04. TUAS KALENG

171 37 198
                                    

"lho, ini buat apa?" taruni peyandang asma rania pula bergelar sahabat dayana sejak balita menuang isi kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"lho, ini buat apa?" taruni peyandang asma rania pula bergelar sahabat dayana sejak balita menuang isi kepala. musababnya mendapati seonggok tuas kaleng yang sudah dibentuk sedemikian rupa bak cincin tanpa nilai guna.

yang ditanya sejenak mengawang dekih, "oh itu-" selangka merebut benda mungil tadi lantas menautkannya pada jari kelingking.

"-lucu ya, dari erlang."

lantas pikirnya berputar samar, mengulang tempo hari pada detak piringan hitam bertajuk memoar. pun segaris kurva pada ranumnya bagai enggan memudar.









































































 pun segaris kurva pada ranumnya bagai enggan memudar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"incip dong, lang." si gadis merengek jua memasang paras berharap, mengirim lirik pada sekaleng soda yang entah sudah berapa kali erlangga cecap.

salahkan saja taruna itu yang melarangnya minum soda dan malah membeli air mineral sebagai gantinya. dengan dalih 'kamu masih haid, minum air putih aja.'

saat ini mereka tengah duduk di barisan kursi di teras pasaraya. lepas sebelumnya menuntun kuda besi si taruna yang cairan pengisinya tumpas tiba-tiba, membawanya pada pom yang ruang selanya cukup aksa. dan lagi pengalaman berangkat-pulang sekolah bersama untuk kali pertama.

"nih, habisin! tapi kalengnya jangan di buang."

gadis pemilik surai legam mengangguk, lantas cola yang tersisa berhasil hirap dalam sekali teguk. 'erlang nyebelin, beneran di sisain sedikit doang!!' batinnya merutuk.

"nih kalengnya aku balikin!"

taruna bersemat asma erlangga tergelak lepas memotret figur si gadis melukis kesal. kemudian ia beralih sibuk pada tuas segel yang telah ia lepas dari kalengnya muasal.

lantas hening, bahkan sesaat usai pemuda oktober itu meminjam gunting milik dayana yang entah digunakan untuk apa. sampai puluhan sekon kemudian ia kembali mengumbar klausa.

Sedia PeluangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang