Bagian Spesial

33 7 0
                                    

5 tahun kemudian Na Jaemin kembali ke kota Seoul. Sudah lama sekali rasanya. Setelah lulus SMA, Jaemin langsung pindah ke Jeju bersama keluarganya. Ia diterima di Jeju National University.

Hari ini langit terlihat sangat cerah dan Jaemin menyukainya. Senyumnya mengembang. Kini ia berdiri di halte bus. Tujuannya hari ini adalah mengunjungi kantor barunya. Kantor Jaemin yang di Jeju lah yang membuat Jaemin harus kembali pindah ke Seoul. Dengan senang hati tentu Jaemin menerimanya.

Kalau melihat halte bus dan langit, Jaemin selalu teringat pada satu orang. Teman sebangkunya di SMA selama 2 tahun yang memiliki eye smile di balik kacamatanya. Jujur, ia rindu.

Setiap melihat awan yang berbentuk unik, pasti Jaemin selalu memberitahunya dan menunjuk awan yang kemudian dijawab ledekan oleh temannya itu.

Kalau halte? Mereka memang selalu pulang bersama.

Apa kabar dia sekarang?

Selama di Jeju, Jaemin selalu berusaha untuk menghubunginya, namun nihil. Nomornya tidak bisa dihubungi. Padahal ia yakin betul setelah upacara kelulusan masih bisa dihubungi. Sempat terpikirkan untuk mencari media sosialnya, namun ia ingat temannya itu tidak punya media sosial sama sekali.

Aneh, bukan? Di zaman modern ini ia masih tidak punya media sosial?

Memang setertutup itu seorang Lee Jeno.

Ia hanya akan terbuka pada orang-orang terdekat yang sudah ia percaya saja. Semua introvert seperti itu.

Sempat Jaemin menghubungi Renjun, namun ia mengatakan juga tidak bisa menghubungi Jeno. Entah ia mengganti nomornya atau bagaimana.

Kecewa dan sedih, pasti. Namun, Jaemin berpikir lagi mungkin mereka akan bertemu lagi saat reuni SMA atau mungkin tak sengaja bertemu di suatu tempat. Jaemin tidak tahu.

Bulan ini sedang musim panas dan itu berarti ada festival musim panas. Setelah dari kantor Jaemin memang berencana untuk pergi ke sana. Me time ia pikir, sekaligus mencari objek untuk dipotret. Hobinya sejak dulu.

Sore itu, Jaemin menaiki bus menuju Sungai Han. Dari dalam bus pun sudah terlihat ramai sekali pemandangan di luar. Ia melihat orang yang bersepeda di pinggir sungai kembali mengingatkannya pada Jeno yang dulu selalu ia ajak untuk bersepeda setiap hari minggu. Tak jarang juga ia mengajak Jeno untuk berlomba.

Good old days.

Ternyata banyak sekali kenangan yang ia ingat.

Ia turun dari bus dan memandang sekitar. Tidak banyak berubah. Yang berubah adalah kini ia datang ke festival itu sendiri.

Kegiatan yang Jaemin lakukan pun sama seperti dulu saat ia pernah ke sini. Berkuliner, bermain permainan, memotret, dan tak lupa kembang api yang selalu ia tunggu di tiap akhir festival.

Jujur, rasanya hampa sekali. Seperti ada yang hilang.

Hari ini banyak sekali yang ia potret dan ia puas. Melihat-lihat kembali hasil potretannya, ada 1 foto yang sangat menarik. Candid seorang lelaki dengan background langit oranye. Wajahnya tidak asing dan sesungguhnya ia hanya berniat memotret langit.

Matanya mencari ke sekeliling. Ingin memastikan apakah itu lelaki yang selama 5 tahun ini ia pikirkan?

Bingo!

Jaemin melihatnya sedang berdiri di bawah pohon sambil memandangi langit. Di tengah kerumunan orang pun ia langsung tahu, arah pandangan matanya hanya kepada lelaki itu.

Semakin mendekatinya, Jaemin semakin yakin. Ia terlihat agak berbeda, namun tetap sama. Kacamata yang dulu sering ia pakai kini tidak ada. Ia jauh terlihat lebih dewasa dan semakin tampan.

Orang itu adalah Lee Jeno yang dulu di halte bus saat turun hujan membuat Jaemin berdebar dan sadar, bahwa ternyata dirinya semenjak dulu telah terus melihat wajah samping Jeno.

Dan tanpa Jeno tahu, kini kamera Jaemin sudah tertuju padanya.

TAMAT

Tentang SuratkuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang