3. Ternyata Nama Lelaki

49 4 0
                                    

"Vii ayo kamu gamau ketinggalan portofolio kan? Nanti dapet portofolio yang jelek lagi kan mampus."
Suna mengoceh dihadapan Vii yang baru saja terbangun dari tidur lelap nya di jam keterampilan. 

"Lagian siapa yang mau mendengarkan ocehan guru yang menerangkan tentang zat dalam makanan. Aku bisa makan saja sudah bersyukur"
Begitu batin Vii.

Vii yang baru sadar bahwa jam ini adalah jam pembagian portofolio dari kelas SEK, langsung beranjak tergesa. Terlihat kelasnya sudah kosong melompong. Teman teman sejurusan nya sudah pergi ke aula untuk berebut mengambil portofolio. Sistem pengambilannya adalah perebutan. Siapa cepat dia dapat, jadi siapa yang sampai disana dapat langsung memilih partner yang memiliki kualitas tinggi. Dan sialnya Vii malah terlambat. Bisa dipastikan dia akan mendapatkan portofolio sisa an. Tapi sebenarnya siapapun partner nya dalam AK Vii tidak pernah keberatan, karena selama dirinya bisa bekerja sama tidak ada masalah dalam membuat project nya, tidak masalah nilai partner nya rendah atau tinggi. Akhirnya dengan 2 menit dengan berlari, Vii sampai di Aula. Disana sudah terlihat beberapa teman nya yang sudah memilih portofolionya. Ada yang tersenyum puas, dan ada juga yang masih memilih dengan wajah bimbang. Vii melihat Olin yang masih berdiri di depan papan daftar nama siswa jurusan SEK. Saat Vii sampai ternyata disana bukan daftar nama saja namun juga keahlian, dan pengalaman magang siswa tersebut. Vii melihat ke kanan ke kiri.

'Loh kok gak ada yang ke sini sih? Kan ini info penting.'
Vii membatin dan menyadari bahwa yang memperhatikan papan itu hanya Olin dan Vii.

"Oi, Lin gak milih portofolio? Kamu kan udah dateng dari awal."
Olin melirik Vii sebentar lalu kembali memperhatikan daftar nama. Vii mayun karena pertanyaan nya di abaikan Olin. Tetapi tiba tiba Olin menjawab.

"Aku tak mau terburu - buru memilih portofolio dengan asal. Jika kita memilih partner yang punya nilai tinggi tapi gak sesuai sama bidang kita untuk apa. Lagian di jurusan SEK kebanyakan penyair ulung, bukan yang buat laporan bisnis. Aku harus hati hati menentukan pilihan. Kamu gak mau kan dapet pujangga yang nyuruh kamu baca syair nya, sementara kamu itu anak advertisement?" 
Vii terdiam sejenak, mengutuk dirinya kenapa baru sadar akan hal ini. Untung saja dia menghampiri Olin dan tidak langsung menuju meja daftar nilai. Vii pun mengikuti Olin untuk mencari nama anak jurusan SEK yang membuat laporan advertisement ataupun soal pengiklanan. Olin membantu Vii mencari beberapa anak yang sesuai dengan bidang mereka, yaitu bidang komunikasi persuatif.

"Lin, kalau misalnya bidangnya dia 'Bidang Penawaran Produk' itu sesuai sama bidangku kan? Advertisement."
Olin melihat tabel nama yang ditunjuk Vii. Olin menganguk pelan, tetapi.

"Vii coba pilih cadangan nama lain. Kamu gak lihat nilai dia berapa?"
Olin menunjuk tabel nilai dan ranking.
Vii terkejut mengetahui bahwa nilai anak yang dia tunjuk nyaris sempurna. 97,20 dari 100,00. Vii menghela nafas pelan, 

'Rui Karelina. Perempuan? Wau orang ini gila, siapa yang bisa mendapatkan nilai setinggi itu padahal dia di bidang penawaran produk? Bukankah naskah penawaran produk hanya itu itu saja, kenapa orang ini bisa mendapatkan nilai yang begitu tinggi?

 Perempuan? Wau orang ini gila, siapa yang bisa mendapatkan nilai setinggi itu padahal dia di bidang penawaran produk? Bukankah naskah penawaran produk hanya itu itu saja, kenapa orang ini bisa mendapatkan nilai yang begitu tinggi?

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
PressureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang