Play Mulmed
(Onestar - Hello)...
Pagi itu adalah hari yang cukup terik untuk menjadi penyambut kedatangan pada siswa dan siswi baru di Sekolah Menengah Atas YG. Upacara penyambutan yang terasa begitu panas akibat sinar menyengat membuat ratusan warga sekolah mengeluh dan berharap pidato kepala sekolah bisa cepat selesai. Sejujurnya, sebagian besar bahkan merasa hal semacam ini tidak perlu dilakukan. Buang-buang waktu dan energi karena pada kenyataannya Kepala Sekolah tidak akan bisa mengenal mereka satu persatu meskipun sudah mengoceh panjang lebar di depan sana.
"Sial, kenapa si muka mesum itu lama sekali bicaranya?" runtuk seorang gadis yang berdiri di barisan belakang sambil mengusap tengkuknya yang terasa panas. "Huh, menyebalkan!"
Pemuda yang berdiri di sebelahnya kontan melirik ke arahnya. Ia tak bisa menahan dengusan gelinya setelah mendengar gerutuan yang gadis itu lontarkan. Ketika ia kembali menghadap depan, ia memperhatikan seksama pada pria paruh baya yang sibuk mengoceh memberi sambutan. Ah, gadis di sebelahnya ini mampu merusak penglihatannya. Sekarang ia benar-benar merasa bahwa Kepala Sekolah mereka yang bernama Yang Hyunsuk itu memiliki wajah mesum.
"Ya ampun, ini sedang uji coba neraka atau apa? Panas sekali!" Keluhan gadis itu kembali terdengar dan mengundang tatapan beberapa pihak sekaligus. Anehnya, ia tidak merasa terusik sedikit pun kendati ia menjadi pusat perhatian orang di sekitarnya.
Pemuda yang sejak tadi berdiri di sebelahnya nyaris saja tertawa. "Hei, kau banyak bicara sekali ya."
"Bicara padaku?" tanya gadis itu sambil menunjuk dirinya sendiri. Saat pemuda itu mengangguk, otomatis ia berbisik, "Apa suaraku terlalu keras?"
"Kau bahkan mengundang perhatian beberapa pihak," jawab pemuda itu melirik sekitar mereka yang sebenarnya didominasi oleh kaum pria. "Omong-omong, kau sepertinya salah masuk barisan."
"Aku terlambat, jadi tidak sempat pilih barisan. Lagi pula, tidak ada larangan khusus untuk wanita berdiri di sini 'kan?" Gadis itu menjawab enteng dengan senyum miringnya. Ia kembali menghadap depan dan mendengus kecil saat menyadari bahwa Kepala Sekolah mereka masih saja mengoceh.
"Namaku Jung Jaewon."
"Aku tidak berniat berkenalan." Jennie menyahut apatis dan mengundang sedikit keterkejutan pada raut wajah pemuda yang bernama Jaewon itu. Ketika ia menoleh untuk memandang pada sosok itu, ia tiba-tiba saja mengulurkan tangan seraya menunjukkan cengirannya. "Aku bercanda. Namaku Jennie Kim. Kau bisa memanggilku Jennie."
Dengan senyumannya, Jaewon membalas jabatan tangan Jennie. Jujur saja, ia suka bergaul dengan orang-orang yang mudah akrab seperti gadis ini. "Kau suka bercanda seperti itu? Aku sudah berpikir bahwa kau meludah tepat di depan wajahku, tapi ternyata hanya bermain-main."
Gadis itu tertawa, tampak cerah dan hangat seperti mentari pagi ini. Tanpa sadar Jaewon ikut tertawa kendati ia tidak tahu jelas apa yang lucu dari ucapannya. Hingga mereka terpaksa berhenti ketika suara dehaman pria dewasa menginterupsi dari belakang. Itu guru konseling sekolah mereka, Kang Minsuk Ssaem.
"Maafkan kami," ucap Jennie lalu membungkuk sopan. Ia kembali menghadap depan dan melirik pada pemuda itu dengan ekspresi seolah ia mau muntah setelah mengatakan kalimat barusan.
Nyaris saja Jaewon kembali tertawa jika Jennie tidak buru-buru mengarahkan jarinya ke depan bibir—memperingatinya agar jangan berisik lagi. Pemuda itu menoleh pada guru Kang dan memberi ringisannya kala mata pria paruh baya itu melotot garang hingga ia terpaksa kembali menghadap depan.
-My Jae-
"Kupikir hari pertama di sekolah ini terlalu menyebalkan," ujar Jaewon pada gadis yang berjalan di sisinya saat ini. Siapa lagi jika bukan Jennie si gadis yang tadi berdiri di sebelahnya ketika upacara penyambutan berlangsung. "Guru tadi membuatku sama sekali tidak bisa bergerak."
Jennie lantas tertawa menanggapi ucapannya. "Aku memiliki firasat kuat bahwa kita akan memiliki hubungan yang buruk dengannya."
Kedua pasang tungkai yang berjalan bersisian itu kini mulai menapaki pandatnya suasana kantin sekolah. Mereka sempat berhenti untuk mencari bangku yang kosong dan mendesah kecewa saat menemukan tak ada satu pun yang tersisa.
"Mungkin karena ini masih tahun ajaran baru, orang-orang memilih duduk secara terpisah karena belum saling mengenal satu sama lain," ujar Jennie menatap setiap meja panjang yang hanya diisi oleh beberapa siswa saja, sangat memakan ruang yang banyak.
Jaewon mengangguk setuju atas ucapan gadis itu. Netranya menelisik seisi ruangan sebelum akhirnya berhenti pada satu titik. Dengan segera ia mengarahkan tangannya pada satu meja yang diisi oleh kurang lebih sembilan atau sepuluh orang. "Ah, itu teman-temanku. Apa kau keberatan kita bergabung dengan mereka saja?"
"Aku lapar, jadi aku mengikut saja." Sahutan Jennie mendapat anggukan dari pemuda itu sehingga mereka berjalan bersisian menuju meja yang Jaewon maksud.
Salah satu pria yang lebih dulu menyadari kehadiran mereka kemudian berseru, "Hei, Jae! Kau membawa siapa?"
"Oh, perkenalkan dia Jennie Kim. Kami boleh bergabung 'kan?" tanya Jaewon.
"Tentu saja," sahut gadis berponi yang ada di tengah-tengah mereka. "Halo, Jennie! Aku Lalisa."
Jennie tersenyum dan mengangguk ketika satu persatu yang ada di meja mulai mengenalkan diri kepadanya, ada Jiyong dan kekasihnya Sandara, Yoongi si pria berkulit putih pucat yang irit bicara dan kekasihnya Wendy yang kulitnya juga tak kalah putih, Mino, Hanbin, Bobby, Lalisa, Sooyoung, dan Chanyeol. Mereka semua baik kendati beberapa dari mereka sebenarnya adalah senior.
"Jadi Jennie, bagaimana kau bisa mengenal Jaewon?" tanya Wendy.
Jennie melirik Jaewon dan menjawab ringan, "Kami terlibat beberapa konversasi saat di upacara penyambutan tadi dan ya begitulah. Aku tidak punya kenalan lain di sini, maka dari itu aku memutuskan untuk ikut dengannya. Untung ada kalian jadi setidaknya aku punya orang lain yang dikenal."
Ucapannya mendapat respon tawa dari yang lainnya. Mereka kemudian berbincang sedikit sebelum akhirnya Jennie dan Jaewon memutuskan pergi sejenak untuk memesan makanan mereka. Ketika mereka menjauh dari meja yang diisi oleh teman-teman Jaewon, seketika saja kesepuluh pasang mata itu saling berpandangan seolah saling mengetahui isi pikiran masing-masing.
"Gadis itu cantik dan sepertinya mudah bergaul. Dia sama sekali tidak canggung selama berbicara dengan kita," ujar Mino menyuarakan pendapatnya disertai dengan kekehan.
"Aku juga merasa begitu," timpal Chanyeol. "Jaewon itu jarang sekali mau terlibat pada gadis baru, tapi ini malah langsung akrab."
"Dia sangat mendekati tipe Jaewon, bukan?" Sooyoung menatap Jennie yang tampak tengah menertawakan sesuatu bersama Jaewon dengan mengulas senyum kecil. "Hebat sekali! Gadis itu sepertinya berhasil mencuri hati Jaewon dalam sekejap."
(tbc)
Masih awal nih, maaf kalo ngebosenin yaa :")
KAMU SEDANG MEMBACA
My Jae (Spin-off "Miridical") [on going]
Fanfic[Trailer Tersedia | Baku] -Jenwon- Banyak hari kuisi dengan renungan mengenai dunia yang kupikir membenciku sebab dengan tega memberikan pilu menyesakkan tak berujung di setiap hembusan napas. Hingga suatu hari, aku menemukan fakta bahwa ada bagian...