Rimbana: Heroine's Boyfriend

13 2 8
                                    

|| Rimbana | 1563 Kata ||

Aku menarik tali busur kuat, merapatkan ke sudut mataku, dan memusatkan pandangan pada orang-orangan jerami

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menarik tali busur kuat, merapatkan ke sudut mataku, dan memusatkan pandangan pada orang-orangan jerami. Beberapa detik berlalu, setelah aku mengunci sasaran dan memastikannya tepat, kulepas anak panahnya. Dan ... swiing! Busurnya meleset dan menancap ke tanah.

"Argh!" Aku mengerang keras sambil berdecak kemudian menghentak-hentakan kaki. Ini sudah kesekian kalinya aku mencoba, dan hasilnya selalu sama; me-le-set.

"Kenapa sih tidak pernah tepat?" rengutku.

Kelana tertawa di sampingku, kemudian menggeleng-gelengkan kepalanya. "Kau harus lebih fokus, Aruni."

"Aku sudah fokus kok," bantahku.

Kelana menggeleng sambil mengulum bibirnya. "Kau terlalu bersemangat menyasar objeknya, tapi kau tak memperhatikan titik mana yang harus kau tuju. Lagi pula, sebelum memanah, coba buat ikatan dengan busurmu."

"Ikatan seperti aku mengikat busurnya ke leherku maksudmu?"

"Bukan, hei." Lagi-lagi Kelana terkekeh. "Maksudku, coba rasakan eksistensi busur di genggamanmu. Rasakan seolah-olah kau dan busurnya adalah satu kesatuan. Kemudian baru sasar objekmu."

Aku memutar mata. "Menyusahkan."

"Tsk. Coba dulu."

Kelana mendekatiku. Mengangkat tanganku yang memegang busur. Memosisikannya ke pose memanah lagi. Kelana berdiri di belakangku. Sebelah tangannya meraih tangan kananku, meletakkannya ke tali busur bersama dengan satu anak panah. Sementara tangan kirinya melingkari bahuku dan ikut memegang busurnya, menahan anak panahnya di sana bersama tangan kiriku.

"Pejamkan matamu. Tarik nafas, kemudian rasakan eksistensi busur ini. Rasakan jiwanya. Anggap bahwa busur ini adalah bagian dari dirimu, dan kendalikan." Kelana mulai berbicara sembari tangan kanannya yang berada di atas tangan kananku membimbing tanganku untuk menarik tali busurnya.

Masalahnya (sebenarnya aku tidak tahu ini masalah atau bukan), kepala Kelana tepat berada sejajar dengan kepalaku dan suaranya dekat sekali dengan telinga karena dia sedikit merunduk. Apalagi saat dia berbicara, ada angin panas menerpa kulit leherku. Membuat sesuatu yang entah apa itu menggeliat di perutku. Sialan. Perasaan macam apa itu, hah?!

Aku berdehem untuk kembali fokus, dan mulai mendengarkan instruksi Kelana. Menatap lurus ke depan sana, ke arah sasaranku yang tidak kena-kena.

Kelana berhenti sebentar---entah memperhatikan tanah di wajahku atau apa---sebelum kemudian kembali berbicara.

"Kemudian bayangkan letak sasaranmu. Bayangkan semua titik-titik yang ingin kau tuju."

Aku memejamkan mata, melakukan semua yang dikatakan Kelana---mengabaikan pegangan kedua tangannya pada tanganku---dan memfokuskan pikiran.

Heroine: Rimbana (Book 1) [On Hold]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang