"Eh kau ingin apa keluar jangan seenaknya saja" Jimin berusaha mendorong tubuh besar Jungkook agar keluar dari apartemennya. Mereka pulang bersama setelah dari cafe pukul satu dini hari mereka baru sampai dan ini rekor Jimin pulang terlambat.
"Baiklah baiklah aku keluar" setelah keluar dari apartemen Jimin Jungkook masih berdiri di depan pintu.
"Apa lagi aku ingin istirahat" Jimin sebenarnya sudah sangat lelah ia benar benar ingin membersihkan tubuhnya lalu melompat ke atas ranjang.
"Lain kali jangan seperti ini jangan pulang selarut ini beruntung kau pulang dengan ku" Jungkook sedikit mengacak rambut Jimin. Tersenyum tipis yang tulus dalam dirinya.
"Hmm..." Jimin hanya membalas dengan gumaman ia benar benar lelah sebenarnya ia hanya mengisi sampai pukul 9 malam namun karna pengisi kedua tidak dapat datang jadinya pihak cafe memintanya untuk menggantikannya dan akan di bayar lebih nantiknya. Dan menurut Jimin itu bukanlah masalah.
Jungkook kemudian menyalurkan tangan kanannya di depan Jimin. Sesaat Jimin merasa bingung dengan perlakuan namja di depanya.
Karna tak ada respon dari Jimin Jungkook malah mengangkat tangan Jimin agar menjabat tanganya.
"Jeon Jungkook. Aku tau kita sudah lama bertemu tapi belum pernah berkenalan secara langsung walau kau tau nama ku dan sebaliknya tapi menurut ku ini perlu"
"Park Jimin. Sudah aku mau tidur"
Brakk
Suara pintu yang di banting Jimin terdengar jelas di telinga Jungkook bahkan sangat dekat dengan wajahnya.
"Dia semakin menarik saja" Senyum miring Jungkook tercipta membuktikan ia semakin tertarik pada sosok itu.
:::::::::::::::::::::::::::
"Akhhh...t-tidak hiks akhh... h-hyung hngg...hiks" seorang bocah dua belas tahun saat itu tengah mendapat pelecehan sexsual oleh sang kakak yang berusia dua tahun lebih tua darinya.
"TIDAK" teriakan Jimin terdengar saat ia membuka mata dari alam bawah sadarnya. Ia bermimpi.
Kembali kisah masa lalu terlintas di kepalanya.
"Hiks...." Jimin bocah kecil yang tengah menginjak remaja itu hanya terus terisak karna kejadian yang menyakiti hati dan raganya.
Seketika ia ingat "aku tidak boleh menangis aku harus meritahu daddy soal ini"
Tuan Park yang saat itu baru pulang dari kantor di kagetkan oleh cerita Jimin sambil menangis. Anak manisnya itu tidak berkata bohong dapat ia lihat tubuh polosnya terdapat bercak keunguan dan lubang Jimin yang mengeluarkan darah dan cairan sperma.
Marah. Tentu siapa yang tidak marah anaknya di lecehkan malam itu juga tuan Park menyiksa Chanyoel seperti orang kesetanan ikat pinggang mendarat di seluruh tubuh remaja itu dan tepat saat itu juga tuan Park memindahkan sekolah Chanyoel ke asrama.
Hari kematian tuan Park. Pesawat yang membawa sang ayah mengalami kecelakaan pesawat jurusan Amerika-Korea itu lepas kendali dan jatuh di laut Beaufort salah satu laut yang ada di Alaska Jimin sang anak hanya dapat menangisi seluruh kejadian buruk itu. Beberapa bulan setelah kematian sang ayah Chanyoel menyelesaikan sekolah asramanya ia melanjutkan hingga lulus SMA.
Seluruh aset kekayaan jatuh ke tangan Jimin. Tentu hal itu tak di terima oleh sang ibu dan hyungnya. Mereka merebut paksa seluruh hak Jimin. Chanyoel bahkan sempat akan memperkosanya lagi tapi Jimin bersyukur bahwa ia menyimpan sebuah pisau di laci mejanya. Pisau itu mengores lengan bagian atas Chanyoel dan saat itu Jimin melarikan diri.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cool Boy and Bad Boy || KM ✓
Teen Fiction[Book 1] Berandal sekolah yang harus di hadapkan dengan cowok dingin yang menarik perhatiannya. warning: KOOKMIN!!! Slight: TAEGI BoyxBoy #5 in Book (02/10/20) #27 in Kookmin (27/09/20) #1 in Jikook (03-10/10/20) #2 in Jikook (11/10/20) #1 in Jikoo...