Dificult

20 6 4
                                    


Ujian sekolah berlangsung selama satu minggu lebih, anak kelas dua belas juga sudah mengikuti kelas tambahan setelah jam pelajaran terakhir.

Kini mereka siap menghadapi ujian akhir yang menentukan apakah mereka berhak menjadi junior di kuliah atau kembali menginjak menjadi kakak senior di Sekolah Menengah Atas.

Bapak ibu guru yakin bahwa mereka sudah berusaha sebaik mungkin, tinggal para murid saja sudahkah mereka belajar dengan baik dan benar.

Good luck!

Terdapat secarik kertas putih kecil di bawah kolong meja Diza. Diza kenal betul dengan tulisan itu. Tulisan yang acak-acakan lebih tepatnya seperti cakar ayam, ukurannya agak besar, dan tak terlalu sulit dibaca.

"Wiih dari siapa tuh?" tanya Shasa

"Ehehe, bukan dari siapa-siapa kok." Diza menyembunyikan kertas itu di bawah kolong, ia tak ingin hubungannya dan Galih diketahui banyak siswa di sekolah

Ujian pertama dimulai diawali dengan mata pelajaran Biologi dan disusul oleh Fisika. Hmm bagaimana mereka tak pusing dengan hari pertama... kasian ya

Tiada hari tanpa pengawasan bu Aya. Tatapannya terlalu tajam bagi mereka yang ingin berbuat curang. Pengawasan itu benar-benar membuat mereka tak bisa melirik, memberi kode-kode tertentu, apalagi menyontek.

Syukur saja Diza sudah mempelajari pelajaran ini bersama Galih dan Zika tadi malam.

Masih sempat Diza melamun kepikiran si tampan itu. Apa yang kau lakukan Diza, ayo fokus!

Kurang lebih satu jam, ujian terakhir di hari pertama telah selesai. Kini saatnya mereka kembali pulang, belajar, dan beristirahat merenggangkan otak masing-masing.

Seperti yang dijanjikan oleh Galih, ia akan menjemput Diza setiap pulang sekolah.

"Gimana ujian lo tadi?"

"Bagus, lo sendiri?"

"Sama, mau mampir dulu nggak?"

"Kemana?"

"Ke rumah gue."

"Ngapain?"

"Belajar bareng ama Zika."

"Ada Zika di sana?"

"Zaki juga mau ikutan sih katanya kalo ada lo, soalnya besok kan pelajarannya lumayan susah."

"Hmm oke" Diza menyetujui ajakan Galih, tapi sayangnya ia lupa memberi kabar atau meminta izin terlebih dahulu pada mama maupun papanya yang kebetulan sedang cuti bersama hari ini.

Allahu akbar allahu akbar...

Adzan maghrib berkumandang, mereka baru menyelesaikan beberapa bab yang dijelaskan oleh Diza.

"Guys, kayaknya sisa pelajaran ini pelajari sendiri-sendiri ya, gue harus pulang sekarang." pamit Diza pada mereka

"Gue anter!" kata Galih cepat.

"Gue pulang sendiri!" tolak Diza.

"Ini maghrib za, kalo terjadi apa-apa sama lo gimana?"

"Gue bukan anak kecil Galih!"

"Ya udah ati-ati ya..."

Diza pulang menaiki angkot yang tak jauh dari rumah Galih di sebrang sana.

"Mas, Diza kok belum pulang ya jam segini?" tanya Sila dengan nada khawatir dan cemas dengan anak gadis nya itu

"Iya, coba kamu telfon!" perintah Anton dingin

"Nggak aktif" katanya setelah mencoba menelfon anak itu berkali-kali

"Ke mana ya dia?" tanya Anton mulai khawatir

Suara angkot yang Diza tumpangi di depan rumahnya membuyarkan fikiran negatif Sila dan Anton

"Assamu'alaikum..."

Diza masuk rumah dan menutup pintu depan pelan-pelan

"Dari mana aja kamu?" tanya Anton menampar Diza dengan kasar dan amarah
Diza mengerang kesakitan.

Sila tak berani membela Diza atas keputusan Anton terhadap anaknya. Diza berlari menuju kamar dengan memegangi pipi yang ditampar papanya, tanpa menjelaskan apapun pada mereka.

"Sial HP gue ketinggalan, jangan sampai Galih ke sini!"

Benar saja dugaannya, terdengar suara Galih dari bawah sana. Apa yang akan orang tuanya lakukan pada Galih, bagaimana hubungan mereka setelah ini GAWAT!

Diza keluar dari kamarnya kemudian turun ke bawah menguping pembicaraan mereka dan Galih

"Kamu jangan pernah temui anak saya lagi!" bentak Anton sambil menunjuk hidung mancung itu.

"Tapi om, ini HP nya Diza ketinggalan, saya cuma mau nganterin ini kok nggak lebih." jelas Galih sopan santun

"Pulang!" usir Anton dengan nada tinggi.

Galih pulang dengan kecewa begitu pula dengan Diza.

"Pa, papa bisa dengar penjelasan Diza dulu!" mohon Diza sambil menangis, menghalangi langkah Anton.

"Hp kamu disita!" Anton memberikan ponsel itu pada Sila yang berada di belakangnya. Sila mengambilnya dengan senang hati.

"Papa jahat!" bentaknya kemudian berlari ke kamar "pasti ada yang nggak beres" gumamnya

Berhubung dengan kondisi virus covid19 besok sekolah meliburkan ujian bagi anak kelas dua belas. Ada satu siswa yang positif terkena virus ganas ini.

Anton mengetahui berita itu lewat televisi. Ia mengetuk pintu kamar Diza dan memberitahu soal itu padanya.

Diam-diam Anton mengambil kunci kamar Diza, lalu menguncinya dari depan.

"Papa emang jahat! papa jahat!, kenapa sih papa berubah?" Diza masih berharap ini adalah mimpi buruk

"Dua minggu di kamar? bisa sterss gue, hp gue disita lagi sama papa. Oh tuhan gue harap ada keajaiban yang datang tiba-tiba"

Diza memikirkan bagaimana ia bisa membujuk papanya dan akan menjelaskan semuanya.

Tak lama kemudian, terdengar suara pintu diketuk dari luar.

"masuk!" perintahnya. Ternyata bi Ijah...

"Makan dulu non!" bi Ijah membawa makanan dan minuman, akhirnya Diza mendapatkan sebuah ide

"Minta kuncinya bi Diza mau keluar!"

"Nggak boleh non, ini sudah amanah"

"Ya udah kalo gitu Diza mogok makan, sampe kuncinya Diza yang pegang"

Bodohnya bi Ijah meletakkan makanan dan minuman itu kemudian berlari ke luar lalu kembali mengunci pintu kamarnya. Entah apa yang ada di fikiran bi Ijah itu sampai ia lari terbirit-birit dikejar setan

"Maaf non ini amanah" perkataan itu selalu melayang dibenaknya.

Guys maaf ya, ini aku up terus ceritanya dan NGEBUT bgt buatnya soalnya tuh bntar lagi aku dh mau masuk pondok... jadi nya aku mau khatamin dan akan ada revisi nanti sebelum aku masuk pondok

Jangan lupa baca terus yaa di setiap part nya!!

Bye bye

Jangan datang lagi cinta! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang