Suatu hari Benny pun mengajakku ke sebuah restoran. Tentunya bagi kami berdua makan bersama bukanlah hal yang baru lagi, tapi terasa bahwa hari ini ada suasana yang berbeda. Benny terlihat lebih canggung dan rapi dengan kemeja, celana dan jas serba hitam, jujur bagiku malam ini dia tampak sangat ganteng. Tentunya aku tidak akan menolak ajakannya, aku pun malam itu berdandan dengan make-up yang semi-smokey, serta pakaian dalam berupa BH tanpa tali & G-String pink dengan aksen hitam dan mini dress sleeveless serta high heels berwarna hitam, menyesuaikan warna dengan pakaian Benny. Salah satu dress favorit yang kupunya, membuatku bersyukur menjadi pemilik butik karena sangat mudah mendapatkan baju wanita yang cantik-cantik.
[Foto: Maria memakai dress favoritnya]
Untuk kesekian kalinya Benny pun kembali memuji penampilanku & bersama kami pun menuju restoran yang sudah dia persiapkan. Sesampainya di restoran, pelayan pun mengantarkan kami ke meja yang sudah di reserve & aku sangat tersentuh, Benny memilih meja outdoor dengan pemandangan yang langsung menghadap seluruh kota, belum lagi suasana yang dibuat diatas meja dengan dekorasi bunga & lilin. Bagiku ini sangatlah romantis.
"Ben, kok tiba-tiba pakai acara gini segala sih?"
"Aku pingin hari ini bisa jadi hari yang spesial untuk kita berdua, ya harapanku sih mudah-mudahan kamu suka ya Mar." sambil mempersiapkan tempat dudukku, sangat tersentuh karena Benny begitu menyiapkan banyak hal untukku hari ini. Kami pun memesan makanan, dan menunggu sambil mengobrol ditemani musik instrumen yang romantis, dibawakan secara live oleh staff restoran. Meskipun malam itu restoran begitu ramai dengan staff ataupun tamu, aku merasa bahwa tempat itu serasa hanya milik kami berdua.
"Maria..."
"Hmm?"
"Ada lagi hal yang mau aku sampain ke kamu."
"Oh ya? Langsung ngomong aja Ben. Ga usah canggung hahaha."
"Hahaha aku ga yakin sih ga canggung untuk ngomong ini. Cuma aku mau bilang kalau kadang kita ga tahu ya akan masa depan, bahkan kenyataan pun bisa aja jauh berbeda dari apa yang kita pernah bayangin sebelumnya. No offense, kita dulu pun sama-sama anak cowok, saling berantem karena aku sering ngebully kamu dsb, tapi coba lihat kita sekarang, kita sudah sama-sama dewasa sekarang, bahkan sekarang kamu sudah jadi wanita yang sangat cantik, bahkan lebih cantik dari orang-orang yang kukenal sebelumnya." Aku terpaku mendengar perkataannya.
"Bahkan sekarang tanpa terasa, meskipun awal kita ga baik kita bisa jadi dekat banget, bahkan kita dinner berdua di restoran seperti ini, seperti pasangan dimata orang lain. Aku juga sadar bahwa setelah ketemu lagi & berbaikan hari-hariku terasa lebih baik dan menyenangkan, aku pingin rasa bahagia ini terus berlanjut, karena itulah aku pingin menjalani hari-hariku kedepan terus bersama kamu." Hal yang membuatku sangat shock pun terjadi, Benny berdiri, mengeluarkan sesuatu dan berlutut dihadapanku.
"Maria...maukah kamu jadi istriku?"
Aku yang melihat cincin dan aksinya itu tak kuasa menahan air mata. Mengingat kembali masa kecilku, aku seringkali menangis saat Benny dan teman-temannya membully diriku, aku merasa sedih, marah, tertolak, tidak berguna dan tidak berdaya sedikitpun. Tapi aku menyadari kalau kali ini bukan datang dari semua yang kualami saat ini, aku merasa begitu tenang, aku merasa begitu diterima, aku merasa begitu dicintai. Ini adalah air mata bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mungkin Sudah Takdir
RomanceKehidupanku berubah menjadi sesuatu yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.. Apakah karena bullyan fisik yang selalu kuterima karena aku seorang pria bertubuh kurus dan pendek? Atau, apakah aku berubah karena ciciku..? Aku dan Ciciku.. Penulis : Mic...