O7 ; i'll be your rain

664 126 38
                                    

Sahabat tetaplah sahabat bagaimana pun keadaannya. Saat senang atau sedih sahabat akan selalu ada untuk kita. Meskipun dia tak berada dekat dengan kita—kita pasti tau bahwa sahabat akan selalu mendukung kita bagaimana pun juga.

Minggu pagi, tepat dimana Asahi masih terlelap—diluar sana awan mendung sudah menyelimuti bumi.

Hawa dingin menyapa.

Tiba-tiba Asahi terbangun napas terengah-engah dan keringat yang bercucuran. Sepertinya dia telah mengalami mimpi yang buruk. Ia mencoba menenangkan dirinya dengan meminum air putih yang berada di meja dekat ranjangnya.

Dirinya mulai tenang. Ia duduk pada pinggir kasurnya. Asahi melirik jendela yang masih tertutup tirai tipis putih.

Suasana sunyi menyelimuti.

Keadaan di luar juga sedikit gelap sepertinya hujan akan turun sebentar lagi. Tak lama pintu kamar Asahi terbuka, dan sesosok perempuan masuk ke dalam. Sang ibu datang lalu duduk di sebelah sang anak.

Asahi mengernyit.

Mata ibunya terlihat sembab seperti sehabis menangis.

"Ibu kenapa?"

Tanya Asahi sembari mengelap buliran air yang jatuh dari mata ibunya.

Sang ibu tak menjawab—dan isakan tangis terdengar.

Asahi semakin bingung apa yang terjadi pada ibunya.

"Ibu jangan diam saja, katakan padaku ada apa?"

Perasaan Asahi mulai tak enak.

"Jaehyuk..."

Asahi berlari secepat yang ia bisa meninggalkan ibunya yang menangis di kamar. Asahi menuju pada suatu tempat yang sudah ia khawatirkan sejak lama. Saat sampai pada tempat yang ia maksud sudah banyak orang yang berkumpul disana.

Semua orang berpakaian hitam. Terdengar isakan tangis disana.

Bahkan ia melihat teman sekolahnya sudah berkumpul di rumah Jaehyuk. Dengan berat hati Asahi mencoba masuk kedalam rumah Jaehyuk.

Disana terdapat Jaehyuk, yang terbaring dan tertutupi kain putih.

Jaehyuk sahabatnya,

Telah tiada.

Asahi tak percaya apa yang ia lihat saat ini. Air matanya terus berlinang membasahi pipinya. Asahi akhirnya keluar rumah karena sudah tak sanggup melihatnya.

Tak lama ibunya datang lalu memeluknya erat-erat. Asahi menangis sejadi-jadinya dipelukan sang ibu. Seakan ia tak ikhlas bahkan tak percaya dengan hal ini. Asahi berharap ini adalah bagian dari mimpi buruknya tadi malam.

Tapi tidak, ini adalah kenyataan yang harus ia hadapi.

Matahari mulai tenggelam dan menyisakan langit bewarna oren yang indah. Tapi hari ini tak seindah sunset itu.  Saatnya Jaehyuk harus berada di tempat yang seharusnya. Asahi mengantarkan sahabatnya. Jaehyuk harus segera tenang di alamnya.

Dia hanya bisa melihat sahabatnya itu di kubur perlahan.

Disana juga terdapat ayah, ibu serta adik perempuan Jaehyuk yang masih menangisi Jaehyuk.

Tiba-tiba ibu Jaehyuk datang menghampiri Asahi, seolah mengatakan bahwa Asahi harus ikhlas. Ibu Jaehyuk sangat tabah akan kepergian sang anak. Hatinya pasti sangat sakit akan hal ini—tapi ia masih bisa terlihat tegar dihadapan Asahi.

Ayah Jaehyuk menepuk pundak Asahi—seolah mengatakan bahwa Asahi harus tegar.

Tak lama seorang perempuan datang menghampiri Asahi.

Pluviophile | Asahi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang