Chapter 2

179 42 13
                                    

Saat keluar dari ruangan meeting Dara tidak henti-hentinya tersenyum karena pujian bosnya.
"Cih apa begitu senang karena dipuji oleh Sajangnim" ujar Jooyeon ketus.

"Ah ini pertama kalinya bagiku jadi aku amat senang mendengarnya" jawab Dara.

"Kau lupa siapa yang membuatmu seperti ini ha? Itu semua karena aku dan seharusnya kau menyebut namaku tadi saat Sajangnim memujimu" Jooyeon melipat kedua tangannya didepan dada dan berdiri didepan Dara.

"Jeongsohamnida Kwajangnim" Dara membungkukkan badannya "nanti kalau aku dipuji lagi aku akan menyebut namamu" kalau aku tidak butuh pekerjaan ini akan ku pastikan mencakar mukamu itu bathin Dara.

"Jadi kau berharap dipuji lagi? Hahahahah percaya diri sekali kau ha. Sudah sana kemejamu" titah Jooyeon.

"Nae" jawab Dara dan berjalan kearah mejanya dengan mata yang diaputar karena jengah dengan tingkah wanita itu.

——

"Kau mau langsung ke cafe?" Tanya Bom saat mereka siap-siap untuk pulang.

"Iya"

"Mau aku antar?"

"Apa tidak merepotkan?"

"Tidak sama sekali...kajja" ajak Bom dengan memeluk lengan Dara.

"Aku dengar kau dipuji oleh Sajangnim tadi" ujar Bom dibalik kemudinya.

Dara tersenyum malu "hum"

Bom juga ikut tersenyum melihat tingkah sahabatnya "apa kau sekarang sedang terseyum malu ha? Jangan bilang kau menyukai Sajangnim"

"Heeyyy kenapa kau selalu bilang aku suka pada orang ha...aku hanya merasa senang kerjaanku dipuji oleh atasanku hanya itu Bom tidak lebih"

"Arraseo...tapi tidak ada salahnya kau mendekati Sajangnim Dara karena aku dengar dia masih single"

Dara tidak habis fikir dengan sahabatnya itu "jangan gila Bom mana mungkin aku mendekati dia yang tahtanya jauh diatasku. Kau lihat aku cuma gadis biasa yang punya banyak pekerjaan"

"Tidak ada yang tidak mungkin Dara kalau kau mau mencoba...tapi kau harus mendekati anaknya dulu"

"Mwo? Anak?"

"Kau tidak tau Sajangnim sudah punya anak? Dia itu seorang duda Dara. Jadi selama 1 tahun bekerja disana kau tidak tau informasi apapun? Miris sekali kau"

"Jinjja? Dia duda? Kenapa dia berpisah dengan istrinya?" Dara memposisikan duduknya kesamping agar bisa melihat Bom.

"Cieee kau penasaran sekarang tentangnya?"

"Ania...aku hanya ingin tau"

"Hahahaha baiklah. Jadi istrinya itu meninggal saat melahirkan putrinya dan dari yang aku dengar istrinya itu sangat cantik bahkan dia hampir depresi saat istrinya meninggal"

Dara menutup mulutnya karena kaget "aku kasihan dengan putri mereka karena tidak merasakan kasih sayang seorang ibu"

"Iya aku juga kasihan...bahkan kata orang dikantor dulu Sajangnim itu saat istrinya masih ada dia sangat hangat dan selalu ceria tapi semenjak istrinya meninggal dia berubah jadi dingin bahkan suka marah-marah. Ya kau bisa lihat sendiri muka dinginnya itu"

Dara menganggukkan kepalanya "bahkan saat dimeeting tadi dia tidak senyum sedikitpun"

"Iya kau tidak akan pernah melihat senyumnya karena senyumnya sudah pergi bersama istrinya"

Dara sedikit simpati dengan cerita Bom tentang atasannya itu. Bagaimana mungkin namja itu hidup tanpa kebahagiaan tersisa dalam hidupnya. Bagaimana dengan anaknya yang masih butuh kehangatan orangtuanya...bukankah anak kecil sangat menyukai senyuman fikir Dara.

YOU'D BE MINETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang