Martabak

118 11 0
                                    

"Raaa, bangun!" Vero berteriak sangat kencang di telinga Vara dan menyibak kan selimutnya.

"Ck, apaan sih lo! Ganggu tau ga!" Vara mendengus dan kembali menyelimuti dirinya.

"Heh, gua abang lu, ga bisa sopan dikit apa?!" Kata Vero yang sudah jengkel melihat kelakuan Vara. "Cepetan bangun, kalo ga, abang tinggal!" Vero yang sudah lelah mengomel meninggalkan kamar Vara yang berantakan.

Braakkk, suara pintu yang ditutup dengan kasar oleh Vero.

"Cih, andaikan gue bisa naik motor atau mobil, gue bakal berangkat sendiri, huh." Gerutu Vara. Lalu dengan berat hati Vara berdiri menuju kamar mandi. Setelah mandi Vara memakai seragam dengan asal, mengoleskan sedikit liptint, menyemprotkan parfum secukupnya, lalu turun menuju ruang makan.

Vara membuka kulkas mencari simpanannya.
"Bang, martabak tadi malam mana??" Tanya Vara keherenan melihat isi kulkas yang kosong seperti hatinya. Vara mencari martabak yang ia beli tadi malam khusus untuk sarapan, karena Vara tidak bisa memasak dan malas untuk membeli sarapan di pagi hari.

"Udah abang makan." Jawab Vero enteng.

"Kan isinya banyak masak abang semua yang makan?" Tanya Vara heran.

"Enggak, tadi malem temen abang dateng, terus ga ada makanan ya udah abang makan, hehe." Vero hanya nyengir tanpa merasa bersalah.

"Ya nggak bisa gitu dong, gue yang beli buat sarapan, malah abang makan!" Ujar Vara jengkel, ia tidak terima bila kepunnyaannya direnggut. (halah pdhl juga cmn makanan)

"Ya udah si ga usah marah-marah, entar abang beliin lagi, gampangkan?"

"Bukan masalah itu, sekarang gue makan apa bang?!"

"Ya lu masak apa kek, masa cewe ga bisa masak." Tutur Vero yang sudah kesal.

"Sumpah ya, lo tuh ngeselin!" Teriak Vara kemudian keluar dan membanting pintu, Braakkkk.

Vero yang melihat hal tersebut langsung berlari menyusul Vara. Dengan cepat Vero meraih tangan Vara dan menariknya.

"Lo mau ke sekolah jalan kaki hah?!" Teriak Vero sambil memandang Vara khawatir.

Vara yang risi dipandang langsung memalingkan mukanya, lalu melepaskan tanganya. "Ya enggak lah, gila aja. Cepetan keluarin mobilnya keburu telat."

Di dalam mobil Vara hanya memainkan handphonenya, sedangakan Vero mencuri pandang ke arah Vara.

"Apaan liat-liat?!" Vara yang mengetahui hal tersebut langsung nyolot.

"Udah dong marahnya, abang capek tau ngekhawatirin lo."

"Salah siapa abang makan martabak gue, tanpa seizin gue!" Vara masih tidak terima.

"Ya udah abang minta maaf. Lo mau apa, biar nanti abang beliin." Vero lebih memilih mengalah menghadapi Vara, karena kalau enggak ngalah masalahnya ga akan selesai.

'akhirnya abang nyerah jugak.' Senyum Vara mengembang. "Nah gitu kek dari tadi, gengsi amat cuman minta maaf. Cih."

"Iya iya, mau apa?!" Vero bertanya dengan terpaksa. 'Untung adek, untung sayang, kalo ga udah gue buang nih anak.'

"Oke, gue mah ga minta aneh-aneh kok, cuman minta martabak manis rasa wasabi. Harus ketemu, ga mau tau, bye." Vara pun keluar dari sedan hitam itu meninggalkan Vero yang tengah termenung (syok).

"Varaaaa, bang*at. Ga aneh dari mana?! Mana ada martabak manis rasa wasabi. Sial."
'Mampus, anji*g.'

Vero - Martabak begituan cari dimana anjr-_

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Vero - Martabak begituan cari dimana anjr-_

Sekian.....
Sori ya, ceritanya emang gaje, wkwk.
Vote and komen juseyoo^o^

My EagleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang