Sekolah baru

145 57 63
                                    

Hujan deras pagi ini benar-benar membuat Diza menggigil dan tak ingin mengeluarkan satu anggota tubuhnya dari selimut. Bahkan teriakan dari mama juga tak berhasil untuk memanggil Diza.

Tok tok tok!

"Sarapannya sudah siap non...!" dengan logat jawanya yang kental bu Ijah, Asisten Rumah Tangganya yang baru itu menyampaikan undangan mama papanya agar segera sarapan pagi.

"Non?"serunya sekali lagi memastikan Diza mendengar apa yang ia katakan barusan.

"Aduh biii, Diza belom mandi niih, dingin banget soalnya. Bilang ke mama sama papa bentar lagi Diza turun." dengan gerakan yang gesit seperti biasa Diza hanya perlu beberapa menit untuk menyiapkan diri dan segera sarapan.

"Baik non, saya permisi."

"Pagi ma, pa," sapa Diza seadanya, seraya duduk di kursi makan istiqomah miliknya.

"Cepat habis kan sarapan kamu sayang, nanti kamu berangkatnya bareng aja sama papa, sekalian pakai mobil. Hujan masih deras di luar" jelas mama pada anak semata wayang kesayangannya itu.
Diza mengangguk pelan menyetujui permintaan Sila, mamanya.

***

"Za!" teriak gadis berambut lurus sepinggul dengan warna coklat di sebagian rambut yang membuat cowok-cowok yang lewat begitu tertarik padanya.

Mata Diza membelalak ketika melihat seorang gadis yang berdiri di depan gerbang sekolah. "Miha? Kok lo ada di sini?" tanya Diza seolah tak percaya bertemu teman SD lama nya itu. Terus terang saja Diza sangat senang bertemu dengan Miha saat ini, karna sudah lama mereka putus kontak. Mereka berpelukan sehingga tak sadar bahwa mereka sedang berada di kawasan sekolah.

"Hari ini kan hari pertama masuk sekolah, pasti cuma pelajaran pertama kan yang diisi...?"

"Terus?" tanya Miha cuek.

Diza memutar bola matanya mengingat kembali bahwa teman lamanya itu sangat lah acuh tak acuh jika di ajak mengobrol yang tidak penting.

"Yaaa, lo nggak inget sama gue mi? kita bolos kek, jajan kek, ke kantin sekolah atau keliling sekolah ini hafalin jalan".
Oceh Diza pada miha dengan kesal.

"Ya ampun Dizaaaa.. lo nggak pernah berubah ya, tetep aja sama kayak Diza dulu yang gue kenal!" Miha takjub melihat orang di hadapannya ini benar benar tidak berubah dari zaman dahulu saat penjajahan masih berlangsung, sampai sekarang tidak berubah sedikitpun.

Perkataan Diza barusan mengingatkan masa lalu mereka bahwa Diza dan Miha sering bolos bersama.

Diza mengerutkan alisnya "emang gue kenapa?" dengan polosnya ia bertanya.

Miha bersyukur karna tidak sempat menjelaskan perkataannya tadi, bel upacara baru saja dibunyikan dan omongan mereka terpaksa bersambung.

Upacara pertama kali berlalu begitu cepat, kini saatnya siswa siswi SMA 01 jakarta mencari kelas mana yang akan mereka huni.

Satu per satu siswi yang mengerumuni mading sekolah mulai sepi, tinggal beberapa siswi yang pendek mencari kelas mereka di kertas putih yang tertempel di mading.

"Kita beda kelas mi!" Miha yang masih mencari namanya tidak memerdulikan pernyataan Diza barusan. "Lo cuek amat! baru aja ketemu. Nggak kangen apa sama gue?" omel Diza sambil berjalan meninggalkan Miha.

"Welcome to my class" ucapnya dalam hati. Senyum Diza mengembang ketika melihat tulisan x-IPS 2 terpampang jelas di depan pintu kelas yang ada di depannya. Diza melangkahkan kaki memasuki kelas yang hanya ada beberapa orang di sana. Diza heran ketika melihat kesibukan yang menimpa mereka, tanpa menyadari kehadirannya.

"Hai" sapa Diza berhati-hati. Seorang yang duduk di kursi paling belakang mendongak kan kepalanya mulai menyadari kehadiran Diza di depan kelas.

Pria itu kembali menunduk melanjutkan kesibukannya membaca novel romance sambil senyam senyum sendiri.

Ada juga 4 orang yang sedang bergosip tanpa menoleh ke arahnya sedikitpun.

Diza dibuat bingung sendiri harus memilih bangku mana yang akan ia tempati.

Seseorang melambaikan tangan mengisyaratkan menyuruhnya duduk di sebelahnya.

***

Kali ini Miha sedang asyik sendiri mendengarkan lagu barat one direction nya dengan headsed.

"Ke kantin yuk!" ajak seseorang yang sudah ada di depan nya. Miha benar-benar tidak merasakan apapun selain manikmati kesendiriannya.

"Woi!!!" bentak Diza yang refleks memukul meja sahabatnya itu. Miha terkejut dan membuka headsed miliknya.

"apa-apaan sih lo?" kesal Miha yang tak kalah terkejut.

"Betek gue di kelas lama-lama. Ke kantin yuk mi!" ajak Diza.

"Lo betek di kelas, kenapa bilang gue" batinnya kesal. "Enggak ah gue mager!" tolak Miha mentah-mentah.

"Ih lo jadi ketularan sok sibuk gini mi, ayo temenin gue ke kantin sebentar udah lama nih nggak cuci mata bareng lo!".

Telinga Miha kepanasan karna Diza tak mau berhenti membujuknya, akhirnya ia mendahului Diza kekantin menunjukkan kekesalannya, sekaligus mengentak-entakkan langkah kakinya.

Diza mengangkat bahu melihat tingkah sahabatnya itu. "Miha... miha" gumamnya seraya keluar dari kelas kuburan horror itu.

Jangan datang lagi cinta! (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang