Tiga Puluh Tujuh

105 15 0
                                    

Hari ini adalah hari yang sangat canggung bagi Sasa. Bagaimana tidak? Orang-orang kembali membicarakannya karena kali ini Sasa bersama Raline. Selain itu, Sasa dan Lena sama sekali tidak berkomunikasi. Tentu saja hal ini sangat mencurigakan di mata orang yang tidak tahu apa-apa.

"Sa, saya ada rapat osis sekarang. Kamu gak apa-apa, kan?"

Sasa mengangguk maklum. Meski sejujurnya ia takut sendirian. "Iya gak apa-apa, kok."

Raline akhirnya berlalu pergi, meninggalkan Sasa sendirian. Saat ini Sasa memutuskan untuk belajar. Bagaimanapun keadaannya, Sasa harus bisa mempertahankan nilai-nilainya. Setidaknya hal inilah yang bisa ia lakukan sejauh ini.

"Hai, Sa."

Senyuman Sasa berikan pada Arkie yang duduk di tempat duduk Raline sebelumnya. Bisa dibilang sudah lumayan lama sejak mereka teakhir kali saling mengobrol. Arkie juga termasuk anggota osis saat ini, dan tentunya ia bukanlah orang dengan banyak waktu luang.

"Gimana keadaan kamu? Aku lihat sekarang kamu udah baikan sama Raline."

Sasa mengangguk dan menunduk menatap jari jemarinya sendiri. "Yah.. begitulah. Akhir-akhir ini banyak yang terjadi."

"Maaf aku juga gak bisa selalu ada buat kamu. Aku—"

"Jangan," potong Sasa.

"Jangan minta maaf, Arkie. Kamu gak punya kewajiban buat selalu nemenin aku, it's not a big deal," lanjut Sasa.

Sasa bertopang dagu. Memandang kosong kedepan, memikirkan orang lain yang tiba-tiba muncul dipikirannya saat ini.

Ia bergumam, "lagipula, aku baik-baik aja selagi masih ada dia."

Arkie menghela nafasnya sendiri, tentu saja ia langsung tahu siapa yang dimaksud oleh Sasa.

"Baguslah kalau begitu. Ngomong-ngomong, Sa, osis sedang berusaha buat menghentikan gosip ini. Rhymes harus kembali seperti semula, bersih dari penindasan begini."

Arkie memberi senyuman pada Sasa. "Karena itu, tahan sedikit lagi, ya?"

'Begitu ya..'

Ternyata masih ada juga yang memikirkan dirinya. Masih ada yang mengkhawatirkan dirinya di sekolah ini seperti Raline dan Arkie.

"Seandainya kami tahu siapa dalang dibalik gosip ini..." lirih Arkie.

'Aku tahu,' jawab Sasa dalam hatinya.

'Tapi aku gak bisa ngelaporin Lena.'

Jika Sasa mengesampingkan sikap Lena yang sudah menyebarkan berita ini, Lena sudah menjadi teman dan sahabat yang baik selama ini. Sasa merasa dia juga tidak memiliki salah apa-apa padanya. Apa alasan Lena melakukan hal ini?

Pasti ada alasannya!

Dari kejauhan, Sasa melihat Lena berjalan bersama teman-temannya. Melihatnya Sasa menjadi tersenyum miris mengasihani dirinya sendiri. Padahal ia sangat mempercayai Lena.

Entah apa yang ada di pikiran Sasa sekarang, tapi ia beranjak dan berjalan menghampiri Lena. Berkata pada Arkie ada yang harus ia laikan dan menghalangi jalan Lena hingga mau tak mau ia berhenti sambil menatap Sasa.

"Aku mau bicara sama kamu, Len."

Lena melipat kedua tangannya di dada. "Bicara?"

Sasa mengangguk dan menarik tangan Lena. "Berdua," ujarnya sambil menarik mantan sahabatnya itu menjauh dari teman-temannya yang baru.

Setelah sampai di koridor yang sepi, Sasa melepas pegangannya dari lengan Lena dan menatapnya. "Kenapa, Len?"

Lena menatap Sasa kesal sambil mengusap pergelangan tangannya yang tadi digenggam Sasa kuat. "Apa?!"

My Blind Boy 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang