Tanggal 25 Desember pagi, seseorang melompat lompat di ranjangku heboh.
"Y/N! Hari ini natal!!! Ayo bangun!" seru suara cempreng dari orang yang melompat lompat diranjangku, mengganggu sekali.
"Aduuh, berisik sekali. Lima menit lagi." aku menutup kepalaku dengan bantal mencoba memblok suara ribut yang membangunkanku.
"Ayo, Y/N! Ada banyak burung hantu yang mengantar hadiah untukmu!" ujarnya, membuatku memincingkan mataku sedikit.
Adikku, Sophia yang baru berumur empat tahun, akhirnya turun dari ranjangku setelah aku duduk. Kami berdua berjalan menuju ruang keluarga, disambut Mum dan Dad yang sudah berada disana lebih dulu.
"Selamat natal, sayang." Ibu memelukku, aku mengangguk.
Natal ini berbeda dari natal natal sebelumnya karena aku harus memberi Harry, Ron dan Hermione hadiah natal juga. Aku memberi Harry sepaket pena serta tinta tintanya, terakhir kali aku melihat Harry menggunakan pena sudah jelek sekali bentuk pena miliknya; aku memberi Hermione satu cetak buku ibuku yang dia bilang sudah ingin sekali membacanya dari lama, tapi masih perlu mengumpulkan sekian poundsterling lagi (plus ucapan selamat natal yang ditulis tangan ayah dan ibuku, aku bisa membayangkan dia melompat lompat sepanjang ruang rekreasi Gryffindor); untuk Ron aku memberinya sekotak cokelat muggle, karena aku tahu dia suka makanan.
Awalnya, aku ingin mengirim untuk Draco juga, aku ingin mengiriminya buku La Dame de Monsoreau, karya novelis favoritku yang kami bicarakan diatas kereta saat perjalanan pulang. Aku mengurungkan niat itu karena aku tidak mau menghabis habiskan uangku untuk memberinya hadiah natal. Untuk apa? Kalau aku mengiriminya kado natal malah terkesan menyedihkan sekali mengingat akhir perbincangan kami diatas kereta kemarin.
"Y/N, itu hadiahmu disana semua, sudah kami sortir." ibuku menunjuk kursi malas di depan perapian elektrik.
Aku membuka bungkus pertama, dari ayah dan ibuku. Aku tertawa melihat sebuah tape (bukan makanan), aku memang sudah sejak lama minta ini untuk mendengarkan kaset kaset koleksiku tanpa harus menunggu gantian dengan mereka. Paket kedua berisi buku, Biografi Grindelwald, jelas sekali dari Hermione; dari Harry aku mendapat buku juga, Kiat menjadi Pemain Quidditch Profesional (aku tertawa, sialan, harusnya aku tidak bilang padanya aku ingin main di tim quidditch); dari Ron aku mendapat sekotak cokelat yang aku tahu dia beli dari Honeydukes karena dia membelinya bersamaan saat terakhir kali kami kesana dan sebuah sweater, sweater keluarga yang terkenal karena selalu dipakai Keluarga Weasley kemana mana, ada inisial namaku disana.
Masih ada beberapa kotak lain yang kubuka sebelum akhirnya aku membuka hadiah terakhirku natal ini. Kotak besar berwarna hijau dengan beberapa setrip silver mentereng, seperti warna Slytherin. Aku terkejut sekali saat aku mengeluarkan hadiah (hadiah) yang ada dalam kotak itu. Sebuah sweater berwarna hijau dan abu abu yang kelihatannya sangat mahal, ada kalung dengan gantungan berbentuk ular sedang melingkar dan aku tidak yakin ini termasuk dalam hadiahnya, tapi ada sebuah bulu merak di dalam kotak itu. Ya, bulu merak.
Aku megap megap saat mengeluarkan bulu merak dari dalam kotak. Apa ini dari Draco? Ya ampun, aku berasa ingin pingsan saat melihat bulu merak itu tadi. Aku gemetar mengambil sebuah notes dari dalam kotak, dan aku rasanya ingin meledak saat melihat tulisan 'untuk darah lumpur favoritku' tertulis disana. Aku biasanya akan tersinggung dan tidak suka saat seseorang memanggilku darah lumpur begitu, tapi semua ini sangat mengejutkan dan membahagiakan? Entahlah, aku tidak yakin apa aku harus senang, sedih, marah, kaget atau apapun saat membuka kotak ini dan mengetahui prospek ini kemungkinan besar dari Draco.
"Y/N? Kau baik baik saja disana, sweetheart? Kau keliahatan pucat dan gemetar." tanya ayahku, mendekatiku.
"Aku baik baik saja, Dad. Cuma agak kaget." aku masih megap megap dan mencoba bernafas normal.
"Untuk darah lumpur favoritku." ayahku membaca notes kecil yang masih kupegang. "Ayah tidak yakin ini pujian atau ujaran kebencian." ayahku mencomot kertas kecil itu, melihatinya bagaikan sedang meneliti barang artefak.
"Aku juga." aku mengangguk, mengambil kalung dengan gantungan ular yang melingkar, memperhatikan detailnya.
"Kau terlihat kelewat senang menerima hadiah ini." ayahku terkekeh. "Mau ayah bantu memakai kalungnya?" tawar ayahku, aku mengangguk, memberikan kalung yang hendak kupakai padanya.
"Apa ini dari pacarmu atau semacamnya?" tanya ayahku.
"Jangan bicara ngawur, Dad."
Ibuku masuk ruang keluarga, membawa cangkir cangkir berisi cokelat panas.
"Love, tampaknya Y/N dapat hadiah dari pacarnya." seru ayahku begitu melihat Ibuku berjalan masuk. Aku terkesiap.
"Tidak lucu, Dad. Mum, jangan dengarkan! Aku tidak punya pacar!" protesku.
"Yeah? Tapi kau senang sekali sampai gemetaran tadi membuka hadiah ini." Ibuku tertawa, duduk disamping ayahku.
"Y/N sudah punya pacar? Yeay, berarti sebentar lagi aku akan punya kakak laki laki?" Sophia adikku ikut nimbrung heboh.
"Hey, tidak begitu!" aku merengek, mendengar godaan mereka.
"Apa dia tampan, Y/N?" tanya Sophia lagi.
"Haha, Y/N, mukamu memerah!"
.
Author's notes : surprise update! Hope y'all doing well ;)
-October 6th, 2020
KAMU SEDANG MEMBACA
I • ALTERATION ✔ [Draco Malfoy x Reader]
FanficBagaimana jadinya kalau seorang keturunan muggle terseleksi ke asrama para darah murni, Slytherin? "Jangan memanggil dia Pangeran Slytherin lagi. Ratu Inggris pasti bingung kalau tiba tiba Pangeran di wilayah kerajaannya bertambah tanpa konfirmasi k...