||14||

2.5K 666 81
                                    


"Bang, tahu nggak kalau orang yang udah mati belum sepenuhnya pergi? Beberapa hari arwahnya masih menetap. Ditempatnya dia kehilangan nyawa."

"Nggak pernah denger yang begituan."

"Gue baca di artikel, sih."

"Nggak usah dipercaya."

"Kenapa?"

"Ada yang pernah ngalamin?"

"Beberapa. Waspada aja, Bang, siapa tahu udah ada yang jadi setan gentayangan. Hih."

"Nggak usah ngaco lo."

"Bisa jadi, kan? Lihat dari tingkahnya."

"Maksudnya?"

"Berubah. Berbeda dari biasanya."

Hari free. Penghuni kost mengadakan bersih-bersih. Jatah dibagi-bagi dari proses hompimpa. Nyapu lorong lantai atas adalah bagian yang Key dapat. Kelihatan dia sibuk goyang-goyangkan sapu pada lantai penuh butiran debu, tapi pikirannya malah mengambang kemana-mana.

"Makhluk es, omongannya aneh banget." Dia mendumel, ingat obrolannya sama salah satu anak kost yang terkenal mirip pinguin.

Bodo amat untuk Key ambil pusing. Cowok tinggi itu lanjut pekerjaannya. Lebih cepat biar selesai dia bisa membersihkan kamarnya yang juga nggak kalah kotor.

Nggak terasa sampai penghujung lorong. Key tiba-tiba berhenti, cosply jadi patung.
Sepasang matanya menatap lurus ke depan. Tepatnya ke sosok berkolor ijo neon. Memunggungi Key sambil mengelap kaca jendela. Alis Key mengerut lalu melotot kaget. Dia nggak salah lihat, kan?

"Bulldog!"

Sama sekali nggak diduga, Key lari setelah membanting sapu tanpa kasih sayang. Kondisi daun jendela sudah terbuka lebar. Key melongo dari sana. Merinding, di bawah nggak ada apapun. Cuma puncak cabang dedaunan rambutan yang hampir berbuah.

"BANG KEK!"

Key balik badan, terlihat Youngbin lari-lari mirip kancil. Cowok hidung perosotan itu berhenti pas di hadapan Key. Napasnya ngos-ngosan tak beraturan.

"Apaan, sih?" Tanya Key tak bersahabat.

Youngbin mendongak kepala. Memandang Key intens. "Giliran Bang Seon yang ilang, ya?"

Dari sini Key tahu di mana arah ucapan Sunghoon tertuju. Kembali dia tengok celah jendela. Tadi yang lompat siapa?

"Oh, jadi mereka udah, ya."

°^•|~'::°^•|~'|'|~°•













Malam itu udara lagi dingin banget. Perlu sesuatu yang hangat. Karena itu si paling muda melangkah menuju dapur niat menyeduh minum. Tenggorokannya kering habis bercekcok. Tambah lagi suara bantingan pintu kamar membuat dia meringis.
Temannya yang sudah dianggap Abang kandung kali ini aneh. Tempramental yang bahkan bukan sifat aslinya.

"Bang EJ kenapa, ya? Emosian. Cuma nanya kenapa dia bisa kekunci di kamar berasa ditagih bayar kas."

Mulut dan batin nggak bisa berhenti nyerocos. Disambi mengaduk larutan gula dan teh.

"Daniel, ya?"

Yang dipanggil menengok. Terkejut pastinya, dia pikir dia sendirian di dapur. Ternyata ada satu makhluk kost yang entah sejak kapan berdiri di sisi kanannya. Ikut menonton aksi pengadukan teh sambil tak melunturkan senyum.

"Malam, Bang. Habis ngapain?" Guna mengurangi hawa canggung, Daniel buka percakapan. Ini baru pertama Daniel bicara langsung sama dia.

"Panggilan alam." Dia nunjuk pintu toilet, sedikit terbuka. "Gara-gara makan rujak pagi-pagi kayaknya. Mules nggak selesai-selesai," tambahnya melirik Daniel. Ada arti dari sorot matanya. Tapi sulit untuk diutarakan.

"Oh, gitu." Bingung mau merespons bagaimana, Daniel minum aja tehnya yang berujung lidah kepanasan. Melet-melet, deh, kayak Yeontan.

"Nggak salah masukin bahan, kan?" Tampak khawatir dari nada bicaranya. Jidat Daniel berlipat-lipat, nggak maksud.

"Gimana, Bang?" Daniel pandang mata bulat sayu itu.

"Tuh." Telunjuknya terangkat. Daniel paham. Dia pun melempar senyum manis.

"Empat belas tahun hidup ngekost di bumi, Gue tahu, kok, Bang, perbedaan dari gula dan detergen," kata Daniel terkekeh.

"Ngekost?" Merasa aneh.

"Dunia yang sekarang ini kita pijak cuma sementara, Bang. Nggak abadi. Bukan rumah asli kita. Ada kalanya kita harus pergi selama-lamanya ...."

"Maksudnya mati."

"Nah, bahasa kasarnya itu," ujar Daniel menjentikkan jari. Dia tiup-tiup tehnya bermaksud biar tak terlalu panas saat menerobos mulut. Terasa sedikit tengkuknya meremang, namun tak Daniel pikir panjang.

Daniel bicara lagi dengan rasa penasaran tinggi. "Lagian anak manusia mana, sih, yang naruh detergen di sini?"

"Anak-anak nggak punya hati."

Cangkir macet di ambang bibir. Cowok bongsor tak selaras sama umurnya menoleh dengan satu biji pertanyaan di otak.

"Siapa?"

"Semua? Mungkin." Alis keangkat satu.

Kedua mata Daniel memicing curiga. Sekali seruputan, dia letakkan cangkir di meja. Mengambil wadah kotak berisikkan sabun cuci baju membuat yang tua bertanya-tanya.

"Mau di kemanain?"

"Dimakan! Ditaruh di kamar mandi'lah," lontar Daniel keras. "Percuma, lo juga kena getahnya." Masuk kuping kanan, keluar kuping kiri. Daniel nggak peduli. Tangannya siap meraih kenop pintu kamar mandi. Tapi gagal didorong sebab teriakan orang lain.

"Lo! Ikut gue, rapat dadakan!"

Itu Sungchul. Berkacak pinggang seram yang jatuhnya pingin banget dipukul ubun-ubunnya. Dia menyambar cepat wadah yang Daniel genggam.

"Sono duluan. Ke ruang santai," katanya lagi. Daniel agak ragu. Lirikan pedas Shungcul memaksa Daniel lekas-lekas pergi.

Namun, dia dibuat bingung setelah setengah jalan berlalu. "Bang Heeseung kemana?"

Celingak-celinguk memutar arah yang Daniel dapat bayangan di jendela kamar 13.

°^|'~.'•|°•|'~::










Kecepatan jalannya makin tinggi. Tak mengindahkan panggilan seseorang yang mulai samar di telinga. EJ miris melihat pergelangan tangan kirinya memerah. Siraman air panas itu menyebabkan dia mendapat luka bakar. Dia membelok, menuruni anak tangga.

"Hish, pusing!"

Cowok itu mengerat pegangan tangga. Pingsannya membuat ia sedikit lupa kejadian yang dialaminya jam-jam lalu.

"Jagain adek gue, ya? Sebentar aja, kok."

"Bang EJ, ambilin air anget."

"Bang EJ awas!"

Brak!

Hitam-hitam maksa masuk bawa celurit.

"AAAKKHH!"

EJ cepat-cepat bergerak. Berlari kilat yang mengakibatkan ia menabrak orang yang berbeda arah jalan.

"Lihat-lihat, dong! Hama bumi!"

Cowok sangar yang sekilas EJ lihat. Mendelik sengit nggak suka. EJ menilik sebentar. Cowok yang disenggolnya berjalan pergi sambil menggeret kantong hitam besar.

Pandangan EJ lebih difokuskan."Itu, Jay?"

°^•|'~.'|•°::°^|~•'

KOST LAND ||KAMAR 13||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang