"Hei Ra!" Sapa Disa sambil menjajari langkah Vara."Hei Dis!"
"Tumben pagi-pagi dah jutek aja, ada apa nih?" Tanya Disa.
"Biasa, abis ribut sama abang gue."
"Astaga, emang ya idup lo kerjaannya ribut mulu." Disa tak habis pikir.
"Diss, gue laper nih, belom makan gara-gara abang gue. Kantin yuk." Ajak Vara.
"Skuy, bayarin yak." Kata Disa sambil nyengir.
"Gampang itu mah."
Di kantin lumayan sepi, hanya ada beberapa orang saja disana. Vara dan Disa memilih meja dekat penjual bubur ayam.
"Lo mau makan apa?" Tanya Disa."Mumpung deket sama kang buryam, beli bubur ayam aja deh, males gue jalan jauh-jauh."
"Oke biar gue pesenin, mau minum apa?"
"Mm, teh anget aja, jangan lupa gulanya jangan diaduk, ehe." Bukan Vara kalau enggak pesan yang aneh-aneh.
"Hm, ribet amat sih." Ucap Disa seraya pergi menghampiri penjual bubur ayam, lalu memesan pesanannya. "Mang, bubur ayam dua, minumnya es teh sama teh anget, yang anget gulanya jangan di aduk ya mang." Ujar Disa panjang lebar. Setelah selesai memesan Disa kemudian kembali ke tempat duduknya.
Tidak lama kemudian pesenan mereka datang. Langsung saja mereka sergap bubur ayam yang masih hangat, belum lama mereka menikmati makanannya tiba-tiba seorang guru menghampiri mereka.
"Eh Disa, Vara, salah satu dari kalian bisa tolong bantu ibu ga? Aduh, ini ibu udah ditunggu rapat ini." Bu Putri yang tergesa-gesa menghampiri mereka.
"Minta tolong apa ya Bu?" Tanya Disa malas, kalau udah ketemu Bu Putri bawaannya pengen kabur, karena pasti di suruh ini itu.
"Aduh, tolong banget ya Disa, tolong ambilin laptop Ibu di mobil, ini kuncinya. Cepet ya Disa, ini Ibu keburu rapat. Ibu tunggu di ruang guru ya." Kata Bu Putri lalu meninggalkan kunci mobilnya pada Disa.
"Aduh, kenapa sih pagi-pagi udah ketemu Bu Putri aja, sial." Umpat Disa.
"Udah cepetan sana, biar ini gue yang bayar. Nanti di omelin Bu Putri lho, kalo sampe lo di omelin, RIP telinga lo."
"Oke, see you di kelas, bye." Disa berlari menuju tempat parkir. Sedangkan Vara meneruskan makanya yang tertunda.
Setelah menyelesaikan makanannya, kemudian Vara berdiri menuju penjual bubur ayam.
"Totalnya berapa mang?" Tanya Vara sambil mencari dompetnya di tas.
"25.000 neng."
"Oke, bentar mang." Vara tidak menemukan dompetnya di dalam tas, ia terus mencari ke sakunya, namun tetap tidak ada. 'Mampus dompet gue ketinggal di mobil abang, sial'.
"Mm, mang boleh ngebon dulu ga? Saya lupa ga bawa dompet nih mang." Vara meringis. 'Sumpah malu banget, anjr'.
"Aduh neng, jangan ngeles deh, cepetan bayar, udah mau masuk loh, pagi-pagi jangan bikin saya emosi neng."
Vara sangat khawatir dan malu. 'Haduh, ini mamang nya pelit banget sih, malu banget anjr'. Gerutu Vara.
Tiba-tiba dari belakang seorang siswa menjulurkan tangannya yang tengah menggenggam sejumlah uang.
"Biar saya yang bayarin mang. Jadi totalnya berapa ya?"
"Jadi sama punya adek totalnya 40.000 ya, dari tadi kek, jadi kan saya ga perlu emosi." Ujar penjualnya sambil mengambil uang siswa itu. Vara yang sedari tadi memandang penjual dengan kesal tidak sadar bahwa siswa itu sudah pergi. Vara yang menyadari hal tersebut kemudian mengejarnya.
"Tunggu!" Teriak Vara sambil menarik seragam siswa tersebut. "Nama lo siapa, biar gue ganti uangnya."
"Enggak usah, ambil aja, lo ga perlu ngembaliin uangnya, toh ga seberapa." Kata siswa tersebut seraya meninggalkan Vara.
"Cih, songong banget, padahal gue ga suka utang budi, huh." Gerutu Vara.
"Awas aja kalo sampe ketemu, huh." Setelah selesai berbicara sendiri Vara kemudian berjalan dengan kesal menuju kelasnya.maaf garing wkwk:)
Vote and komen juseyoo^o^
KAMU SEDANG MEMBACA
My Eagle
Teen Fiction"Kenapa harus lo?" "Kenapa gue nyaman sama lo?" "Lo pake jampi-jampi ya?" Wtf! 'Gue juga pengen jagain lo.' *mengandung keretjehan dan keabsurdan.