||15||

2.6K 623 118
                                    

"MEOWWW!!"

Suasana halaman luar kost begitu gelap. Mati listrik. Taeyong dipaksa bangun begitu bentrokan kucing mengusik tidur gantengnya. Masih teler, nyawa belum terkumpul penuh, cowok bakpao itu mengikuti kemana kakinya bergerak.

Berpegangan dengan senter, lehernya tengok kanan-kiri, atas-bawah, tengah-pinggir, dia cari sumber pengganggu. Sayang, tak mendapatkan hasil.

Taeyong berniat balik ke kamar saat tahu tak ada yang janggal. Tapi, pandangannya malah tertarik pada gundukan hitam bawah pohon jambu.

Sekitar beberapa detik termangu, Taeyong berbalik badan. Melangkah pergi sambil bergumam bibir sangat pelan.

"Anjim, Yonwoon ngelukain Sarah?"

"Akh! Tuyul hidup!" teriak Taeyong spontan. Nutup muka bergetar takut.

Dia berhenti mendadak di persimpangan tembok. Tak berani menatap sosok di depan.

"Yang ada itu lo yang Tuyul."

Suara berat yang tak asing di kuping Taeyong. Dia mengintip dari sela jari. Diperhatikan secara seksama itu bukan setan.

"Hah, Bang Sunghoon ngagetin aja," kata Taeyong bernapas lega. Ngelus dada pelan.

Sunghoon mengerut kening. Selimut putih membungkus kepalanya, tak ayal Taeyong kaget. Belum lagi kemunculannya yang tiba-tiba.

"Habis ngapain lo?" Tanya Sunghoon menyelidik.

Taeyong menelan ludah kasar. Kenapa Sunghoon terlihat mengerikan di saat-saat begini. Wajah pucatnya menyaratkan keanehan.

"I-itu ta-tadi ada su-suara ...."

"Jangan dendam, nggak baik." Sunghoon menyambar omongan Taeyong. Sebentar Sunghoon terdiam. "Lihat Yonwoon, kan? Mana, tuh, bocah? Kok, listriknya belum dinyalain?"

Taeyong menggeleng kaku."Misinya gimana, Bang?" Dia balik bertanya.

"Lancar. Mukanya memeable banget pas lagi takut. Coba sempet difoto, lumayan buat sticker WA." Terdengarnya menyenangkan, tapi ekspresi Sunghoon tetap datar.

"Sono lo samperin. Terserah lo mau dijahilin kayak gimana. Gue capek, mau balik ke raga gue."

Sunghoon pergi. Meninggalkan ribuan kejanggalan di otak Taeyong.

"Nggak boleh dendam? Yah, padahal udah gue pikirin mateng-mateng cara ngabisin itu orang."

^°•|~'^°•|'~::












Lihatnya geli menyaksikan aksi dua bidab lari-lari ngejar si anak baru yang kabur. Daripada nguras tenaga, dia pilih pergi menuju kamar hendak menjalankan ritual. Tidur siang.
Ponselnya dimasukan ke saku celana hitamnya. Pesan aneh yang entah asal pengirimnya siapa tak lagi dipikirkan. Dia benarkan posisi topi berbordir Batman. Ceritanya biar tingkat kegantengan nambah.

"Mati."

Tanpa diaba-aba jalannya melambat. Suatu perbincangan membuatnya tertarik untuk menguping. Badan menempel di dinding, melongokkan mata untuk mengintip.

"Ohh ..., jadi selama ini tuh bocah yang nyolongin duit. Pantesan tiap hari ada aja kejadian duit anak ilang. Hm, sebarin nggak, nih?"

Terlalu dalam hanyut sama pikiran sendiri, sampai tak disadari figur manusia sejak kapan ikut menonton di sampingnya.

"Serius amat, coy."

Begitu nengok, jantungnya hampir lengser. Nyaris ruhnya mau keangkat keluar.

"A-abang?" Bicaranya terbata-bata. Terkejut sama pemandangan yang matanya tangkap.

"Kenapa? Kayak habis lihat setan aja. Hehehe ...." Kekehan lucu khasnya, tapi kini agak berbeda. Dominan seram. "Gue manusia, kok, kemarin."

"Apa kabar? Mau ngeteh bareng? Nanti gue buatin." Tawarannya ditujukan guna menutupi kegugupan.

"Boleh, buatan lo enak. Tapi besok aja." Kepalanya maju mengikis jarak. "Bakal gue samperin langsung ke kamar lo," bisiknya pelan.

Bulu sekitaran tubuh meremang."Oh, o-okay. Gue tunggu."

"Chu Jimin, mau ngeteh di mana? Teras depan atau alam lain?" Alis tebal naik sebelah. Menanti jawaban, justru lawan bicaranya malah ngacir duluan.

"Tunggu aja, semua akan berakhir sama."

Dia membuang muka. Sret!
"Cih, main curang. Kasihan, mana masih muda lagi. Ckckck ...."

Cahaya lampu lorong melenyapkan bayangannya semakin jauh.

°^•|~'°•|'* ::








Kretek .... Kretek .... Kretek ....
Merdu banget bunyi gesekan tulang leher Daniel. KRETEK! Untuk pinggang lebih lembut dan menghanyutkan. Tekukan jari-jari tangan justru makin melemah simfoninya. Daniel pindah bagian pangkal kaki.

Habis melaksanakan kewajiban, terakhir ngelap guci bunga, Daniel melakukan peregangan tubuh. Alat kebersihan dia sandarkan pada dinding. Bahkan kain lap setia terselampir di bahu kanan.

Maunya lanjut senam aerobik, tapi diurungkan. Dia tertarik sama pintu kamar tepat di hadapannya.

"Kamar, Bang Jungwon. Bersihin sekalian aja kali, ya." Cuma alibi. Tujuannya lain.

Isengnya Daniel membuahkan hasil. Tahu tidak, nggak dikunci. Masuk aja lalu buru-buru tutup pintu.

Maniknya mengedar. Bersih, tertata rapi. Kebalikan dari terakhir kali dirinya masuki.

Segera dia menyapu lantai, justru penglihatannya fokus mengamati sekitar. Mencari sesuatu yang mencurigakan. Ketemu! Selembar kertas diraihnya. Terbentang di atas meja.

"Anjir, bego. MTK, kok, nilai kurang dari nomer sepatu gue," tuturnya nggak berakhlak.

Kertasnya Daniel bolak-balik. Terdeteksi barisan kalimat yang bosan Daniel baca.

"Nggak kreatif. Kosakatanya nggak ada yang lain apa?! Idi ying miti, HiJi. Hilih kintil!" cerocosnya lagi sambil bibir monyong-monyong.

Gerombolan decakan dan gerutuan terus keluar. Daniel kesal. Tak bertahan lama, rautnya berubah drastis.

"Bang Jaebeom kemana?" Merenung sedih.

Trontong!

Kuping Daniel masih normal, sehat walafiat. Belum terjangkit virus conge. Jelas didengarnya, dering ponsel. Tapi di mana asalnya?

Untuk indera pendengaran masih On, kalau mata belum pasti. Percuma usaha Daniel muter-muter kolong kasur. Jelas-jelas ponselnya tergeletak di meja. Pasti terhalangi sama kertas tadi. Jadi,  kesimpulannya yang bego siapa? Daniel atau yang naruh nggak berotak?

"Ini ponsel Bang Jaebeom!" Daniel memekik kegirangan.

Tupukan pesan memenuhi kolom. Ada satu yang menarik bagi Daniel. Lekas saku celana dirogoh, sebuah kartu perdana.

"Sama. Kalau gitu artinya Bang ...."

Otaknya berputar. Menyatukan pikiran-pikiran yang berpendar. Namun, dia ragu untuk menyimpulkan.

"Tok ... Tok ... Tok ... Go Food dateng."

Badan Daniel membalik. Dahinya mengernyit. Muka pucat memenuhi pandangan Daniel. Hal yang selanjutnya dilakukan tinggal teriak.

"AAAKKHHHH!"

°^•|~'°^•|~'::

KOST LAND ||KAMAR 13||Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang