Surat kecil yang tak sampai
Part 3
--
“Siapa?” tanya Ira. “Kamu bisa pakai toilet yang di sebelah!” ujarnya namun tak direspon siapapun. Bahkan sekarang menjadi hening.
Ira pun membuka pintu toiletnya, dan yang mengejutkan. Tak ada siapa-siapa disana.
Jadi ... Dimana Cindy dan temannya?
--
“Kalau kalian masih terus mengganggu dia, aku akan lapor ke guru Bk.” ujar seorang gadis misterius kepada Cindy dan juga temannya. Dan yang mebuatku bingung adalah, kenapa mereka bisa sampai disini?
“Oke, kami nggak akan ganggu dia lagi.” jawab Cindy pada gadis misterius itu. Lalu gadis misterius pergi meninggalkan Cindy dan juga temannya.
Dengan tatapan benci dan rasa sakit hati, Cindy mengepal tangannya seolah ingin memukul gadis misterius itu yang berani mengancamnya. Dan meski Cindy sudah menjawab, ia tidak akan mengganggu Ira lagi, tentunya Cindy tidak serius dalam ucapannya. Dia tetap akan melakukan apa yang ingin dia lakukan pada Ira.
Saat gadis misterius itu hilang dari pandangan mereka, Cindy dan temannya pun kembali masuk ke dalam kamar mandi untuk kembali pada Ira.
“Ira! Keluar lo!” teriak Cindy dari luar toilet yang Ira tempati, sedangkan temannya sedang diluar berjaga-jaga bila ada yang ingin masuk.
Ira yang menyadari jika Cindy ada di depan toiletnya—langsung bangkit dan membuka pintu toiletnya. “Apa?” ujar Ira pada Cindy.
“Masuk lo!”
Tiba-tiba Cindy mendorong Ira masuk ke dalam toilet, dan mulai melucuti baju Ira dengan paksa. Sedangkan temannya Cindy masuk dan mulai merekam Ira yang hampir tak berbaju itu.
“Rasain! Ini akibat lo menghina gue di depan orang-orang tadi!” ujar Cindy yang masih berusaha melucuti baju milik Ira.
Ira yang panik dan ketakutan sudah berusaha memberontak namun ia tetap tak bisa melakukan apa-apa. Ira hanya bisa menangis dan mencoba membela diri, sementara Cindy dan temannya terus melakukan hal keji itu pada Ira.
Tuhan, bantu Ira. Jerit Ira dalam hati sembari menangis.
--
Setelah merasa puas melakukan hal itu pada Ira, Cindy dan temannya beranjak pergi meninggalkan Ira yang tengah lemas tak berdaya.
Tapi sebelum Cindy pergi dari tempat itu, ia kembali membalikkan badannya dan berjalan pelan menuju Ira.
Dengan tatapan puas dan senyuman kemenangan, ia mengatakan. “Video ini akan gue tunjukin sama semua orang ... Jadi jangan pernah berani masuk ke kelas lagi kalau lo masih punya muka!” ujarnya, “bye!!”
Lalu Cindy dan temannya itu pergi, sedangkan Ira masih dalam keadaan yang sama seperti tadi. Menangis, bingung, benci, dan marah. Dia tak berdaya dengan keadaannya saat ini.
--
“Apa salahku? Tuhan?”
“Mengapa ini semua terjadi padaku?“
“Mengapa derita tak kunjung berakhir?”
“Apa yang akan terjadi nanti jika Cindy memberitahukan video itu pada semua orang? Bagaimana nantinya?”
“Seharusnya aku mengatakan semuanya pada Bu Novi, seharusnya aku jujur padanya tentang keadaanku saat ini ... Dengan begitu Cindy tak akan terus-terusan melakukan perundungan padaku.”
KAMU SEDANG MEMBACA
[✔] Satu
Short Story[1/1] one-shot (SELESAI) Kumpulan cerita pendek dan one-shot dengan tema acak. [FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA, HARGAI KARYA AUTHOR DENGAN VOMENT] MAU SUKSES? JANGAN PLAGIAT! Cerita ini hanya fiksi belaka, apabila ada kesamaan nama, tempat, kejadian, d...