3. Basalt Stone

67 2 0
                                    

***

Jam menunjukkan pukul setengah 3 sore,

"Hmmm pulang yok" ucap Dito seraya berdiri dan membenarkan gendongan tas punggungnya

"Ayokk lah, Bubar!!! Bubar!!!! Bubar!!!! " sahut Rama dengan Serunya

"Yaelahhh, baru juga jam segini, bentaran dikit napa?" sanggah Doni pada mereka.

"Yaaa maap, gua udah janji sama ibuk gua, kalo pulangnya agak sorean doang" ucap Rama Pada Doni.

"Yaudah, pulang sana, ati ati, salam buat ibuk yak,"

"Siap!"ucap Rama singkat

"Lah elu gak balik juga don?" tanya Dito pada Doni

"Bentar lagi, kalean duluan aja"

"Yaudah ok" respon Dito pada Doni kemudian dia berjalan keluar tongkrongan bersama Rama

"Duluan yak Don" ucap Risky kemudian berjalan menyusul mereka berdua.

"Yooii!" sahut Doni sambil mengangkat tangan kanannya pada Risky dengan kedua mata tertuju pada handphone yang ia genggam.

***

"Tik,tik,tik,tik" suara jam dinding mengisi keheningan di tongkrongan yang hanya tersisa Doni seorang.

Doni mengambil nafas panjang lalu menghembuskannya melalui mulut, seraya berdiri untuk berjalan keluar, langkahnya menjadi berat, seakan tak ingin meninggalkan tempat tersebut.

Tiba - tiba Saku celananya bergetar, tangan kanan Doni yang kurus itu menyambut handphonenya, lalu memegangnya setinggi dada

"Kak, pulangnya jangan sore - sore ya, Gina takut," isi pesan tersebut yang langsung dibalas cepat Doni

"Iya, ini kakak mau perjalanan pulang, jangan lupa pintu kamar di kunci ya" balas Doni

Kemudian  Doni keluar, lalu bergegas memakai helm, dan mulai menaiki motor bebeknya.

***

Mata Doni yang cerah saat bersama teman - temannya, kini berubah bak tanpa ekspresi, mengawasi jalan yang hampir tiap hari dilaluinya.

Sekilas pikiran tentang adiknya muncul, Doni spontan menambah laju kendaraannya

***

"Jegegegeg" suara motor Doni saat di matikan setibanya ia di rumah, ia pun melepas helm yang  dikenakannya, lalu berjalan masuk ke rumahnya.

Sesampainya di dalam rumah, Doni berjalan menuju pintu kamar adiknya,

"Tok,tok,tok"suara ketukan pintu kamar terdengar nyaring

"Dek, Kakak pulang"

"Klek,klek" suara kunci pintu yang di buka dari dalam, kemudian pintu perlahan terbuka,

Terlihat sepasang mata layu,dengan sisa air mata menempel, menatap mata Doni,

"Kak, tadi siang bapak pulang,trus marah-marah lagi kayak kemarin"

"Iya" ucap singkat Doni pada Adiknya seraya menepuk lembut kepala adiknya

"Terus bapak kemana sekarang?" Doni menyambung Perkataannya

"Gak tau, kayaknya udah pergi lagi"

"Syukurlah" ucap Doni dalam hati.

"Udah makan belum?"

"Belum kak,."

Kemudian Doni membuka tas sekolahnya yang sudah bolong - bolong di beberapa bagiannya, lalu menarik keluar plastik hitam berisikan dua bungkus nasi hangat beserta lauk sederhana yang sempat ia beli saat perjalanan pulangnya tadi.

"Ayok keluar dulu, kakak mau ambil piring sama sendok di dapur" ajak Doni yang berdiri di depan kamar adiknya, lalu ia melangkah kedapur

Mata Doni yang tenang tadi berubah tegang saat ia sampai di dapurnya, Alat-alat masak berserakan dimana - mana, beberapa Gelas, dan piring pecah berhamburan di lantai, ulah dari bapaknya yang suka membanting barang-barang di rumahnya saat dia sedang marah. kemudian doni melangkah lagi untuk mengambil piring, sendok, dan segelas air untuk adiknya, lalu berjalan ke ruang tengah dimana adiknya telah menunggunya.

"Nih, makan yang kenyang, dihabisin ya" ucap Doni pada adiknya. Kemudian ia berlalu, kembali ke dapur untuk membereskannya.

***

Malam harinya, waktu menunjukkan pukul sepuluh malam, di ruang tengah yang remang - remang, Doni menatap Kosong Tembok yang ada di depannya, Berputar otak, mengenai apa yang akan dilakukannya setelah ia lulus dari sekolahnya, adiknya yang masih kelas Dua SMP, tertidur dengan lelapnya di kamar.

"DOK!DOK!DOK!" Suara pintu depan yang terkunci dari dalam, Di gedor dengan kerasnya

"WOYY,BUKAAA!!! WOOYYY!!" terdengar suara serak seseorang dengan kerasnya

Doni yang mendengar teriakan pemabuk itu, tetap tak beranjak dari tempat ia duduk

"WOOYY, ANAK BANGSAT!!!!" BUKA PINTUNYA NJING!!" suara pria itu semakin keras, ditambah gedoran pada pintu depan yang terus menerus.

Doni yang khawatir adiknya terbangun lalu berjalan menuju kamar adik perempuannya, kemudian mengunci pintu kamar adiknya dari dalam.

Ia melihat adiknya,tertidur dengan selimut tersingkap, terlihat Lengan kanannya terdapat luka lebam yang diakibatkan perlakuan Bapaknya yang tukang mabuk.

Lalu Doni dengan perlahan menarik selimut yang tersingkap itu hingga sejajar dengan leher adiknya, kemudian Ia mengelus elus kepala adiknya itu.

Selanjutnya ia duduk di kursi belajar yang terbuat dari kayu milik adiknya, hingga perlahan Lelap pun menghinggapi Doni di iringi gedoran dan teriakan dari luar rumah.

Begitulah, hampir setiap hari, Doni menjalani malam harinya dengan keadaan yang kurang lebih sama.

***

Keesokan paginya, Doni terbangun oleh ayam tetangga yang berkokok saling bersahut sahutan, masih dengan posisi terduduknya.

Kemudian ia membangunkan adiknya yang masih terlelap itu,

"klek,klek" suara pintu kamar di buka oleh Doni.

Doni melonggokkan kepalanya mengawasi ke ruang tengah, kemudian ia berjalan perlahan menuju pintu depan, memastikan apakah pintunya masih terkunci.

Dan sesuai harapannya,pintunya masih terkunci, lalu ia membuka pintu dengan hati - hati, memastikan bapaknya tidak berada di luar, setelah dirasa aman, kemudian ia kembali ke kamar adiknya, menyuruh  adik perempuannya itu untuk mandi sebelum berangkat ke sekolahnya.

***

Doni berdiri di depan cermin, memantaskan dirinya dengan seragam SMK berwarna biru yang ia kenakan, yang tinggal setengah tahun kedepan ia gunakan.

Kemudian Doni berjalan ke luar kamarnya, mencari adiknya yang sudah siap berangkat sekolah bersamanya dengan menaiki motor Bebek milik Doni

Tak ada sarapan bagi Doni, terkadang tetangga memberi lauk serta nasi sebagai wujud kemurahan hatinya, tetapi ia tak memakannya, ia lebih memilih jatah sarapannya di simpan untuk makan siang adiknya sepulang sekolah,

Ketika adiknya menanyai alasan keputusan Doni tersebut, Doni selalu menjawab "udah, kakak sarapan soto aja di kantin, lebih enak tauk"  sambil tersenyum pada adiknya itu.

Setelah mengunci pintu depan rumahnya, lalu meletakkan kunci tersebut di ventilasi atas pintu, ia dan adiknya pun pergi berangkat ke sekolah bersama, Doni selalu mengantar adiknya ke depan gerbang sekolah SMP yang sejalan dengan Arah ia berangkat sekolah.

*****

 Lies a RockTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang