The Struggle To Get A Sweet Victory

409 19 2
                                    

Hello my lovely readers! :D This is my new part. And i think that this new part,is my best part(maybe)! :D I love this part so much! How about you? ;)

Well,to know the answer,lets read the story!

__________________________________

Bluar!

Terdengar sebuah ledakan di pos penjagaan yang cukup jauh dari gerbang pintu kota Toraru. Para penjaga yang bertugas di pintu gerbang,terkejut melihat ledakan yang cukup besar itu. lalu salah seorang petugas melihat melalui teropongnya.  Tampak terlihat beratus-ratus orang sedang membawa senjata. Rombongan itu sedang menuju ke arah mereka.

“Hey kau” Kata petugas tadi kepada salah seorang anak buahnya. “Cepat panggilkan Letnan Morpheus. Katakan padanya bahwa pasukan Destroya sedang menuju kemari”.

Pria yang diutus tadi pun langsung berlari secepatnya menuju markas militer kota Toraru. Tak beberapa lama kemudian ia pun sampai di gedung markas militer. Ia langsung masuk dan menanyakan kepada setiap orang dimana keberadaan Letnan Morpheus. Dengan nafas terengah-engah,ia membuka sebuah pintu. “Letnan Morpheus,DDA sudah melewati perbatasan dan sedang menuju kemari!”

Semua orang terlihat terkejut sampai tak bisa berkata apa-apa. Ternyata mereka sedang melakukan meeting. seorang pria berambut pendek dengan postur badan tegap dan wajah yang sepertinya lebih cocok sebagai model ketimbang tentara itu lalu berkata,“Kira-kira berapa lama lagi mereka akan sampai ke pintu gerbang?”

“Aku rasa sekitar 20 menit lagi tuan” Jawab petugas itu.

“Baiklah.” Pria yang dipanggil dengan ‘Letnan Morpheus’ lalu kembali menatap kepada beberapa pimpinan pasukan. “Kita akan menaruh pasukan darat kita jauh di depan pintu gerbang. Dan dibagian belakang adalah posisi kita sebagai para pemimpin pasukan.”

“Kenapa kita harus ikut berperang juga!?” Tanya salah seorang pemimpin pasukan dengan nada tinggi.

“Kenapa? Apakah anda tidak setuju? Apakah kalian semua juga tidak setuju?” Nada Morpheus semakin meninggi. “Saya adalah pemimpin pasukan. Dan saya tidak akan berlindung di dalam markas ini sementara prajurit saya diluar sana sedang berjuang dengan seluruh jiwanya untuk mempertahankan kota dan sekaligus negara ini. Saya,Letnan Morpheus,akan tetap ikut berperang. ‘Dengan’ maupun ‘tanpa’ kalian.”

Semua orang disitu tertunduk. Mereka satu-persatu mulai berdiri dari tempat duduk empuknya. Lalu kalimat “Aku ikut” pun mulai terdengar satu-persatu dari mulut mereka.

“Kalau begitu,ayo kita pergi.” Letnan Morpheus  tersenyum.

******

Shin,Rowan,dan Flay telah berpisah dengan Pearl yang pergi untuk mencari orang yang bernama Gemini. Mereka lalu berjalan keluar dari gang yang gelap itu. Tepat sebelum mereka keluar dari gang itu,terlihat tentara-tentara berlarian. Sepertinya mereka akan berperang melawan DDA juga. Shin dan kawan-kawan berhenti sejenak menunggu semua tentara itu lewat. Lalu mereka berjalan mengambil rute yang cukup jauh dari seharusnya karna takut akan bertemu dengan tentara-tentara itu.

Sementara mereka mengambil rute yang jauh,para tentara telah berada di depan gerbang dan berbaris rapat menunggu pasukan DDA muncul. Tak beberapa lama kemudian terlihat ratusan orang yang membawa senjata. Ya,mereka adalah pasukan Destroya.

Hawa ditempat itu benar-benar menakutkan. Apa tidak,saat itu jam 1 malam. Langit pun berwarna hitam pekat. Sepertinya akan ada badai sebentar lagi.

“Arrax,berikan mereka serangan kejutan.” Kata seseorang berjubah hitam dengan nada suara yang berat.

“Baik tuan.” Jawab pria bernama Arrax itu. Pria dengan tatanan rambut seperti orang hawai itu pun lalu sedikit mundur ke belakang. Ia mengambil ancang-ancang seperti akan melempar tombak. Padahal tidak ada apa-apa di tangannya. Ia lalu berlari ke depan. Sebelum ia melempar sesuatu yang tidak ada apa-apa itu,ia dengan cepat mengucapkan “Wind Spear!”. Tiba-tiba ada sebuah tombak besar yang terbuat dari angin di genggamannya. Tombak itu pun lalu di lempar Arrax. Melambung jauh ke atas. Namun tetap terlihat bahwa tombak itu akan mengarah kepada para pasukan yang sedang berbaris di depan pintu gerbang. Tentara-tentara itu mengangkat kepalanya ke atas. Mereka termenung melihat tombak angin milik Arrax. Arrax lalu mengarahkan kedua tangannya ke depan. Membuka tangannya lebar-lebar. Bersamaan ketika ia menutup tangannya,ia berteriak,“Spread!”. Tombak besar yang tadinya hanya satu,kini membelah menjadi ratusan tombak angin. Tombak-tombak itu kini sedang melesat menuju para pasukan militer itu.

The NightmaresTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang