Part 7

8.4K 70 16
                                    

"Eh liat tuh liat, si banci datang! Hahahahaha"

"Eh bencong! Ngapain lu kesini? Main boneka aja sana ama cewek-cewek!"

"Lu mah ga pantes pake baju cowok! Cocoknya pake rok cici lu aja sana!"

Untuk beberapa saat aku terdiam dan mengingat kata-katanya padaku dulu, kata-kata bullyan yang bisa dibilang membekas dalam hatiku. Dan lucunya, mungkin kata-kata itu juga yang membuatku memiliki mental wanita hingga menjadi seperti sekarang ini, menjadi Maria. Ya, hari ini juga untuk pertama kalinya aku tampil sebagai waria didepan musuh masa kecilku dulu. Untuk apa dia kesini? Apa dia datang hanya untuk menghinaku saja? Atau...?

[Foto: Ekspresi wajah Maria ketika Benny berjalan menghampirinya]

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[Foto: Ekspresi wajah Maria ketika Benny berjalan menghampirinya]

Benny pun terlihat berjalan perlahan kearahku, aku juga memisahkan diri dari keluargaku untuk menghampirinya. Keluargaku awalnya tampak ragu terutama ci Livia yang tahu tentang kelakuan Benny kepadaku dulu, tapi aku memberi senyuman tipis bahwa aku tidak akan apa-apa. Kami pun akhirnya berhadapan, tentunya dia lebih tinggi dariku seperti dulu. Tapi ada sesuatu yang berbeda saat aku melihatnya. Matanya tidak menunjukkan rasa menghina atau hal-hal negatif lainnya, bisa dibilang malah...terkesan hangat.

"Halo Mar, apa kabar?" dia menyapaku dengan senyuman.

"Baik, ada perlu apa lu kesini?" balasku.

"Maaf, gue kesini bukan untuk tujuan yang ngga-ngga."

"Terus?"

"...Mungkin ini mendadak, terus momennya untuk kita berdua kurang tepat juga, tapi bisa ga kita ngobrol sambil makan siang dulu disini? Gue yang bayar tentunya, kalau ga keberatan nanti gue antar pulang juga."

Aku agak kaget & bingung dengan ajakannya ini. Untuk apa dia tiba-tiba muncul dan mengajakku untuk makan siang bersama, tapi di satu sisi aku juga bingung karena merasakan hal yang baru dari diri Benny; ketulusan. Aku berpikir sejenak dan mungkin tidak ada salahnya juga menerima ajakannya sekarang, toh dia tidak mungkin membuat jebakan di hotel hanya untuk mempermalukanku. Aku pun minta izin & menjelaskan sedikit situasinya pada keluargaku, mereka mengiyakan dan pulang duluan. Menitipkan pesan untukku agar berhati-hati.

 Menitipkan pesan untukku agar berhati-hati

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Mungkin Sudah TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang