Tiga Puluh Satu

197 25 3
                                    

Rex menurunkan beberapa kantung plastik berisi makanan sedangkan Sasa langsung berjalan santai memasuki rumah. Lagipula membawa belanjaan itu tugas cowok kan?

Sasa langsung mengambil posisi di sofa ruang TV dan menyelonjorkan kakinya. Tak lama kemudian, Rex datang dan duduk di karpet bulu sambil meletakkan semua kantung plastik itu ke dekat Sasa.

Sasa mengambil sebatang cokelat, membuka, kemudian melahapnya. Kerutan di keningnya muncul ketika Sasa mendapati Rex memerhatikannya.

"Kenapa? Mau?" tanya Sasa sambil menyodorkan cokelat tersebut.

Tiba-tiba, Rex mendekat dan mengusap cokelat didekat bibir Sasa dengan ibu jari dan malah menjilat ibu jarinya sendiri sambil menggeleng lalu beralih mengambil sebungkus makanan ringan dan membukanya. "Enggak."

Sasa mematung. Padahal sejak dulu Rex juga sering mengelap sisa makanan dan hal itu sudah lumrah-lumrah Saja. Semuanya tetap sama kecuali kini Sasa merasa berdebar.

"Kenapa?" tanya Rex jahil sambil mengangkat sebelah alisnya.

Tidaaaakkk ini sangat tidak baik untuk kondisi jantung Sasa. Sasa pun berdiri. "Ehm... mau ambil minum!" teriaknya salah tingkah.

Tapi sebelum Sasa pergi, Rex langsung menarik tangannya untuk duduk kembali. "Minta Emmy bisa kan? Ngomong-ngomong kenapa wajah kamu merah?"

Rex naik untuk duduk di sofa dan menangkup salah satu pipi Sasa. "Panas," bisiknya dengan senyuman miring. Karena malu, Sasa langsung mendorong Rex menjauh dan memalingkan wajahnya.

"Gak boleh deket-deket!" seru Sasa yang masih salah tingkah menyebabkan Rex tertawa kecil.

"Ternyata seru juga lihat kamu blushing."

Sasa menoleh cepat. "Aku gak blushing!!"

"Iya iya," ujar Rex yang akhirnya mengalah, dan membiarkan Sasa pergi ke dapur untuk mengambil minuman.

Rex mendekati TV dan menyalakannya. Mencari film yang mungkin cocok ditonton oleh mereka berdua hingga akhirnya senyuman miringnya terbit ketika mendapati salah satu film horror.

Sasa kembali sambil membawa dua gelas air dingin dan meletakkannya diatas meja. Matanya melebar dan membelalak ketika melihat film yang ditayangkan di TV. Ia langsung menoleh kesal pada Rex.

"Kenapa film ini?!"

Rex mengambil segelas air dan meminumnya pelan. "Biar kamu takut."

Sasa menatap Rex datar sedatar yang ia bisa sambil berdecih. "Pasti kamu cari kesempatan karena aku takut? Ihhh... Rex genit!"

"Enggak. Kalau kamu gak takut justru bagus kan? Melatih mental."

Sasa mendengus dan duduk sambil mengambil es krim dan membukanya. Sasa menatap TV dengan wajah datar tapi lama kelamaan wajahnya berubah takut.

"Ini baru permulaan," ucap Rex sambil duduk disebelah Sasa dan bersandar. Ia memerhatikan wajah Sasa dari samping yang terlihat lucu saat menatap TV dengan was-was.

"Kenapa sih film horror itu selalu pindah rumah terus rumahnya berhantu?!" tanya Sasa kesal sendiri. Genre horror adalah genre film yang sangat dibenci Sasa karena menurutnya semuanya tidak masuk akal. Tapi tetap saja, Sasa takut.

"Don't ask me. Tanya yang buat," jawab Rex sarkas sambil menatap TV dengan tenang.

Sasa menjilat es krimnya. "Kenapa coba kalau ada ruang rahasia pasti si anaknya penasaran terus masuk ke ruangan itu. Kenapa gak laporan ke orang tuanya dulu?!" celoteh Sasa lagi. Sasa juga merutuki rasa ingin tahu yang sangat besar yang biasanya dimiliki setiap karakter di film horror.

My Blind Boy 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang