"gue mohon, min. kasih tau gue, ya?"
"gak. mending lo keluar sekarang dari rumah gue! gue gak bisa kasih tau lu!"
"min--"
"stop! mending lo pergi sekarang juga."
pria tinggi bersurai pirang itu menghela napas pasrah. ia membalikkan tubuhnya dan beranjak pergi dari sana.
ia harus berusaha mencari tahu, dimana kakak jeongin sebenarnya.
.
.
."gue mohon, kak. paling engga lu bicara aja sama dia, sebentar aja. dengerin penjelasannya."
"gue sibuk, seungmin! gak bisa."
"kak.. dia butuh lo.. dia kanker, stadium empat.."
pria bersurai hitam itu terdiam sejenak. menghentikan langkahnya dan menoleh ke belakang.
"suruh dia ke rumah gue besok sore jam lima. siapa namanya?"
"hyunjin. hwang hyunjin."
pria itu mengerutkan dahinya, "hwang hyunjin?"
"lo kenal sama dia, kak?"
"gak. gue permisi." pria itu berjalan menjauhi seungmin, masuk ke mobil hitam miliknya.
"ternyata hyunjin masih disini.."
.
.
.kondisi jeongin sudah mulai membaik, ia juga sudah mulai masuk kuliah sejak beberapa hari yang lalu.
sialnya, tugas kuliahnya semakin menumpuk.
tentu saja hyunjin tidak ingin kekasihnya itu kelelahan karena tugas dari dosen yang kalau katanya hyunjin sangat kampret.
ya, hyunjin meminta sedikit keringanan dengan sedikit memperpanjang waktu pengumpulan untuk jeongin agar kekasihnya itu tidak perlu mengerjakannya hingga tengah malam dan kelelahan.
lagi pula, otak hyunjin juga mampu untuk membantu jeongin mengerjakan tugas-tugasnya.
malam ini, hyunjin sedang berada di unit apartemen milik jeongin. lebih tepatnya, di kamar milik jeongin.
keduanya sama-sama duduk di depan laptop milik jeongin dengan jeongin duduk di sebelah kanan hyunjin. ia bertugas mendikte apa yang harus diketik, sedangkan hyunjin bertugas untuk mengetik.
hyunjin sudah disini sepulang kuliah tadi, pukul 2 siang dan sekarang jam sudah menunjukkan angka 9.21 malam.
"aaaa, jariku rasanya mau keriting aja!" celetuk hyunjin sambil merenggangkan seluruh badannya.
"kan udah aku bilang berhenti daritadi! kakak aja yang maksain. sekarang capek juga, kan? udah berhenti aja dulu," jeongin mengarahkan tangannya untuk menyimpan hasil ketikan hyunjin, namun hyunjin menahannya.
"udah, lanjut aja. masih banyak, tuh!"
"gak usah! nanti lanjut besok aja, masih lima hari lagi kak jadwal ngumpulnya."
"tapi--"
"sshh, udah kakak diem aja," jeongin mematikan laptopnya setelah sebelumnya ia menyimpan file tersebut. ia menarik kepala dan bahu hyunjin agar tidur di atas pahanya.
"jeong, ngapain?"
"udah, kakak relax aja. kan aku yang punya tugas, masa kakak yang sampe pusing mikirnya?"
"gimana gak pusing? kamu gak bisa terlalu capek, jeongiiinn~!" hyunjin mencubit pipi kiri jeongin gemas.
"ya tapikan--"
"apa, hm? tapi apa? kamu itu kalo gak diingetin, pasti lupa waktu. udah dibilangin, masih juga ngeyel. kesehatanmu itu penting, jeongin," hyunjin menyentil pelan hidung jeongin, membuat yang lebih muda mengerucutkan bibirnya.
"tapi masa aku harus minta kak hyunjin bantu aku kerjain tugasku mulu? kakak, kan, pacar aku, bukan pembantuku," jeongin memelankan suaranya.
"aku gak pernah ngerasa begitu, jadi aku gak pernah keberatan buat bantu kamu," hyunjin mendudukkan dirinya.
"aku ngerasa gak enak aja.." jawab jeongin dengan menunduk sembari memilin-milin ujung kaos hitam lengan panjangnya.
hyunjin menghela napas, "kalo diajak bicara, kepalanya diangkat. tatap lawan bicaramu, jangan nunduk," ia mengangkat dagu jeongin agar menatapnya.
"jeongin, aku sama sekali gak pernah rasa keberatan buat selalu bantu kamu. apa yang aku lakuin, itu semua karena aku mau kamu sembuh. aku sama sekali gak mau kamu kenapa-napa."
jeongin bungkam, ia tak dapat menjawab. hyunjin mengusak surai jeongin sambil tersenyum gemas.
"jangan tegang kayak gitu, dong! makan aja, yuk!"
jeongin mengangguk, "tapi aku mager mau masak. delivery tapi mau hemat uang," ia mendengus malas.
"kamu kemarin baru nyetok mie instan, jeongin. ayo, jangan alesan."
"ih, gak sehat tau--"
"udah, nggak apa-apa. sekali-sekali, jeongin. ayo!"
"tapi--"
"kamu banyak protes, ya! ayo, makan!"
hyunjin menarik jeongin dan menggendongnya seperti pengantin. jeongin lantas memberontak. berteriak dan menggerakkan tangan dan kakinya.
"KAK HYUNJEEEAAANN!! TURUNIN AKU!!"
"eh eh, jangan gitu, nanti jatuh!"
"BIARIN! TURUNIN, GAK?!"
"nggak!"
"HWANG HYUNJIN MEMBLE, TURUNIN AKU!"
"diem."
"TURUNIN! BODO AMAT! CEPET! GAMAU DIEM SEBELUM KAKAK TURUNIN AKU!" hyunjin meringis mendengar suara jeongin yang memekik seperti lumba-lumba.
"aku cium, nih?"
"BERANI KAU CIUM, SAYA TAMPAR BIBIRMU, YA! TURUNIN, GAK, HAH?! HYUNJIN TURUNIIIIIIIINNNN!"
cup!
"kamu berisik."
jeongin diam, hyunjin tersenyum lebar.
setelah sampai di dapur, hyunjin segera menurunkan jeongin. karena gugup, jeongin segera menyiapkan air dan dua bungkus mie instan untuk ia masak.
bahkan saking gugupnya, ia menjatuhkan beberapa barang yang disambut kekehan dari hyunjin.
drrtt!
hyunjin mengambil ponselnya di kantong celananya. ada pesan masuk dari...
seungmin
share a location
besok jam 5 sore lo harus
kerumahnya.
itu lokasinya.
jelasin aja semuanya ke dia.--------------------------------------------
terima kasih udah mau baca!—tbc…
KAMU SEDANG MEMBACA
let u go ; hyunjeong.
Fanfiction[ finished ] [h.hyunjin ; y.jeongin] "i must let you go. even though that hurt me, yang jeongin." ️- WARN! (» dom! hj. sub! jn. (» bxb ; not homophobic area (» written in lowercase. sjyeonn present, 2O2O.