06. HARINYA TARUNA

137 26 89
                                    

'semua perihal korelasi,
disergah antipati
tetap enggan untuk mati.
hari-hari dihabiskan mengangumi,
tepat sekon ini dideklarasi.'

: : niskalaaa_ : :

dewi malam hirap disergap payoda gulita, celah mengisi riuh anantara lima kepala yang semenjana duduk mengitar sembari mengadu netra

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

dewi malam hirap disergap payoda gulita, celah mengisi riuh anantara lima kepala yang semenjana duduk mengitar sembari mengadu netra. sengit pandang dipangkas berubah kaku rupa, saat sebuah botol kosong berpusing di permukaan meja.

"er—lang?!!"

lantang digema sorak selepas ujung tutup menyapa tepat di depan muka teruna yang baru saja dielu asmanya. paras ditekuk, sesekali parunya memompa udara. kaget sekaligus kecewa.

"ayo, cuk. buka aibmu di hari spesialmu ini!! hahaha!" gelak arjuna, sedia menikmati kacang kulit. sirahnya mengutara isi pikir, kiranya rekan satu kelasnya —yang tepat hari ini bertambah usia— itu akan menggandeng kejujuran atau tantangan sebagai pilih.

erlangga berkacak pinggang, sejak awal menggaris agenda hanya untuk menjadikan teman-temannya sebagai tamu undangan. ah, itu juga karena bunda yang memberi titah. tapi masa iya dia yang harus memulai duluan?!

"masa yang ulang tahun buka aib duluan, ngga seru dong!"

"yaudah kalau gitu kamu boleh pilih orang buat gantiin kamu." gadis di sisi kirinya berujar dengan konstelasi netra menumbuh binar.

teruna oktober sejenak berangan, lantas telunjuk ia tuding pada paras rupawan pemuda Gamalintang. yang dikehendaki cuma menyerapah, misuh-misuh dalam lubuk benak.

kalau sudah begini, bisa terancam fakta tersembunyi perkara tersimpannya entitas gadis di hati.

"harus dare, jun!!"

"apaan! engga! engga mau, lang. truth aja!" juna mengelak, meringkus kulit kacang ke dalam plastik yang telah jadi ruang hampa. isinya sudah ludes masuk ke dalam perutnya.

sedang teruni yang sedari tadi bak menelan intan —bungkam, turut berseru, "engga asik banget, juna! masa cowo milih truth?!"

"yaudah karena dayana yang minta, aku pilih dare!"


















"tembak cewe yang kamu suka. kalau ada di sini tembak langsung, kalau engga di sini via telfon!" sahut gadis di sisi kiri erlangga, asmanya soraya.

teruna pemilik acara mendelik netra, walau kemudian ubah raut muka menjadi bahana tawa. bisa dibilang setuju, sebab selama ini seorang arjuna —yang katanya tampannya tiada tara tapi saban hari bersama gadis yang itu-itu saja. kalau tidak dayana, ya rania.

rupanya teruna minim tinggi itu diserang bimbang, memijat pangkal hidung mancungnya sembari terpejam. kemudian haluannya berubah ke sisi kanan, sempurna menumpu hadap pada rania yang bukan main dikejutkan.

Sedia PeluangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang