Part 2

7.7K 894 100
                                    

Kadang kita memang harus mengikhlaskan yang sudah pergi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Kadang kita memang harus mengikhlaskan yang sudah pergi. - Arjuki Ganendra
_


"ABANG BANGUN UDAH JAM 9!" 

Nara dengan semangat 45 mengobrak-abrik kamar kamar kakaknya. Melemparkan benda apa saja untuk membangunkan pria itu. 

"Aww, jahatnya masa abang di lempar sama jam tangan. Mahal ini weh" Juki yang setengah tersadar mengelus kepalanya dengan mata tertutup. 

"Masya Allah bang bangun tidur udah pamer aja, coba nyebut dulu biar nyawanya ngumpul"

"Astaghfirullah.. Allahumma kamma khasanta kholqi fahassin khuluqi"

Nara sukses melemparkan satu buah buku tebal ke badan kakaknya. 

"ATUH ABANG ETA TEH DOA MAU NGACA!!"

"Hehe abisnya abang suka kaget sendiri dek ngeliat ketampanan abang"

Rasanya Nara ingin mencakar wajah kakaknya sekarang juga, hidupnya dikelilingi para pria dengan kepedean tingkat dewa. Mulai dari ayahnya, kakaknya, tetangga barunya yang songong, wah betapa bahagia hidupnya. 

"Ayah hari ini kan weekend kita bertiga jalan bareng yuk!" Nara mengucapkan kalimat itu dengan mata yang berbinar-binar.

Seketika Juki dan Pak Nam menghentikan aktivitas sarapannya, ya walaupun jam 10 siang tidak bisa dikatakan masih pagi.

"Ayah mau ke Singapura dek nanti siang. Maafin ayah ya, nanti ayah beliin coklat kesukaan adek oke?" Pak Nam tersenyum lembut sembari mengelus rambutnya putrinya dengan sayang.

"Ayah kesananya berapa hari?"

"Cuma 5 hari kok dek, ayah usahain pulangnya lebih cepet dari itu"

"Abang ayoklah kita jalan berdua, ayah mah sibuk terus inikan libur, kok masih kerja"

"Maafin ayah, adek jalannya sama abang dulu oke, ayah janji deh minggu depan kita dating" Juki segera terkekeh mendengar ucapan ayahnya begitupun dengan Nara yang menahan senyumanya.

"Janji ya, kalo bohong Nara sentil ginjalnya"

"Ahh adek mah jahat sama ayah" Pak Nam pura-pura memasang ekspresi kesakitan yang langsung mendapat pelukan dari putri tersayangnya.

"Ekhem, punten jadi obat nyamuk terus abang mah" Keluarga kecil itu terkekeh bersama.

"Yaudah abang sini juga peluk ayah sama adek" Juki langsung mengahabur ke dalam pelukan hangat itu.

Solitude | JayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang