart dan separuh barang-barangku aku titipkan di apartemen temanku karena aku rencana untuk pindah dari unit yang aku tinggali, terasa pengecut tapi aku harus melangkah pergi walaupun sepertinya masih harus terseret-seret untuk melangkah meninggalkan dia dan semua kenangan kita di apartemen ini.
Aku pulang ke makassar shubuh hari, berat rasanya pamit ke bella aku takut tangisan ku pecah di hadapannya mungkin aku bisa bicara semua isi hatiku pada saat keadaan ngga sadar aja.
Tangis ku pecah aku mengirim teks ke bella sebelum aku berangkat, maaf aku tidak pamit dan tinggalin dia sendiri di apart. Kebetulan hari itu juga H-1 sebelum lebaran, aku nangis di ruang tunggu bandara.
Sontak aku keinget kalung hadiah dari dia yang aku genggam di tanganku, aku masih membawa nya kemanapun aku pergi kalung ini berwarna rose gold dengan initial huruf A nama huruf pertamaku dan nama huruf pertamanya nama panggilannya sewaktu kecil.
Hari itu aku memakai nya sebelum naik kepesawat, aku nangis menatap mengarah ke jendela pesawat berfikir mengapa aku selemah ini, bukankah aku sudah sering menjadi pilihan terakhir yang dikecewakan?
Aku berusaha menguatkan diri ini, saat pintu pesawat di tutup dan lepas landas aku meninggalkan jakarta di ketinggian 30.000 feet. Ya Tuhan ketika aku kembali lagi aku berharap tak ada lagi tangisku, setiap kali amarahku meneriakkan kerugian dan kesakitanku dan setiap memori yang ingin memutar kembali kejadian itu biarkan kebijaksanaan dan kedewasaan yang mengajarkan dan menguatkanku.

Kisah Sang PramugariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang