Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"terus terus? kalian jadian?!"
antusiasme bahana labium milik teruna pemangku si akustik merangsek rungu dara di singgung. manik kembarnya membola diguyur ritmis kepo tak terbendung.
semenjana entitas yang sejak tadi dipetik berpindah ke sisi bangku. mengesampingkan kantuk demi menggeledah isi pikir kawan gadis yang agaknya gulana membiru.
kali ini sirah dara menggeleng pertanda asumsi teruna ditebang patah, salah praduga. sampai-sampai mencetak kerutan pada dahi lagi benak bertanya. lalu lalang bayu malam diabai, sama hal laksa hening turut bersua. tak ada pentingnya.
"kamu ngga suka sama erlang?"
ranum dara september mencebik, melunglai pada punggung ayunan kayu sembari mengerat hoodie sebab bergidik. aroma petrikor menembus penciuman, sisa presipitasi tinggal rintik. candu nan menarik.
"kok jadi bahas erlang sih, juna?! bahas kamu aja, gimana kamu sama rania? kalian jadian?"
hela berat digelar teruna agustus. selaras mengirim visus, awangnya bak pupus jadi humus. ah bukan! padahal ia berharap dayana seketika berspekulasi lantas melakon lisan atas pertanyaan menjurus. perihal, 'sejak kapan kamu suka rania?' atau, 'kok ngga pernah cerita ke aku?'.
yang sudah terpatri jelas akan adegan kesal dan si teruna harus menjelaskan segala hal guna baiknya hubungan mereka ke depan. terang saja pemuda agustus itu lupa satu hal, dayana, si tenang yang suka menyelami lamunan. saking tenangnya, ia bahkan acap lupa menjaga perasaan. nyesek sendirian.
"kamu ngga liat sih mukanya erlang waktu itu."
"junaaaaaa!"
"dengerin dulu!"
lipatan hasta teruna nian mengawang di dada, tungkai digeraknya hingga ayunan berderit. pelan mengalun dengan awak keduanya yang ikut turun naik.
malam, kala tirta sedia bertitik, jatuh di atas kumparan bantala kebun belakang rumah si gadis. sewaktu beberapa kepala di rumah itu memilih untuk minggat ke alam mimpi, keduanya malah sibuk merangkai opini.
sayup denting gawai membuat aksa teruna ambau terfokus padanya. tertera pesan jua seikat angka yang melabeli cakrawala gulita telah sebegitu larutnya.
"aku cerita besok aja, sekarang kita masuk. udah malam, rania juga udah tidur, kan? aku mau main game sama mas erwin."
hasta kekar menyambar nona akustik untuk kemudian ditimang. hendak beranjak kalau saja puan di sisi kanan tak berklausa di sela lirihan.
"kamu barusan bilang apa, na?" tanya arjuna, memastikan bahwa tak ada kesalahan menangkap sinyal tutur oleh rungunya.