7. Origami bentuk burung

3 1 0
                                    


Suara kekehan dan tepuk tangan menggema, memecah keheningan di antara mereka. Rhevan menoleh ke arah temannya, menyela perbuatann teman-temannya. Sementara Caya yang malu dengan apa yang sudah dilontarkannya mendekati Sita, berbalik badan seolah ingin memeluk Sita.

"Ei, Lele, kenapa baru masuk? Dan kenapa lo nggak ngantar teman gue, sampai rumah, hah?" tanya Sita membuat panas suasana.

"Tanyalah sama temen lo tuh," jawab Rhevan singkat sambil melangkah, sedangkan Dean dan Rian mengikuti di belakang sambil membawa sisa tawanya.

"Dih," heran Sita sambil membalikkan badan bersamaan dengan Cahaya, mereka terus memerhatikan ketiga anak laki-laki yang hanya melintas tanpa menuntaskan rasa penasarannya.

"Bro, lo kejam, anak orang nangis lo."

"Santai, aja sih." Rhevan menanggapi dengan santainya. Mereka sama melenggang masuk kelas.

Mereka masuk beriring ke kelas. Seperti yang ketiganya saksikan, kelas dalam kondisi seperti biasanya, kerumunan tetap mengisi, sebelum datangnya sang penertib kelas sekaligus empunya ilmu, kelas akan dalam kondisi bak pasar. Di barisan depan meja guru terdapat beberapa anak yang sedang bersenandung, salah satu dari mereka memetik ukulele. Di dekatnya sekumpulan anak murid perempuan berdiskusi ria. Di paling belakang kelas, terdapat beberapa anak perempuan dan laki-laki yang sedang heboh menonton musik video. Mereka saling meluapkan ekspresinya, saling memberi kesan.

Rhevan dan kedua temannya langsung menempati posisi duduknya seperti biasa.

Dua orang yang memerhatikan Rhevan yang sedang berpangku tangan di mejanya, seakan bosan. Salah satu dari keduanya membisiki yang lainnya lalu mengeluarkan sticky note berwarna pink dan pulpen. Dengan lesat ia membubuhi beberapa kaimat di bagian dalam kertas itu lalu melipatnya dengan lesat membentuk sesuatu yang lain. Burung.

***

Sebuah sticky note yang telah dilipat membentuk origami burung tiba-tiba membentur dahi Rhevan dan mendarat tepat di mejanya. Rhevan sepersekian detik terkesiap. Rhevan mendelik, memastikan benda yang berada di bawah wajahnya kini. Kemudian, ia mengambil origami itu.

Rhevan mengangkat tangannya tinggi-tinggi dengan origami tergenggam di ujung jemarinya, melepaskannya, burung itu terbang bebas melalui beberapa kepala.

Di sisi lain, dua orang yang sama memerhatikan gerakan Rhevan hanya terperangah hingga origami itu tergolek di lantai selama sepersekian detik terinjak lalu terhempas dengan tendangan dari sekumpulan siswa yang berbondong, terburu-buru untuk mengambil tempat duduknya oleh sebab sang guru akan memasuki kelas itu.

Dua orang yang sama memerhatikan kondisi origami burung yang sekarang tak berbentuk, kotor karena debu itu hanya memandang dengan gamang.

Rhevan. Sedikit melirik ke arah dua orang yang melihat burung origami yang dengan sengaja ia terbangkan. Kemudian berpaling, ke arah guru yang sekarang tengah duduk di kursinya.


RELEVAN [Teen-fict]Where stories live. Discover now