Apa Aku Pantas?

1 0 0
                                    

Hatiku benar-benaar hancur dan sakit melihat mereka seperti itu, aku menangis dibalik pintu, aku benar-benar tak tahu alasan mereka berpisah, aku selalu meyakinkan diriku bahwa itu adalah pilihan mereka. 

Saat aku sedang sekolah Ayah menjemputku, seneng banget karena aku bisa buktikan ke temen-temen kelas kalau aku baik-baik saja saat semua ini sedang terjadi. 


Ayah selalu menuruti keinginanku, mungkin karena aku anak bungsu juga anak perempuan satu-satunya tapi karena itu juga Ayah menjadi tidak terbuka masalah pribadi, saat sakit yang dia rasa. Berbeda dengan Ibu, yang memang aku dekat dan tinggal dengannya, aku tau Ibu sakit, apa yang Ibu rasa. 

Aku tak menyalahkan siapapun atas kejadian ini, tapi aku selalu percaya bahwa aku tidak pernah sendiri. 


Sampai akhirnya aku kelas enam sd, aku belum mengerti apa itu pacaran, namun ada teman sekelas sd ku yang memang aku suka, tapi aku belum pernah terpikirkan untuk mengajaknya pacaran, rasanyaaa malu banget, aku kan perempuan hahaha.


Aku ketahuan bahwa aku suka dengan Leo namanya, aku menulis dan menceritakannya di buku diary, yang memang selalu aku bawa. Tapi gatau gimana jelasnya Leo baca itu, karena dia duduk di kursi belakang ku. 

“Ra? Ini maksudnya apa? Ke aku?” Aku ingat jelas Leo bilang itu kepada ku sambil memegang buku diary.

Maluuu rasanya...

Saat itu rasanya pengen banget langsung lulus sd deh, gamau lagi ketemu Leo, malu banget.

“Aduhhh Leo, jangan bacaa plis itu buku aku” Keliatan banget salah tingkahnya.

“Nih, aku ga akan kasih tau yang lain kok” Sambil memberikan buku diary.

“Yaaaa makasihhhh” Aku langsung teriak, dan larii keluar kelas.

Pokoknya saat itu aku gamau ketemu Leo, tapi waktu itu ada jam olahraga jadi semua harus kumpul di lapangan.


Leo ini di sekolah adalah kapten futsal, sedangkan aku hanya anggota pramuka yang jarang ketemu sama Leo saat jam kegiatan sekolah. Jadi saat jam pelajaran olahraga ini Leo emang salah satu cowo yang jagonya dibidang ini. 

“Sekarang Perempuan dulu main bola, habis itu laki-laki gantian ya” Teriak Pak Guru 

Aku lemah banget urusan olahra, rasanya emang ga berbakat. Tapi aku ga pedulikan Leo yang emang memperhatikan aku saat sedang main bola, padahal aku cuma diem aja di pinggir soalnya lagi panas, padahal perempuan lain lagi berkerumun rebutan bola.

“Majuuu, jangan diem” Muncul isyarat dari mulut Leo tapi tanpa suara

“hah?”

Aku kira itu bukan buat aku, aku ga peduli dia bilang apa, yang penting saat bola nyamperin aku baru aku tendang, jangan aku yang nyamperin bola. Definisi hidup aku saat main bola.


Yah begitulah permainan bolaku yang memang ga terlalu bagus, bahkan buruk banget. Setelah anak perempuan selesai semua, aku duduk aja sama temen-temenku yang lain. 


Jujur aku memang tidak percaya diri untuk menyukai seseorang karena latar belakang hidupku yang memang tidak bagus. Aku selalu berpikir memangnya saat orang tua berpisah apa aku pantas untuk dicinta oleh orang lain?

Aku Tidak Sendiri [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang