Cepat sembuh sayanggg!

20 4 2
                                    

"Angkat tangan, letakkan uangnya di dekat pintu!" Sila mengancam Anton dengan pistol.

Anton meletakkan koper hitam berisi uang lima belas triliun sesuai yang diperintahkan Sila.

"mana Diza?" Anton mengangkat tangannya.

"HA HA HA...! kamu fikir semudah itu?"

"Apa lagi yang harus aku lakukan Sila?"

"Kamu harus tanda tangan di surat ini!" Sila menyodorkan kertas putih di tangannya.

"Apa ini?" Anton mengambilnya.

"Tanda tangan saja! CEPAT!"

Anton terpaksa mengambil pulpen dan kertas itu. Rumahnya akan berpindah tangan pada Sila jika ia menanda tangani surat tersebut.

***

"Mmmmm!"

"Ssst" Galih menyelamatkan Diza diam-diam

"Mmmmm!" Kata Diza sambil menangis.

"Sstt..., jangan di sini" Galih menghapus air mata dan menenangkannya. Tak berlama-lama di sana, Galih langsung menggendong Diza tanpa membukakan tali dan lakban yang masih melekat di badannya.

"Udah gue bilang gue akan selalu ada buat lo, za!" Galih menggendongnya segera ke luar dari rumah kosong itu.

"Diam lo di sana!" suara itu terdengar familiar.

"Mmmmm" kata Diza.

"Fathur!" Gumam Galih masih membelakangi cowok itu dan masih menggendong Diza.

"Serahkan Diza ke gue!"

"Nggak akan"

"Angkat tangan lo!" perintah Fathur membawa senjata api.

"Gue nggak akan biarin lo nyakitin Diza lagi!"

Dor!

Suara tembakan menggema di seluruh ruangan. Peluru itu terkena tepat di pergelangan kaki kirinya. Galih masih menguatkan diri membawa Diza barlari ke luar.

Diza berhasil selamat masuk ke mobil yang sudah terparkir di dekat pohon

Dor!

Suara itu terdengar sekali lagi. Galih terjatuh di hadapan Fathur, ia masih sanggup membuka matanya.

Wiiiu wiiiiu wiiiu

Beberapa mobil polisi mengelilingi rumah itu dan menangkap siapa saja yang terlihat jahat Di sana. Galih berhasil di bawa ke rumah sakit terdekat dan ia selamat.

Sedangkan Diza dan papanya di istirahatkan di kantor polisi untuk sementara.

Sila, Fathur, dan beberapa preman berhasil di tangkap masuk penjara.

"Syukur lo selamat za!" batin Fathur setelah polisi memasukkannya ke penjara.

Diza tak ingin beristirahat di rumah terlalu lama setelah ia kembali dari kantor polisk, ia ingin segera melihat bagaimana keadaan orang yang menyelamatkannya tadi.

Diantar dengan kang Burhan, Diza sampai di rumah sakit dengan aman.

"Sus, pasien yang bernama Galih Alexando ada?" tanya Diza sopan pada suster yang sedang berjaga di kasir pembayaran.

"Oh iya, korban tembak ada di kamar nomor seratus tujuh belas mbak."

"Makasih sus!" Diza mempercepat langkahnya menuju ruangan yang dikatakan suster barusan.

Ceklek!. Diza membuka pintunya dengan tak sabar

"Galih! lo udah sadar?" senyumnya mengembang ketika melihat orang yang ia cari ada di sana.

"Lo kira gue mati?" kata Galih masih sempat membuat Diza terkekeh pelan.

"Gue takut lo kenapa-napa" Diza memeluk Galih ketika posisinya berubah duduk

"Awwwww" erang Galih kesakitan "sakit za!" rengeknya manja.

"Eh maaf, gue senang lo selamat..." ia menitiskan air mata bahagia lalu melepaskan pelukannya.

"Atiiit" katanya pura-pura pelat.

"Mau lo apa?" tanyanya manja akan menurutkan apa saja permintaan Galih

"LDR an!"

Isak tangis Diza terhenti "gue nggak kuat LDR an." katanya datar

"Sayang, gue harus ke Kairo besok! karna gue batalin tiketnya kemarin jadinya gue ganti besok."

"Jangan tinggalin gue!" Diza memeluk Galih sambil menangis

"Gue nggak akan pernah ninggalin elo za..."

"Terus?"

"Kan gue balik ke indo tiga tahun lagi"

"Mana yang sakit?" Diza mengalihkan pembicaraan.

"Di aki ama petut" jawabnya pelat, ingin dimanjakan.

"Sini gue obatin, tapi pelurunya udah dikeluarin sama dokternya kan?"

"Udah lah sayang masak belom siih."

"Hehe" Diza mengompres luka itu dengan air dingin. Galih menahan rasa sakitnya dengan memejamkan mata, lalu terlelap

"Cepat sembuh ya sayang, gue sayang sama lo!" kata-kata itu membuat Galih mengintip sedikit.

"Apa?, gue nggak salah denger?" lalu memejamkan matanya lagi.

Diza mengeratkan tekanan kompres itu "GUE SAYANG LO ALEXANDOOO"

"AWWWWW, PELAN-PELAN SAYANG!"

"INI UDAH PALING PELAN SAYAANGG!"

Ceklek. Pintu ruangan di buka, seorang lelaki paruh baya masuk ke dalam.

"Gimana keadaan kamu?" tanya dokter.

"Membaik dok" jawab Diza "ini saya kompresin biar cepat sembuh." sambungnya

"Iya dok, saya sudah lumayan."

Dokter memberikan beberapa obat pada Diza agar obat itu segera diminum.

"Administrasinya sudah dilunaskan pihak kepolisian ya, jadi nggak perlu membayar lagi." kata dokter santai

"Oh, baik dok. Terima kasih" jawab Galih cepat.

"Dan besok kamu sudah boleh pulang dan beristirahatlah di rumah. Saya permisi!"

Dokter meninggalkan ruangan...

Jangan datang lagi cinta! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang