Dua Puluh Tujuh

227 29 6
                                    

"Benar-benar kamu tolak? Oh my lord ternyata kamu setia juga, ya."

Sasa menghela nafas ketika mendengar suara Lena dari ponselnya itu. Karena pesannya tadi yang tak kunjung dibalas Sasa, akhirnya Lena pun menelfonnya berkali-kali hingga Sasa mengangkatnya.

"Gak bisa, Lena. Buat apa aku nerima Arkie kalau aku gak suka?"

"Hmm.. iya sih, aku hanya khawatir sama kamu, Sasa."

Sasa berbaring sambil meletakkan lengan dikeningnya. Menatap langit-langit polos kamarnya. "Khawatir kenapa?"

"Sebelumnya maaf kalau perkataan aku nusuk. Tapi begini, kalau kamu masih belum bisa move on dari Rex, bagaimana perasaan kamu ketika lihat Rex sama yang lain? Mungkin ada kemungkinan dia juga masih suka kamu, tapi kita juga gak bisa menyingkirkan kemungkinan terburuknya juga, kan?"

Benar. Sasa tidak bisa menjawab perkataan Lena karena yang dikatakannya itu benar. Meski hatinya juga mengharapkan Rex, apakah cowok itu juga mengharapkan Sasa?

"Aku juga gak mau maksain kamu nerima Arkie or any other boys. Tapi kamu juga harus ada kemauan untuk move on, Sasa. Semuanya demi kebaikan kamu," lanjut Lena.

Pintu kamar Sasa diketuk kemudian terbuka. Sasa menoleh dan mendapati bi Ririn berdiri di daun pintu. Menyadari Sasa sedang menelfon, bi Ririn memberi isyarat tanpa bersuara.

'Ada yang nunggu miss Sasa dibawah'

Sasa mengangguk paham setelah mendapat maksud dari bi Ririn. Setelahnya, pintu kamarnya kembali tertutup.

"Len, i have to go now. Tiba-tiba aku kedatangan tamu," kata Sasa sambil beranjak dan mengganti baju serta merapikan rambutnya.

"Siapa?"

"Gak tahu, makanya aku mau turun sekarang," jawab Sasa geram.

"Eh, Sa! Bagaimana kalo itu Rex??"

Pergerakan tangan Sasa yang sedang menyisir rambutnya terhenti, ia menatap ponselnya yang mengaktifkan fitur loudspeaker dengan nama Lena tertera disana. Pikirannya membayangkan jika Rex memanglah orang yang menunggunya saat ini.

"Tapi itu gak mungkin sih," lanjut Lena.

Sasa meletakkan sisirnya dan menatap dirinya di kaca. Meski wajahnya terlihat sedih, Sasa mencoba tersenyum.

"Iya, gak mungkin Rex kesini."

"Tapi kalau beneran Rex gimana, Sa?"

"Shut up! Kamu nyebelin. Jangan buat aku berharap, Lena," ketus Sasa sebal.

"Saranku jangan terlalu berharap, Sa. Nanti kamu jatuh," ujar Lena sambil menahan tawanya sendiri.

"I won't, makanya lebih baik kamu gak usah kasih harapan ke aku. Ngomong-ngomong, aku harus turun. Bye!"

"Dah!"

Sasa menarik nafas sejenak dan berjalan keluar kamarnya. Sial! Gara-gara perkataan Lena Sasa menjadi benar-benar mengharapkan Rex. Ketika Sasa sudah sampai di ruang tamu, langkahnya terhenti.

Seorang cowok duduk disana dengan secangkir kopi dihadapannya. Ia sedang memainkan ponsel dan menoleh lalu tersenyum menatap Sasa.

"Halo, Sasa," sapanya.

Sasa membalas senyumnya dan berjalan mendekat. "Larg," ucap Sasa dan mengambil tempat dihadapan Larg.

"Sudah lama gak bertemu, bagaimana kabar kamu?" tanya Larg.

My Blind Boy 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang