Sinar matahari masih terasa menyengat di kulit. Burung pun masih berkicau di atas sana. Entah harus senang atau sedih, hari ini sekolah pulang lebih awal.
Asahi senang karena bisa lepas dari bangunan besar tapi terasa sesak baginya—sekaligus kesal karena jam segini matahari masih terasa menyengat. Setidaknya jika pulang sore bisa saja turun hujan dan Asahi senang akan hal itu. Jika tidak matahari pasti tak akan seterik ini.
Ah, yang benar saja, uang sakunya sudah lenyap karena empat bedebah tadi. Mau tidak mau ia harus berjalan kaki menuju rumah. Memang tak terlalu jauh—tapi ia benci dengan matahari yang sangat panas ini. Lebih baik dirinya kehujanan daripada kepanasan.
Kini Asahi berjalan di trotoar jalan dengan sesekali menendang kerikil yang menghalangi jalannya.
Tin.. Tin..
Suara klakson motor itu terdengar sangat keras dan nyaring pada gendang telinga Asahi.
"Kau Asahi kan?" tanya pemuda yang tengah mengendarai motor warna hitam miliknya.
Asahi menoleh.
Dirinya menatap laki-laki yang sedang menaiki motor warna hitam itu dengan seksama.
Seperti tak asing.
Oh, benar, itu anak dari tetangganya.
"Iya, ada apa?" ucap Asahi singkat.
Jaehyuk tersenyum, "Rumah kita searah kan?"
Asahi mengangguk.
"Ikutlah naik motor denganku," ajak Jaehyuk dengan senang hati.
Asahi mengerutkan dahinya. Dia berfikir sekaligus bingung kenapa tiba-tiba tetangganya ini mengajaknya pulang bersama?
"Tidak perlu, aku akan jalan kaki saja," balas Asahi dengan nada datar.
Entahlah dia memang tak suka panas matahari tapi ia juga merasa tak nyaman dengan orang asing.
Meskipun bertetangga mereka tak pernah berbicara sekali pun. Karena memang pada dasarnya Asahi itu sangat cuek, pasti orang akan berpikir-pikir lagi jika akan mendekatinya. Asahi mulai beranjak dari tempat itu—karena matahari semakin menyengat kulit putihnya.
Jaehyuk berpikir sejenak.
"Selain suka hujan kau juga suka berjemur pada matahari yang panas seperti ini ya?" tanya Jaehyuk dengan sedikit mengejek.
Langkah Asahi seketika terhenti. Ia membalikkan badannya.
"Bagaimana kau tahu?" tanya Asahi sedikit berbata.
Jaehyuk terkekeh, "Kita kan tetangga."
Jaehyuk menggantung omongannya.
"Apapun yang kau lakukan pasti aku tahu," ucapnya lagi dengan senyum puas terukir di bibirnya.
Benar juga apa kata Jaehyuk.
Karena Asahi tak dekat dengan siapapun orang lain juga tak tahu dengan ke-kegemarannya yang sering bermain hujan dihalaman rumah. Jelas saja ia terkejut karena orang asing mengetahui hal itu.
Jaehyuk menggaruk tengkuknya tiba-tiba, "Omong-omong maafkan temanku tadi."
Asahi menghela napas, "Tak masalah."
"Kalau begitu sebagai gantinya aku akan mengatarmu pulang," ajaknya lagi. Kali ini dengan ekspresi berharap.
"Tak-" belum selesai Asahi berbicara—Jaehyuk dengan sengaja memotongnya.
"Kau ini kenapa keras kepala sekali?" ucap Jaehyuk dengan ekspresi kesal.
Jaehyuk mendengus.
Ia tahu Asahi akan menolak tawarannya lagi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pluviophile | Asahi [✓]
FanfictionKetika hanya hujan yang bisa menghantarkan kenyamaan dan kebahagian bagi hidupnya. Bahkan, hanya setetes air hujan yang turun membasahi tanah itu, bisa mengubah kesendirian yang terasa membosankan bisa menjadi teman baiknya. Suatu ketika, bukan hany...