Midnight Sun

1.3K 104 11
                                    

warn! 4349 words:")

Aku Eurincilla, Eurincilla Cessa Robertson. Seorang gadis yang hidupnya hanya memandang jendela dikamar yang luas ini.

Di umurku yang ke 17 tahun aku hanya mengenal 5 orang dihidupku. Dad, Mom, Yuna, dokter Clara, dan... Jeremy Albert Camp

Dad, Eugene Robertson adalah ayah yang overprotective terhadapku. Ia memberikan segala kebutuhan yang akan membuatku betah di kamar.

Mom, Sophia Cessa adalah ibu yang lemah lembut dan pandai bermain musik, satu hal yang membuatku merasa beruntung menjadi anaknya karena, bakatnya itu menurun padaku.

Yuna- Ayu Nadira, satu sataunya manusia yang ingin menjadi temanku. Pertemuan pertama kami cukup simple, ia melihatku di jendela saat kami berumur 10 tahun.

Dokter Clara, wanita yang akan aku temui seminggu 2 kali selama 17 tahun dan tahu sampai kapan.

Jeremy Albert Camp, sebenarnya hanya aku yang mengenalnya. Pertama kali aku melihatnya saat umurku 8 tahun, ia adalah seorang anak laki laki yang hobi sekali bermain skateboard. Saat itu juga, aku tahu rasa cinta yang aku baca di novel novel pemberian ayahku menghampiriku. Aku mencintainya, sungguh. 9 tahun hanya kupandangi dia di jendela kamarku. Ia tumbuh dengan baik dan memiliki banyak teman, sangat berbanding terbalik denganku. Omong omong aku mengetahui namanya dari Yuna yang satu sekolah dengannya.

Alasan hidupku yang hanya hidup di balik jendela kamarku karena matahari membenciku. Aku tahu ini terdengar kasar tapi seperti itulah kenyataannya.

Sejak lahir aku didiagnosa menderita Xeroderma pigmentosum yang membuatku tak bisa terkena sinar matahari terlalu lama. Kulitku begitu sensitif.

Matahariku hanya lampu kamarku. Jendela kamarku menjadi satu satunya media agar aku tahu dunia itu apa. Sebenarnya saat malam aku sering keluar bersama Yuna ataupun dad dan mom, tapi dengan hanya bermodalkan lampu jalan tak akan membuatku puas.

Aku menyukai matahari, sangat. Setiap malam sebelum tidur, aku selalu membaca artikel tentang bintang terbesar di galaksi bima sakti itu.

Matahari itu satu tapi mampu menerangi kehidupan di bumi, kecuali aku dan orang orang sepertiku. Tapi, aku menyukainya.

"Sa, mom mau keluar beli sayur. Kamu mau nitip?" Kulihat mom sudah tampil cantik dengan baju casualnya, percaya atau tidak, ibuku sudah 40 tahun tapi masih saja cantik.

"Eusa pengen apel, mom."

"Yaudah, kalo mau makan dibawah mom udah masak rendang, panasin dulu tapi."

"Oke." Setelah mencium keningku, mom turun kebawah.

Setelah membereskan kamar, aku melangkahkan kaki menuju bawah.

Kulihat dad sedang menonton TV. Aku mendudukkan diri disampingnya.

"Dad ga nganterin mom?." Tanyaku dengan fokus pada benda persegi panjang itu.

"Mom ga mau." Ucapnya dengan fokus yang sama denganku tadi.

Aku menolehkan kepalaku padanya. Tiba tiba aku teringat sesuatu.

"Dad, Eusa pengen jalan bareng Yuna nanti malem." Ujarku pelan.

Dad menolehkan kepala padaku juga.

"Loh, bukannya Yuna ntar malem kerja?" Tanyanya.

Aku mengangguk.

"Katanya kamu bosen nungguin kalo dia kerja."

𝗛𝗮𝗽𝗽𝗶𝗹𝘆 𝗘𝘃𝗲𝗿 𝗔𝗳𝘁𝗲𝗿 || 𝗝𝗞 • 𝗘𝗛Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang