"Ayo ke Kantin." Ajakan itu membuat Jaemin yang tengah memasukkan buku dan alat tulis ke dalam tas menoleh, pada sosok Haechan yang sudah berdiri di samping mejanya. Jangan lupakan Renjun yang baru saja balik ke meja karna baru selesai menulis di papan tulis.
"Bentar ini gua rapih-rapih dulu," Renjun protes, duduk di bangkunya sendiri dan memasukkan alat tulis ke dalam tas agar tidak hilang. Terlalu rawan meletakkan alat tulis di atas meja.
Sementara Haechan berdecak kesal karna Renjun yang terlalu lama, Jaemin malah sudah berdiri dengan kotak bekal di tangannya. Menatap kedua teman yang dia kenal dari semasa SMP.
"Kalian ke Kantin duluan aja, gue mau ke kelas Jeno dulu."
"Ngapain, sih?" Itu suara Renjun, dengan nada tidak biasa yang membuat Jaemin langsung menatap si cowok mungil itu.
"Ngasih bekal. Semalem dia ngetweet pengen nasi goreng gitu, yaudah gue bikinin."
"Yaelah,"
"Udah, ah. Kalian duluan aja. Gue bentaran doang, kok. Nanti nitip soto mie, pake nasi!" Tanpa menunggu jawaban kedua temannya, Jaemin berlalu keluar kelas, berjalan di Koridor bersamaan dengan murid lain membuatnya sedikit sesak, tidak suka berada dikerumunan, namun suka suasana saat dia membalas setiap senyum yang para murid berikan kepadanya, atau menyapa beberapa murid yang dia kenal.
Kelasnya dengan kelas Jeno lumayan jauh, beda koridor, karna memang mereka beda jurusan. Jaemin memilih IPS, sedang Jeno, dengan otak pintarnya itu, duduk di bangku kelas IPA dengan para murid kebanggaan guru lainnya.
Tapi jangan salah, walaupun memilih IPS, otak Jaemin tidak bisa diragukan. Dia pernah menang Olimpiade Matematika beberapa kali, dan mengikuti lomba menulis dengan membawa pulang juara pertama.
Jaemin sudah memutuskan akan menjadi apa dari pertama kali dia mendaftarkan diri saat masuk SMA, dan IPS adalah batu loncatannya.
Sampai di Koridor IPA, Jaemin bertemu dengan beberapa teman kelompoknya saat masa Orientasi Sekolah, menyapa mereka dengan senyuman manis yang dapat meluluhkan hati siapapun.
Na Jaemin itu, menjadi incaran banyak orang tanpa dia sendiri ketahui.
"Hai, Jaem."
"Hai, Kak. Mau ke Kantin?" Jaemin membalas sapaan Kakak kelasnya itu dengan ramah.
"Iya, nih. Lo mau kemana?"
"Ke kelas Jeno, bawain bekal."
"Ngapain? Rajin amat, Haechan dulu gak pernah bawain gue bekal."
Jaemin terkekeh. Biar dia perkenalkan sedikit siapa orang yang menyapanya ini. Dia Mark Lee, mantan pacar Haechan yang Haechan putuskan tanpa Jaemin tahu apa penyebabnya. Hubungan kedua orang ini terlalu rumit untuk dibicarakan.
"Gua bisa bilang ke Haechan sih kalau lo mau bekel,"
"Bercanda, elah." Mark tertawa, miris sendiri karna ingat kalau dia dan Haechan saat ini sudah tidak memiliki hubungan apapun.
"Udah, deh. Gua mau ke Kantin dulu, temen-temen gua udah pada nungguin. Bye, Jaem."
Jaemin hanya membalas dengan senyuman, kemudian melanjutkan langkahnya menuju kelas Jeno. Sampai dia berhenti di pintu kelas XI IPA 1, Jaemin menyiapkan diri sebentar. Sudah lama tidak bertemu dengan pacarnya itu membuatnya sedikit gugup.
Memasuki kelas, Jaemin menyembunyikan kotak bekal di belakang tubuh, hendak memberikan kejutan pada Jeno, namun dia sendiri yang terkejut karna mendapati Jeno tengah tertawa riang dengan sosok yang dia bilang sahabat.
Tawa yang tidak pernah Jeno berikan kepadanya.
"Jaemin!" Hana mengalihkan pandangan, menatap Jaemin dengan senyuman lebar kemudian menyuruh Jaemin mendekat.
"Udah lama gue gak ngeliat lo." Basa-basi, dan Jaemin harus menyembunyikan topengnya dengan baik dengan memberikan senyuman terbaiknya.
"Iya, nih. Lagi agak sibuk sama ujian harian."
"Huhu jadi inget dikit lagi ujian semester,"
Jaemin tidak terlalu mendengarkan kalimat Hana selanjutnya, karna matanya daritadi terus tertuju pada sosok Jeno yang hanya duduk diam, menyantap nasi goreng yang Jaemin tebak Hana yang bawa.
"Eh, lo mau ini? Punya gue belom dimakan, kok. Sini makan bareng," Hana mengajak Jaemin duduk di sampingnya, namun gelengan kepala yang Jaemin berikan membuat cewek itu berhenti memaksa.
"Gak usah, deh. Tadi gue kesini cuman kebetulan lewat aja." Mata Jaemin tidak berpindah pada Jeno yang masih terlihat tenang, namun dengan jelas terlihat terganggu karna Jaemin masih berada di dekatnya.
Mengeratkan pegangan pada kotak bekal yang masih dia sembunyikan di bekalang tubuh, Jaemin menatap pada Hana, kemudian berpamitan pada cewek itu karna Haechan dan Renjun sudah menunggu di Kantin.
Selanjutnya, Jaemin meninggalkan kedua sejoli yang tampak seperti sepasang kekasih itu berdua, seperti sebelumnya.
Sayup-sayup dia mendengar suara dengan nada protes yang Hana layangkan pada Jeno, "kenapa gak nyapa Jaemin, sih?!" Tanpa mau tahu kelanjutan percakapan mereka, Jaemin mempercepat langkahnya menuju Kantin. Makan soto dengan nasi akan membuatnya sedikit melupakan rasa kesal yang dia rasakan sekarang.
• • •
Ini kayanya bakalan ngecewain kalian, sih. Tapi aku mutusin buat revisi cerita ini. Dirombak ulang karena ngerasa yang sebelumnya penuh plot hole, semoga aja yang ini gak sebanyak kemarin sih plot hole nya. Hehe
Terus masalah nama tokoh antagonis ceweknya, aku mutusin buat ganti karena gak nyaman aja sih pake nama sebelumnya. Jadi, ya gitu.
Maaf ya udah ngecewain kalian karena cerita ini jarang update, dan sekarang malah dirombak gini.
Semoga kalian suka sama versi yang ini.
F.
21.06.16
KAMU SEDANG MEMBACA
Last || nomin
FanfictionTidak ada yang harus dilanjutkan. Dari awal, hubungan mereka memang tidak baik-baik saja.