#8.

29 5 0
                                    

Aku memutuskan untuk kembali ke pondok meskipun belum saatnya pulang.
toh gak ada gurunya juga buat apa?. Daripada di kelas ikut ngeghibahin orang mending di pondok
kan bisa melakukan hal-hal yang lain yang lebih bermanfaat lagi.

mending persiapan buat taqror. Taqror itu sama dengan belajar bersama,
ya belajar buat sekolah besok pagi.
jadi setelah jamaah salat isya disambung dengan muraqabah setelahnya baru Diniyah kemudian thaqrar dan yang terakhir adalah istirahat untuk memulai hari esok yang penuh dengan teka-teki.

Aku berjalan dengan santai sambil berbincang-bincang ringan dengan Devina.
Ya bicara apalagi kalau bukan seorang yang disebutkan Devina beberapa menit yang lalu.
Entahlah seperti ada gravitasi yang sengaja menarikku untuk mengetahui identitasnya.
enggak tahu apa alasannya bukannya macam-macam ya cuma penasaran aja.

Ketika aku melewati sebuah belokan di sana tanpa sengaja mataku melihat tiga orang cowok yang berjalan berlawanan arah dengan kami.
Semakin dekat jarak mereka dengan kami.
Dan di bawah penerangan jalan ini
Semakin jelas pula penglihatanku melihat mereka semua.

Tanpa suatu alasan aktivitas mereka semua terhenti.
Karena mereka telah menghalangi jalan ku,
Secara otomatis aktivitas pun juga ikut terhenti.

Apa sih yang mereka lakukan?
Sekelibat pertanyaan muncul di benakku.
Tak lama dari itu devina menyenggol pelan lenganku.
Sejenak aku meresponnya dengan menaikkan kedua alisku.
Ia mendekatkan mulutnya
ke telinga ku.
Aku pun sedikit menunduk guna mengikuti arahannya.

"Itu loh Mel seseorang yang titip salam buat kamu tadi!"
Ujar devina berbisik pelan namun aku masih bisa menangkap suaranya.

Hmppt... Aku menahan tawaku sambil sedikit menundukkan kepala.
lucu rasanya ketika aku mengingat ucapan devina yang lalu.
cool katanya tampan katanya atau apalah itu ternyata apa yang aku imajinasi kan sedikit tidak terpenuhi.
Masa laki-laki yang cool yang dingin kok pakai nya sarung warna pink kan lucu.
Memang sih aku akui ia memang tampan tapi kurasa pujian devina tadi yang kemubaziran.

"loh kok ketawa mel"
Tanya devina padaku.
dengan secepat kilat aku mengubah ekspresi ku seperti semula.

"nggak papa"
jawabku singkat.
di hati kecilku tertawa tatkala melihat mimik wajah lelaki itu yang sungguh kebingungan.

"apa sih lo gak jelas ketawain gue ada yang lucu?"
kata pemuda bersarung pink tersebut dengan tatapan matanya yang menusuk.

"Apaan sih,aku nggak ngapa ngapain. Awas mau lewat!"
Balasku tak kalah bengis.

Lalu aku mengajak devina pergi dari tempat itu sebelum nanti ada pengurus keamanan yang melihat keberadaan kami,
nanti dikirain yang enggak enggak kan jadi masalah.

Aku dan devina pergi meninggalkan mereka bertiga yang masih kebingungan.
Bukan mereka saja yang kebingungan namun Devina juga nampak kebingungan atas perilaku ku tadi.

Sesampainya di pondok aku pergi ke kamar mandi untuk mengambil wudhu sejenak untuk menghilangkan kegerahan yang melanda ini.
Setelah aku masuk ke dalam kamar Aisyah aku melihat Devina yang sudah duduk manis di sana dengan kedua tangan yang memegang novel, sedangkan mulutnya asyik mencomot sebatang coklat.
Maklumlah penggemar cokelat.

Saat aku ingin menjadwal buku ku, Tiba-tiba Devina bersuara.
"Mel tadi kenapa kamu kok ketawa sendiri waktu berpapasan sama cowok itu!. "

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 11, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mr.PinkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang