Di setiap waktu yang kupunya, kuselalu menyisakan khusus untuk melihatnya. Walaupun sebenarnya, dia tidak tahu bahwa kusedang memperhatikannya. Kemana kakinya melangkah, maka mataku sebagai kamera pengintai, yang merekam kemana dia hendak pergi.
Ketika dia sedang tertawa bahagia, akupun ikut merasakannya. Tetapi ketika dia meneteskan air mata yang membasahi pipinya, ingin kusegera berlari duduk di sampingnya, menghiburnya supaya tetap bahagia, menjadi pahlawan penghapus luka.
Hanya aku...
Dia tidak tahu bahwa kumenyukainya. Dia bersikap biasa, tapi aku tak bisa bersikap biasa. Hatiku berdak...dik... duk... saat dia datang menghampiriku. Entah dia mau apa? Yang jelas hatiku terasa berbeda. Kuingin mengajaknya duduk berdua di taman yang sering aku lalui, lalu kukatakan apa yang sedang aku sembunyikan; Aku menyukainya.
Tapi...
Aku takut jika dia mengetahui, bahwa aku suka padanya. Kutakut dia akan berpaling tak ingin menanggapi, atau dia akan menolak apa yang kurasa.
Cukup!!
Hanya aku saja yang tau semuanya, biarkan nanti waktu yang akan menyampaikan kepadanya, bahwa aku mencintai dirinya.
Bila Waktu Ini Bisa Kubeli,
Maka Akan Kubeli Untukmu
Agar Ku Bisa Terus Memandangmu
Tanpa Harus Terhenti Sedikitpun
KAMU SEDANG MEMBACA
Saatnya Mengusir Luka
AléatoireSetipa orang pasti pernah mengalami yang namanya terluka, terutama luka karena sebuah cinta yang tak lagi sirna. dalam tulisan ini penulis akan mengekspresikan semua rasa yang membuatnya terus tenggelam dalam sebuah rasa dan pada akhirnya dia menepu...