0.3;𝚂𝚎𝚗𝚒𝚗 𝚖𝚊𝚕𝚊𝚖 𝚋𝚎𝚛𝚜𝚊𝚖𝚊 𝚛𝚊𝚗𝚞 𝚔𝚞𝚖𝚋𝚘𝚕𝚘

183 35 35
                                    




🇬​🇲​🇪​🇪​🇹

Aurora mengurung niatnya untuk memanggil Hanif via GMeet, akhirnya setelah beberapa jam berkelahi antara pikiran dan hatinya Ia mencoba untuk memejamkan matanya, tetapi tetap saja kalau orang banyak pikiran mana bisa tidur dengan cepat, bukan?

Kalau Aurora tidak bisa tidur, Ia selalu mengingat tips yang diberikan oleh Hanif ketika mereka sedang naik gunung semeru,

Aduh Hanif lagi, Hanif lagi.

Aurora jadi gak bisa berhenti memikirkan sahabatnya itu, apakah benar perkiraannya dan perkataan Eric? Ah sudahlah Aurora ingin membuat coklat panas yang disarankan oleh Hanif ketika Ia tidak bisa tidur.

Oh ya, waktu nanjak di Semeru, tepatnya di Ranu Kumbolo seusai melewati Ranu Pani, Hanif pernah menyarankan,

"Ra, jangan main hape mulu! Kalo gak bisa tidur nih minum coklat panas punya gue." Ucap Hanif yang suaranya masih tertanam di dalam pikiran Aurora.

"Udah malem nif, ntar gue gendut ah minum coklat malem-malem."

Aurora keluar dari kamarnya, menuju dapur untuk membuat coklat panas. Kini malah Ia bergantung dengan coklat panas jika tidak bisa tidur.

"Pilih mana, minum coklat panas biar cepet tidur atau gak bisa tidur? Ntar maleman dikit ada penghuni ranu kumbolo loh, ra." Hanif membual, tetapi Aurora langsung merinding dan menepuk bahu Hanif cukup keras.

"Hanif apaan sih omongan lo tuh, issh,"

Hanif terkekeh sambil mengusap usap bahu kanannya.

"Yaudah sini mana coklatnya!"


Aurora di dapur rumahnya yang sedang menuangkan air panas dari termos ke gelas yang sudah berisi coklat bubuk tersenyum seketika mengingat kejadian itu. Ia mengaduk isi gelasnya perlahan.

Hanif menyodorkan gelas stainles steel nya ke tangan Aurora, Aurora langsung menyuruputnya pelan lalu mengembalikan gelas itu ke tangan Hanif.

"Mana ngefek kalo seseruputan begitu sih raa." Ucap Hanif, hanya ada cahaya dari lampu petromax yang dibawa Satria tetapi Aurora dapat melihat kalau kening Hanif mengernyit.

"Abisin nih?" Tanya Aurora sambil menarik ingusnya yang mulai keluar karena dinginnn bangett.

"Ya iyalah, pake ditanya lagi." Jawab Hanif enteng, lalu Ia beranjak dari duduknya.

"Ih mau kemana lo? Jangan tinggalin gue!" Cegah Aurora yang menahan jaket Hanif.

"Ke tenda bentar. Lagian lo gak sendiri kok, tuh ada abang-abang di sebelah sana, disana juga masih ada orang tuh, lampunya masih nyala."  Hanif menunjuk-nunjuk ke arah tenda yang masih ada orang di depan tendanya masing-masing.

"Jangan lama- lama lo!" Aurora melepaskan tangannya dari jaket Hanif.

Hanif yang cuma ngangguk-ngangguk doang lalu masuk ke tenda merah yang terdapat Satria juga Eric di dalamnya.

Cukup beberapa detik doang Hanif masuk tendanya lalu keluar lagi dan duduk disamping Aurora.

"Cepet banget." Ucap Aurora terheran.

GMEET ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang