20

4.6K 254 20
                                    

"JIII, aishh JIMIN dengarkan aku dulu" Jungkook terus berlari mengejar Jimin yang masuk ke dalam mansion mobilnya ia parkirkan sembarangan di depan halaman luas mansionnya.

"TIDAK KAU BRENGSEK Jungkook" Jungkook diam saat melihat Jimin dengan perut buncitnya menghempaskan seluruh guci mahal koleksinya. Guci yang selalu Jimin beli saat perjalanan pulang dari perjalanan bisnis mereka.

Jungkook memperhatikan bagaimana namja manis itu melampiaskan emosi dan kemarahaannya. Hingga sesuatu yang hampir Jimin pecahkan membuat Jungkook berlari mengejarnya.

"LEPAS BRENGSEK. KAU DAN SIFAT BRENGSEK MU ITU TIDAK PERNAH BERUBAH. KAU BERMAIN WANITA DI BELAKANG KU" setiap katanya Jimin lontarkan dengan penekanan ia benci saat melihat Jungkook harus memeluk sekretarisnya.

"Kenapa kau lakukan ini eoh. Karna aku sudah gendut dan tidak cantik lagi eoh. Kau brengsek Jungkook. Kau jahat. PERGI KAU! PERGI KAU DARI RUMAH INI" Jungkook tetap diam bahkan Jimin memukul dadanya bertubi tubi sakit sangat kekuatan orang yang sedang marah itu sangatlah luar biasa.

Dan lagi Jimin mengusirnya dari rumahnya sendiri ini tak dapat di pikirkan akal sehatnya. Hei ini rumahnya hasil dari jerih payahnya selama tiga tahun sebagai CEO perusahaan cabang di Amerika dan hadiah pernikahannya. Tapi tak apa dari pada Jimin yang harus keluar. Ehh jangan dulu iah harus meluruskan masalah ini.

"Kenapa kau diam ah?! Eoh iya aku lupa kau yang punya rumah ini jadi aku yang akan pergi dimana putri ku. SOPH- ngghhh..." Jungkook tak tahan saat bibir merah menggoda itu terus saja bicara. Tak dapatkah Jimin berpikir jernih buah hati mereka sedang ada di dalam perut Jimin bisa bisa perutnya akan keram nantik jika marah marah begini.

Dengan lembut Jungkook melunat bibir Jimin. Tangan kirinya mengusap lembut pinggang Jimin dan tangan kanannya mengusap punggung Jimin memberikan ketenangan.

Perlahan Jungkook membawa tubuh istrinya ke sofa ruang kelurga. Sofa itu lebih besar dan lias seukurkan satu ranjang singel.

Sedikit kesulitan saat perut buncit itu menghalangi ciumannya tapi Jungkook berhasil menenangkan Jimin di gantikan air mata bening yang menetes di mata indah istrinya.

Jungkook melepaskan ciumannya berpindah dan menyandarkan Jimin di sandaran sofa. Air mata sukses jatuh di mata favorit Jungkook mata yang selalu Jungkook cium saat menjelang tidur.

"Jangan menangis sayang. Mau mendengar penjelasannya" Jungkook membawa Jimin ke dalam pelukannya membiarkan tubuh si manis bersandar di dada bidangnya. Suara isakan tersampikan cukup pilu ke telinga Jungkook.

"Koko usap!" Jungkook sedikit tersenyum saat Jimin mengambil salah satu tangannya untuk mengusap perut buncitnya.

"Apa anak Papa sedang nakal" memang sudah kebiasaan sejak bayi mereka pandai menendang Jungkooklah yang selalu mengusap perut Jimin.

"PAPA" suara teriakan terdengar dari lantai dua. Beberapa saat kemudin Jungkook melihat Sophia berlarian untuk turun lari lantai dua.

"Sayang jangan lari lari saat menuruni tangganya kau bisa jatuh" Jungkook adalah tipikal ayah yang sangat menyayangi putrinya.

"Ndk pia ndk atuh pia aik" mengecup singkat pipi bulat putrinya. Mata yang mirip seperti Jimin itu mengkedip kedip setelah sang ayah mengecup pipinya.

"Duduk sini sayang papa lagi ucapin perut mama dedek bayi tadi nakal ia menendang perut mama" Jungkook ingin membawa putrinya kedalam pangkuan tapi Jimin tak bisa ia abaikan karna namja itu tengah berusaha tertidur.

"Tnapa dek aiy endang pelut mama?"

"Karna papa jahat sayang"

"Ndk papa aik kok" Jungkook tersenyum Sophia juga mengambil tempat di paha Jungkook untuk berbaring

Cool Boy and Bad Boy || KM ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang