Setelah malam kemarin berlalu, kini malam berikutnya telah tiba. Seakan hari ini hanya ada gelap dan kabut. Karena desa ini tidak berpenghuni dan seperti desa mati. Memang benar desa ini adalah desa angker tanpa penduduk.
Jaemin dan Mark baru saja usai makam malam. Seperti biasa, setiap menjelang tidur Mark pasti selalu mengajak Rendy bicara agar ia bisa tenang.
Namun suasana malam ini terasa seram seperti biasa. Jaemin bosan dengan keadaan seperti ini terus menerus.
Jaemin tidak bisa menyesali misi ini. Tentu saja, setelah melaksanakan tugas ini, Jaemin merasa menyesal mengikuti strategi Mark untuk mengungkap kasus pembantaian itu.
•
Pukul 22.00 Malam
Jaemin berulang kali menguap - nguap. Jam seperti ini adalah saat dimana manusia harus mengistirahatkan tubuh mereka.
Namun Jaemin tidak bisa tidur sedari tadi. Membayangkan ingatan ketika ia hilang adalah hal yang buruk. Malah hal itu yang membuatnya tidak bisa tidur.
Matanya terus terbuka memandangi langit - langit kamarnya. Tidur sendirian di tengah rumah angker adalah hal yang paling ditakuti. Awalnya Jaemin biasa saja, namun setelah ia melihat beberapa hal yang membuatnya takut mengakibatkan dirinya takut dan tidak berani memejamkan matanya.
Padahal Jaemin tadi sudah sempat memejamkan mata. Namun hanya sesaat, ia terus saja siaga sedari tadi.
Entah sudah berapa jam Jaemin membuka matanya. Rasa takutnya itu tidak bisa ia hilangkan.
Jaemin menghela nafas. Lalu bangun dari tidurnya. Ia pun beranjak menuju kamar sebelah, dimana Mark dan Rendy tidur bersama.
Seandainya bisa, Jaemin juga mau tidur bersama Mark. Kali ini ia berharap Mark akan mengizinkannya tidur bersamanya. Ketakutan itu tidak bisa ditahan lagi.
Kemudian ia membuka pintu yang ternyata tidak dikunci. Terlihat Mark yang tergeletak di bawah kasur. Jaemin terkejut melihat keadaan Mark yang pingsan dan Rendy yang hilang entah kemana.
"Mark! Mark!"
Jaemin menggoyangkan tubuh Mark berulang kali agar Mark cepat sadar. Lalu ia juga berusaha menepuk pipi Mark supaya sadar.
Tak beberapa lama kemudian, Mark membuka matanya. Lalu melihat sekitar.
"RENDY!!! DIMANA RENDY?!" teriak Mark histeris.
"Ada apa sebenarnya aku tidak mengerti," ucap Jaemin sembari menenangkan Mark.
Tiba - tiba saja, Mark ingat sesuatu. Lalu memberitahu Jaemin segera.
"Tadi ada bayangan yang masuk dan membuatku tidak sadar, dalam detik terakhir samar samar aku melihat Rendy pergi sendirian," jelas Mark.
"Apa?" kali ini Jaemin ikut terkejut dan panik.
"Ayo cepat cari!" lanjut Jaemin.
•
Jaemin dan Mark berkeliling di sekitar rumah mencari Rendy. Namun Rendy tidak ada dimanapun.
"Jika Rendy tidak ada disini, kemungkinan dia diculik ke suatu tempat," ucap Mark.
"Jangan jangan diculik hantu jubah hitam lagi," ucap Jaemin.
"Jangan bilang begitu, mungkin saja ada hal lain," ucap Mark.
Tak beberapa lama kemudian, angin bertiup begitu kencang sehingga membuka jendela yang dikunci rapat.
Pandangan Mark dan Jaemin terhalau oleh angin yang bertiup kencang itu. Sesosok bayangan perempuan berambut panjang muncul di balik jendela itu. Lalu berjalan menuju suatu tempat.
Sosok bayangan perempuan itu seakan memberi pesan pada Mark dan Jaemin. Tanpa pikir lagi, mereka melangkah mengikuti bayangan perempuan yang ternyata adalah hantu perempuan.
Bayangan itu hilang seketika setelah sampai di dalam hutan yang lebat. Hutan penuh kabut dan gelap. Mereka kesulitan melihat di sekitar hutan.
Anehnya, bayangan itu hilang. Jika ingin menyampaikan pesan pastinya hantu itu akan memberi tanda dan isyarat. Awalnya, mereka akan pulang untuk mencari Rendy.
Namun....
Mark merasa ada yang ganjal di kakinya. Seakan ia menginjak suatu benda. Lalu Mark mengambil benda yang diinjaknya. Ternyata itu adalah jam tangan milik Rendy.
"I-ini jam tangan milik Rendy," ucap Mark.
"Itu berarti Rendy ada di sekitar sini. Tapi kenapa hantu tadi membantu kita?" tanya Jaemin heran.
"Sudah, tidak perlu dipikirkan yang penting sekarang adalah Rendy," jawab Mark.
Mereka mencari Rendy di sekitar hutan. Suara burung hantu dan jangkrik menghiasi suasana seram disana.
"Rendy!! Rendy!!"
Mereka berulang kali memanggil Rendy. Mereka berharap akan menemukan Rendy di sana. Namun Jaemin masih saja terpikirkan akan hantu tadi.
•
Setelah beberapa lama mencari, terdengar suara tertawa seorang perempuan di sekitar sana. Suara itu seakan memberi isyarat, tapi sayangnya Mark tidak mengerti isyarat hantu.
Kemudian Jaemin merasa ada yang memegang pergelangan kakinya. Suara tertawaan kecil itu terhenti ketika Mark dan Jaemin melihat sebuah tangan memegang pergelangan kaki Jaemin.
Entah darimana asal tangan itu, kaki Jaemin ditarik oleh tangan itu dan terjatuh ke dalam jurang. Mark dengan sekuat tenaga memegangi Jaemin agar tidak jatuh.
"Kau tidak bisa mati disini!" ucap Mark.
"Terimakasih Mark."
Sepertinya tidak hanya Jaemin, Mark perlahan juga terperosok ke jurang. Akibat pegangan Mark tidak kuat. Mereka pun jatuh ke jurang bersama.
***
Mark dan Jaemin membuka mata mereka. Untung saja mereka tidak mati. Untungnya jurang itu tidak terlalu dalam.
Kemudian mereka berjalan mencari jalan keluar. Kaki Jaemin terkilir karena kejadian tadi. Jadi Mark berusaha membantu Jaemin berjalan.
Dengan jalan bertatih - tatih, Mark dan Jaemin mencari jalan keluar dan berharap menemukan Rendy. Rendy adalah anak yang harus dijaga dengan tanggung jawab. Mereka harus menemukannya.
Namun tak beberapa lama kemudian, mereka melihat tugu bertuliskan,
'SEGEL KEMATIAN.'
Mereka mendekati tugu itu. Lalu melihat ada beberapa kartu berlambang segel perlindungan. Seperti segel untuk mengusir hantu dari dunia.
Jaemin dan Mark mengambil kartu yang berlambang segel kematian itu. Entah darimana asal kartu - kartu itu.
Jadi sebenarnya hantu tadi menuntunnya untuk kemari. Namun ada suatu hal yang sama sekali tidak dimengerti oleh mereka.
Apa tujuan hantu tadi menuntun mereka kesana?
To Be Continue
Menurut kalian bakal gimana lanjutannya?
Penasaran?
Tunggu aja ^^Jangan lupa vote dan komen :)
Sampai Jumpa~Tertanda,
Ian 25/09/2020
KAMU SEDANG MEMBACA
Deserted [HIATUS]
FanficCover Desain : @PeriMerah Pernahkah kalian berpikir, bagaimana jika ada seorang dokter dan detektif bekerja sama dalam mengungkap kasus rumit? Begitulah peristiwa yang dialami oleh seorang dokter psikologi magang bernama Seo Mark yang harus merawat...