Bab.1b

75.2K 3.3K 31
                                    

Ben menatap wanita yang berhasil ia dudukan diatas wastafel. "Bukankah kamu seorang pelajar, bibirmu haruskah semerah itu dan lagi kacamata hitam yang bertengger dihidung mu." Ucap Ben yang tak pernah terfikir oleh nya akan bertemu dengan siswa macam wanita dihadapan nya.

"Saya harus pergi banget nih om." Ujar Elisa pada Ben yang tengah mengurung tubuh kecil nya.

"Lepaskan kacamata mu dulu, saya harus lihat seperti apa bentuk wanita yang berani menumpahkan jus dibaju saya?" Ucap Ben sembari berniat melepaskan kacamata Elisa.

Akan tetapi dengan sigap Elisa menahan nya, ia tidak mau wajah nya ada di TV atau masuk kedalam penjara. "Maaf om, maaf banget." Ucap Elisa sembelum dirinya berhasil kabur karena menggigit tangan Ben.

Ben yang kesakitan karena itu meruntuki gadis kecil yang berani mempermainkan nya, hingga wanita itu dapat lepas dari genggaman nya.

Ben mengeluarkan ponsel nya dan meminta sekretarisnya untuk menyiapkan juga mengantarkan baju ganti ke hotel tempat ia berada.

"Sial!" Kesal Ben.

Sesampainya di kantor, Ben masih tidak bisa melupakan bibir anak kecil itu. Bibir yang menggunakan lipstik merah untuk menggigit tangan nya sangat berharga ini. "Anak itu, sampai ketemu untuk yang kedua kali gak bakal aku lepaskan dia." Gumam Ben.

Tok tok tok
Sekretaris cantik dan seksi milik Ben pun masuk untuk menemui sang bos. "Ada panggilan dari orang tua pak Ben, katanya mereka sudah menelpon bapak hanya saja selalu bapak matikan." Ucap sekretaris Ben.

Ben mengangguk dan menerima telpon tersebut. "Ada apa mah?" Tanya Ben pada mama nya yang berada disebrang.

"Halo, apa mama baik- baik saja, kenapa suara nya sepeti itu?" Tanya Ben yang sebenarnya sangat mencintai ibunya, hanya saja kadang gengsi nya terlalu tinggi.

"Rumah sakit mana?" Tanya Ben.

Setelah mendapat jawaban dari sang mama, Ben segera bersiap menuju kerumah sakit. Sesampainya disana Ben dengan tergesa-gesa menemui sang ibu.

"Ada apa ini?" Tanya Ben pada sang dokter, sedangkan dokter tua itu mengajak Ben kedalam ruangan konsultasi nya.

Ben menurut dan mendengarkan dengan paham penjelasan sang dokter perihal sakit ibunya. "Benarkah separah itu?" Tanya Ben sedangkan dokter mengangguk tak enak hati.

Ben menghampiri ibunya yang berada diatas ranjang. "Sudah lama gak lihat anak mama yang satu ini?" Ucap sang mamah.  

"Dimana papa, kenapa mama sendirian disini?" Tanya Ben.

Belum sempat mama nya menjawab papa nya sudah datang dari pintu kamar. "Papa harus bicara penting dengan mu, keluarlah sebentar saja." Ucap sang papa membuat Ben mengikuti keluar.

"Menikahlah." Ucap papa Ben pada anak laki-laki nya.

Ben mengerutkan keningnya. "Pernikahan bukan sesuatu yang mudah, papa pasti lebih tahu dari Ben." Ucap Ben.

Sang ayah mengangguk. "Umur mama mu sudah tidak lama lagi, sedangkan keinginan nya hanya melihat kamu menikah dan memiliki cucu. Dia mau jadi yang pertama menggendong nya." Ucap sang papa menahan tangis nya.

Ben tak kuasa melihat ini, kenapa dada nya ikut sesak. Ia mencintai keluarga dengan sangat, akan tetapi jika untuk menikah dengan siapa ia harus melakukan nya. "Ben sudah tidak memiliki wanita untuk di nikahi." Ucap Ben mengingat kembali perkataan kekasih nya.

Papah nya mengangguk. "Kalau begitu baguslah, papah sudah memilih calon istri untuk mu. Besok setelah pulang kantor temui dia untuk berkenalan dan mengobrolkan beberapa hal." Ucap sang papa membuat Ben membulatkan matanya.

"Pah, apa papa baru saja menjodohkan aku?" Tanya Ben tak suka dengan rencana papa nya.

"Ini satu-satunya cara Ben, lebih baik bertemu lebih dulu sebelum menolak nya mentah-mentah." Ucap papa Ben membuat Ben setuju.

Don't fall in love!⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang