2020 (1)

97 15 0
                                    

Hans

Aku terbangun dengan mengangkat tanganku menghindar dari sinar matahari yang berhasil masuk melalui cela-cela gordyn jendela.

Aku tersenyum puas, sudah lama ngak pernah mimpi seperti tadi.

"Kamu sudah bangun?"

Aku bergerak secepat kilat dan meraih pisau dibalik bantal dan melemparnya ke arah suara tersebut.

Eight menangkapnya dengan sempurna. Membuat aku memutarkan bola mataku malas.

"You're slipping." Ujar Eight membuat aku mencibir dan kembali menghempaskan tubuhku ke atas kasur.

"I'm not, well maybe.... who cares? Aku sedang berlibur. Ingat? No jobs sampai minggu depan. Kamu sudah berjanji dan Coup juga sudah memberikan persetujuannya."

Aku menunjuk luka sayatan di bagian perutku, mengingatkan kepala operandiku akan alasan sesungguhnya aku memperoleh waktu tenang.

Eight tersenyum miris dan duduk di atas kasur. Di sampingku dan menghempaskan dirinya di sampingku.

Tempatku ini hanya sebuah studio kecil dengan ukuran 36m², sebuah kasur, meja kerja dan kamar mandi. Tidak ada banyak tempat untuk menerima tamu.

"Kamu tidak perlu merajuk. Sayatan 10 cm, I built you better than that. Kalau bukan karena Coup, aku tidak mungkin menyetujui cuti 1 minggumu, Hans."

Aku mencibir, dengan sedikit mengeliat, aku menyibak selimut dan mendorong gordyn. Tanpa mengubris kehadiran Eight dan menikmati siraman matahari. Aku memerlukan semua tenaga yang bisa aku dapatkan sebelum mendengarkan apa pun ucapan Eight selanjutnya.

Eight yang tidak terburu-buru menyampaikan tujuannya datang ke tempat persembunyianku. Membuktikan betapa serius ya masalah yang akan dia sampaikan.

So, I'm taking my sweet time. Like what I always did.

Setelah 10 detik merasakan kehangatan yang kubutuhkan, aku bertanya, "Tell me."

"Thorn."

Jantungku berhenti berdetak selama 3 detik sebelum memompa kembali darahku dengan keras. Membuatku meringkis kecil karena aku merasa seperti tersengat listrik.

"I'm sorry." Ucap Eight.

Aku menggeleng, Eight tidak perlu mengetahui seperti apa rautku saat ini. Karena senyum tetap terpampang di sana dengan mataku yang masih terpejam seakan menikmati cahaya mentari. Padahal seluruh otak dan tubuh sedang menderukan badai.

"Dia sudah kembali dan..."

"Dan kita perlu mengetahui apakah dia bisa mengenaliku atau tidak."

"I'm sorry."

Aku membalikkan tubuhku. "Well, menurutmu bagaimana?"

"You are not your old self, Hans. Sekarang kamu lebih berotot." Secara tersirat tidak menyebutkan perubahan terpenting dari penampilanku.

Aku tertawa.... as if it matters, when I look like nothing in the face.

"Demi Gun. Kita perlu memastikan Thorn tidak bisa menghubungkan Jeon WonWoo dengan Yoon Jeonghan. Hans. Atau misi kita akan gagal dan ...."

"Dan kita tidak bisa terlepas dari SVT. I get it." Lagi, aku tersenyum.

"All or nothing." Gugam Eight.

"All or nothing." Ulangku. "Berhenti memasang tampang bersalah Ei. Kita menjalani ini bersama dan kita akan keluar bersama-sama."

Eight menghela nafas berat.

"Mandi dan aku akan menjelaskannya sambil kamu makan. Aku akan menyiapkan kopi untukmu."

"And cheese omelets."

"And cheese omelets, it is." Jawab Eight dan ia beranjak ke arah dapur dan aku menuju kamar mandi.

Well, let's get the mission done in one piece dan aku tersenyum, everything broken can be mend, right?

Mungkin kali ini takdir akan bersikap lebih adil baginya.

TRAPTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang