Bab.4b

60.2K 2.6K 25
                                    

Elisa mau tidak mau mengikuti Ben dari belakang, kini dirinya merasa tengah berada dihamparan tanah gersang. Ia seperti, tengah dijadikan budak oleh pria bernama Ben ini. "Sudah makan?" Tanya Ben tanpa menoleh padanya.

Entah malaikat apa yang merasuki Ben saat ini hingga menanyai apakah Elisa sudah makan atau belum, ataukah sebuah rasa bersalah atas apa yang sebelum nya dilakukan pada wanita itu.

"Belum." Ucap Elisa seadanya.

Ben membawa Elisa kedalam lift, tak disangka wanita itu kembali bertemu dengan dokter Rey itu. Elisa dengan cepat membuang pandangan nya kala pria bernama Rey ikut menoleh. "Hai!" Sapa Rey pada Elisa membuat perhatikan Ben seketika teralihkan pada mereka berdua.

Ben nampak memperlihatkan wajah penasaran, akan tetapi dirinya menahan untuk tidak bertanya. Karena dirinya dan Elisa tidak memiliki hubungan yang mengharuskan mereka saling tahu menahu tentang kehidupan pribadi.

"Ha-hai." Balas Elisa yang entah mengapa Ben tidak suka mendengar nya.

"Calon suami nya ada disini, tapi kenapa Carol dengan santai membalas sapaan pria lain?" Pikir Ben kala itu.

Ben masih dengan sikap dingin nya, meletakan kedua tangan nya di kantong dan menatap kedepan. "Maaf ya udah nabrak tadi, aku pikir kamu kenapa-kenapa karena menunduk dan terlihat sedang menahan tangis." Ucap Rey membuat Elisa menggelengkan kepalanya.

"Bukan masalah kok, tadi tuh cuma kelilipan." Ujar Elisa sembari melirik Ben sekilas.

Ben merasa lift saat ini berjalan sangat lambat membuatnya kesal bukan main, ia juga mendengar ucapan pria asing dibelakang nya tentang melihat Elisa menangis.

Pikiran nya mulai berfikir, apa itu karena nya?

Melihat pintu lift terbuka Elisa pamit dan mengikuti Ben dari belakang. "Masuklah." Ucap Ben menawari Elisa.

"Aku naik taksi saja." Ucap Elisa tidak kuat dengan atmosfer saat bersama dengan Ben.

Ben mengerutkan dahinya. "Aku kan bilang masuk, dan di ucapan ku tidak ada kata yang menyuruh mu untuk dapat menolak nya." Ucap Ben membuat Elisa mengepalkan tangan nya menahan amarah.

Elisa mengangguk setelah menarik napas, dirinya masuk kedalam mobil. Tapi sebelum itu Elisa sempat menoleh pada Ben yang ikut menatap nya. "Aku tidak akan diturunkan dijalan kan?" Tanya Elisa takut kalau Ben kembali bersama kekasih dan ia yang akan menjadi korban nya lagi.

Lama mendengar jawaban dari Ben, Elisa masuk kedalam mobil tanpa bicara lagi.

"Ini bukan arah pulang rumah ku." Ucap Elisa.

"Memang nya ada yang janji ingin membawa mu pulang?" Tanya Ben membuat Elisa semakin tak habis pikir.

Ben tidak menjawab dan berhenti disebuah kafe yang terlihat mewah padahal baru dari luarnya saja. "Mau ngapain?" Tanya Elisa.

Setelah Ben parkir Elisa dengan cepat berteriak. "Aku gak mau kalau makan disini, walau pun kamu yang teraktir juga!" Ucap nya pada Ben membuat pria itu menghentikan langkah nya.

Ben melangkah mendekat pada Elisa, seakan bertanya mau kemana kalau bukan makan disini. "Aku mau makan ditempat ku, kemarin sudah restaurant pilihan mu. Kini biar aku yang memilihnya secara pribadi." Ucap Elisa

Sebenarnya dirinya sengaja melakukan itu, ia tidak mau dibawa ketempat dimana Ben dan kekasih nya mungkin saja akan bertemu kembali. Lalu dirinya bisa saja ditinggalkan sendirian lagi.

Ben mengangguk setuju, lalu masuk kembali dan mulai berkendara. "Dimana tempat nya?" Tanya Ben.

"Dekat sekolahan Estabelize, disana ada rumah makan enak." Ucap Elisa yang sebenarnya tempat makan itu adalah tempat langganan nya makan setelah pulang sekolah.

Sesampainya ditempat Ben merasa heran karena tidak menemukan sebuah restauran disana. "Dimana letak nya?" Tanya Ben.

Elisa menunjuk sebuah tempat makan yang lebih mirip seperti warung. "Disana!" Ucap Elisa sembari keluar dari mobil, diikuti juga oleh Ben yang tidak pernah menyangka sebelum nya ia akan di bawa ke sebuah tempat makan model begini.

"Apa kamu gak salah tempat?" Ucap Ben pada Elisa.

Don't fall in love!⚠️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang