Seharusnya Satya pergi mengantarkan Alana dan Sara ke kelas Tari hari ini. Namun keadaannya belum membaik antara dirinya dengan Metta akibat insiden beberapa hari yang lalu.
Sejak saat itu baik Satya maupun Metta belum berkomunikasi lagi secara individu. Satya merasa tak pandai berkomunikasi dan takut semakin melukai Metta nantinya. Pria itu sudah berusaha untuk melepaskannya, tapi Sofia dengan tegas selalu melarangnya.
...dan seperti biasanya––Arga lah yang akan menanggung beban itu. Kini pria itu mengantarkan keduanya ke kelas tari. Dengar, hanya mengantarkan saja, tidak sampai menunggu. Sejujurnya Satya memang menyuruhnya untuk menunggu sampai kelasnya selesai. Namun Arga malas, ia kapok menunggu disana sendirian––seolah olah sedang menunggu anak gadisnya belajar, padahal dirinya masih bujangan.
"Jaga diri kalian ya, jangan sampai ada niatan kabur. Mengerti? Alana sudah berjanji tidak akan kabur dan sudah ditandatangani materai, aku tidak mau mendengar kalian kabur. Nanti akan ku jemput lagi," kata Arga memberitahu sekaligus berpamitan.
"Iya... Oh iya ponsel? Bolehkah aku meminjam ponselku sendiri?" tanya Alana dengan suara kecil.
"Maafkan aku Alana, ponselmu masih berada di tangan Satya. Selama tinggal disini mungkin kau tak akan memegang ponsel mu. Aku ingatkan sekali lagi, jika kau butuh sesuatu kau boleh mengatakannya padaku tetapi soal ponsel rasanya aku tidak bisa memberikannya padamu, sebab aku sudah berjanji pada Satya untuk tidak memberikan ponselmu sebelum waktunya."
Alana hanya mengangguk paham. Arga pun memberikan senyuman kecilnya––matanya segera menoleh Sara dan mengatakan, "Jaga kakakmu. Kau pasti bisa dan aku akan pergi dulu. Kalau ada apa-apa bilang pada bunda Sofia saja, dan lakukan tugasmu."
Sebenarnya Arga memberikan sebuah kode kepada Sara dengan mengatakan 'Lakukan Tugas Mu' Arga sangat tahu jika Alana adalah memanglah manusia yang kurang peka, jadi ada keuntungannya jika gadis itu tidak peka.
Arga pun pergi, sedangkan Alana dan Sara mulai berjalan masuk menuju rumah bunda Sofia.
Sejujurnya Alana takut bertemu dengan Metta dan Sofia. Kejadian beberapa hari yang lalu––ketika Metta hendak menamparnya, hal itu membuatnya merasa tak mau bertemu dengan mereka. Apalagi mendengar fakta jika Satya mengaku jika dirinya adalah selingkuhan Satya. Pria kurang ajar itu.
Ceklek
Disana sudah ada beberapa perempuan yang tengah menari, anak anak yang tengah bermain. Mata Alana langsung melihat ke arah Metta yang tengah membaca buku, ia menarik nafasnya perlahan lalu menghembuskannya.
"Akhirnya kau sudah datang..." sambut Sofia dengan ramah.
Metta yang tengah membaca pun menyempatkan dirinya untuk menatapnya walaupun sebentar, hanya untuk memastikan jika orang itu adalah Alana.
Sofia membawa Alana dan Sara ke sebuah ruangan yang sepi. Dalam hati Alana semakin ketakutan––dirinya akan dilabrak? Atau diapakan? Gadis itu menggenggam tangan adiknya erat membuat Sara menatap kakaknya kebingungan.
"Kalian duduk dulu ya, Ibu mau bawakan makanan dan minumannya," kata Sofia sebelum pergi meninggalkan Alana dan Sara didalam ruangan itu.
Alana menatap Sara dengan tatapan khawatir lalu berkata, "Apa jangan-jangan bu Sofia mau melabrak-ku? Karena Satya mengaku aku selingkuhannya?!" resahnya.
Sara menatap kakaknya geli. "Apaan sih kak? Kan bang Arga sudah menjelaskan semuanya ke Bu Sofia kalau kakak bukan selingkuhannya bang Satya. Jika pun tak dijelaskan, mana mungkin bang Satya mengirimmu kesini. Lagipula mereka juga tahu kali, kalau bang Satya akan memilih calon istrinya, jika pun benar kakak selingkuhannya bang Satya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANA [Lengkap]
General Fiction[SANA seri 1] Diculik oleh pria tampan, seksi dan pemarah? Alana Adijaya tidak pernah menyangka jika dirinya akan menjadi korban penculikan. Ia selalu berpikir bahwa dirinya akan menjadi satu-satunya manusia yang aman, hanya pemeran utama lah yang...