O4 ; nostalgic

450 112 17
                                    

Cuaca yang cerah ini seakan mempersilahkan ayah dan anak laki-lakinya ini untuk pergi ke suatu restoran. Tiba-tiba mereka merasa lapar setelah sang ayah menjemput anaknya dari sekolah dasar.

Dirumah juga sedang tidak ada istrinya—karena sang istri sedang ada urusan di luar kota. Sehingga mereka memutuskan untuk singgah ke-restoran itu.

Setelah ayah dan anak ini selesai menyantap hidangan mereka—mereka berjalan untuk pulang kerumah.

"Apa kau suka makanan tadi?"

Anak kecil itu mengangguk. "Tapi masakan ibu lebih enak."

Sang ayah terkekeh.

Anaknya ini memang tak bisa berbohong—anaknya selalu mengatakan apa yang ada di-otaknya saat itu juga.

Tak lama suara guntur terdengar.

"Asahi, sebentar lagi akan turun hujan."

Asahi kecil mengangguk.

Dan benar saja hujan mulai turun—mereka berteduh dibawah pohon.

Kebetulan ayah Asahi selalu siap sedia membawa jas hujan pada tasnya.

Ayah asahi mengecek tas bawaannya dan hanya ada satu jas hujan disana.

Asahi ikut menengok isi tas itu.

"Hanya ada satu."

"Tapi ini lebar, ini bisa muat dua orang."

Jas hujan itu buka jas hujan berbentuk baju dan celana seperti jas hujan biasa melainkan berbentuk seperti kelelawar.

Ayah asahi memakai bagian kepala sedangkan Asahi bersembunyi dibelakang.

Asahi terlihat kebingungan karena yang hanya bisa ia lihat adalah punggung milik ayahnya.

Ia tak bisa melihat jalanan didepan sana.

"Ayah, aku tak bisa melihat apapun."

Sang ayah terkekeh mendengarnya—betapa menggemaskan dan polos anaknya.

"Tak apa, ini hanya sebentar saja."

"Ayo, jalan. Lihat langkahmu."

Asahi pun pasrah—lalu ia mengikuti langkah sang ayah.

Sepuluh menit berlalu, mereka masih berjalan dibawah derasnya hujan. Asahi tampak bosan apalagi ia tak tahu kini ia berjalan sampai mana karena tertutup jas hujan ini. Sesekali Asahi membuka sedikit jas hujannya untuk melihat sekitar.

Dan selalu berucap, "Ah, sampai sini. Sebentar lagi sampai."

Entah berapa belas kali ia mengatakan itu—tapi sampai sepuluh menit berlalu mereka masih berjalan dibawah derasnya hujan.

Bruk

Karena Asahi terlalu fokus melihat samping kanan dan kirinya—ia tak tahu bahwa didepan ada lubang yang berisi genangan air. Dirinya tersandung dan jatuh tersungkur.

"Ah, sakit sekali."

Sang ayah berbalik arah dan melihat anaknya yang sudah basah dan kotor.

"Asahi, kau tak apa?"

Asahi cepat-cepat bangun dan membersihkan bajunya yang terlihat kotor. "Aku tak apa ayah."

Sang ayah bernafas lega.

"Kalau begitu, ayo lanjutkan perjalanan kita."

Seperti tak mendengar perkataan ayahnya—kedua netra Asahi melihat ke arah langit diatas sana. Langit diatas sana masih setia menjatuhkan buliran-buliran air yang cukup deras.

Pluviophile | Asahi [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang