Prolog

123 41 34
                                    

Now Playlist- Resah Jadi Luka- Daun Jatuh

Hari ini adalah hari terakhir dilaksanakannya pengenalan mahasiswa baru di Jurusan Sosiologi di Universitas Wiraguna. Di ruangan itu tersisa beberapa senior dan seluruh mahasiswa baru.

Suara tawa pecah di ruangan itu ketika seorang wanita bertubuh gempal dan memiliki tompel di pipinya maju ke depan kelas.

"Tompel buatan gue udah sesuai kan dengan tompelnya?" Nampak seorang senior laki- laki yang sengaja membuat bulatan menyerupai tompel di pipinya dan mengundang tawa di ruangan itu.

"Buat kalian nih yang saat pembagian lemak tapi gak kebagian, nih mintain aja lemaknya hahaha," tawa senior cewek berambut cokelat.

Wanita itu paham apa yang membuat mereka menertawainya. Butiran air mulai jatuh dari pelupuk matanya apalagi mendengar celetukan dari Senior-seniornya yang menjadikan kekurangannya sebagai bahan candaan. Tidak, ini bukan candaan ini adalah penghinaan yang dibungkus dengan candaan.

"Duhh, malah nangis lo udah jadi mahasiswa tapi gitu aja masih cengeng. Lemah banget sih mental lo dek padahal baru diginiin doang kayaknya lo masih butuh penguatan mental deh," Salah seorang senior cewek ikut menimpali.

Wanita itu pun kembali ke tempat duduknya disambut dengan tertawaan dari beberapa orang.

Salah satu mahasiswi menarik perhatian senior karena sedari tadi ia hanya duduk dan nampaknya terlihat santai.

"Lo yang pakai baju merah, maju lo ke depan!" teriak senior cewek yang bernama Sesil.

Mahasiswi itu tetap bergeming. Sehingga membuat Sesil bergerak ke arah mahasiswi itu.

"Lo budek atau pura-pura budek hah!"

Karena merasa terganggu, mahasiswi itu pun melepas earphone yang terpasang di telinganya.

"Lo semua lihat cewek ini, senior lagi ngomong di depan dia malah pake earphone. Kalau lo semua mau lihat orang yang gak tahu etika dan sopan santun, nih orangnya!"

Mahasiswi tersebut langsung berdiri dan menatap tajam senior itu.

"Sorry, soalnya gue rasa yang ada di depan gue itu gak mencerminkan etika yang baik. Bahan candaannya kurang banget ya, sampai fisik seseorang dijadiin bahan candaan mana ngatain mental lemah lagi," Mahasiswi itu menatap tajam ke arah Sesil.

Sesil semakin murka dibuatnya karena ini adalah kali pertama ada mahasiswa baru yang berani menantang senior terlebih lagi seorang wanita.

Senior yang berada di pojokan tersenyum sinis sambil berkata, "Lihatlah nampaknya kita kedatangan seorang penantang disini."

"Kalau niat kakak-kakak ini buat ngehina fisik seseorang, ya gak usah berkedok penguatan mental kali. Emang ada penguatan mental dengan cara menghina dan jadiin orang sebagai bahan tertawaan. Gue jadi ragu ...," ucapnya seraya tersenyum sinis, "... Kayaknya kakak-kakak ini yang butuh penguatan mental," tandasnya.

Hal itu membuat Sesil dan beberapa senior terpancing emosi. Bahkan Sesil
sempat mendorong mahasiswi tersebut dan terjadilah keributan di ruangan itu.

Melihat kondisi semakin tidak kondusif, salah satu senior melerai perdebatan yang sedang terjadi.

"Oke sekarang waktunya istirahat, kalian boleh keluar sekarang," ucap senior itu.

Mendengar hal itu semua mahasiswa baru merasa legah dan berhamburan keluar dari ruangan tersebut, tanpa terkecuali mahasiswi tadi.

***
"Terima kasih ya Ryn, diantara ratusan orang di ruangan tadi hanya lo yang gak jahat sama gue," Wanita itu memeluk Auryn.

Auryn menyentuh tompel yang ada di pipi wanita itu. "Orang-orang toxic akan ngomong ini kekurangan tapi sebenarnya ini yang buat lo istimewa berbeda dari yang lain. Lupain kejadian tadi, dan buktiin ke mereka siapa yang mentalnya lemah."

Mahasiswi tadi adalah Auryvhina Primodiah. Bukan kali ini saja dia berani menantang senior bahkan saat Auryn pertama kali menjadi siswa baru, dia sempat berurusan dengan Ketua OSIS.

"Auryn, lo dicariin sama senior tuh di ruangan L2.15," kata Kara tergesa-gesa.

Auryn mengernyit. "Memangnya ada apa?

Kara menarik napasnya pelan. "Emang lo gak tau kalau tadi ada yang sempat nge videoin lo saat menantang kak Sesil dan Video itu udah tersebar di satu jurusan, Ryn."

Auryn hanya menggelang pertanda bahwa ia tidak tau apa-apa.

"Yaudah deh Ryn, sini gua temenin lo," ucap Kara.

Mereka pun menuju ke ruangan L2.15. Sepanjang perjalanan mereka berdua lebih tepatnyan Auryn yang selalu menjadi pusat perhatian.

Menjadi pusat perhatian adalah hal yang tidak disukai Auryn. Tatapan-tatapan sinis dan bullyan dari Senior-senior cewek secara terang-terangan ditujukan kepadanya.

Kadang gue bingung, kenapa tindakan bullying dan shaming lebih sering dilakuin oleh sesama perempuan yang katanya lebih mengedepankan perasaan. Harus dipahami, bullying dan shaming akan terasa lebih menyakitkan bila dilakukan oleh sesama perempuan. Jadi, sesama perempuan sudah seharusnya saling melindungi bukannya malah saling menjatuhkan.

Mereka telah tiba di depan ruangan. Ruangan itu nampak tertutup. Ini adalah kali pertama Auryn menginjakkan kaki ke ruangan yang katanya markas dari senior-senior di Jurusan Sosiologi

Auryn memberanikan diri mengetuk pintu ruangan tersebut.

"Masuk."

Terdengar suara yang berasal dari dalam ruangan itu.

"Emm, lo masuk sendiri aja ya gua tunggu disini aja,"Kara menepuk pundak Auryn.

Auryn menghembuskan napasnya pelan. Ia pun membuka pintu ruangan itu dan masuk ke dalam ruangan tersebut.

Di dalam ruangan itu hanya terlihat dua orang laki-laki yang satu sibuk memperhatikannya dengan tatapan menyelidik, sedangkan yang satu duduk membelakanginya.

"Sudah seberapa hebat lo hah?" tanya lelaki itu sambil melirik Auryn.

Auryn tak merespon. Perhatiannya terpusat pada sosok lelaki yang kini tengah membelakanginya.

"Kalau ditanya tuh jawab," Lelaki yang tengah membelakanginya ikut menimpali.

Sontak Auryn dibuat deja vu dengan suara lelaki itu.

Tak lama lelaki itu membalikan badannya dan tersenyum ke arah Auryn.

Auryn dibuat spechlees dengan lelaki tersebut bagaimana tidak, lelaki itu adalah Refalden Keyraffa. Ya, dia adalah laki-laki yang selama tiga tahun ini ia jauhi.

"Waktu di SMA dulu, gue pernah ketemu sama cewek yang dengan beraninya nantangin aturan yang gue buat," ucapnya tersenyum manis.

Auryn hanya mematung. Ini benar-benar diluar dugaannya. Ia selama ini tidak tahu kalau Alden kuliah di Universitas Wiraguna satu Jurusan dengannya dan bahkan menjadi Ketua BEM di Fakultas Sosial dan Politik di Universitas Wiraguna.

Ia hanya pasrah, entah ada maksud apa lagi semesta kembali mempertemukan mereka.

***
Kara berkacak pinggang dan menatap Auryn. "Seriously? Jadi kak Alden ketua BEM Fakultas," selidik Kara.

Auryn mengangguk. "Iya, dia juga satu jurusan dengan kita.

***
FUNFACT: Badan eksekutif mahasiswa (BEM) adalah organisasi mahasiswa intra kampus yang merupakan lembaga eksekutif di tingkat pendidikan tinggi. Nah, jadi BEM itu terbagi menjadi dua, ada BEM Universitas dan BEM Fakultas. Lalu apa yang membedakan? BEM universitas lingkup kerjanya di satu universitas dan BEM fakultas lingkup kerjanya di satu fakultasnya aja kayak Alden gitu. Ada anak BEM atau pengen masuk BEM gak nih? 😁

Oh iya, aku cuman mau bilang ada beberapa hal yang gak boleh dijadiin bahan candaan yaitu suku dan agama, fisik seseorang, masa lalu, dan keluarga.

Jangan lupa vomentnya ya teman-teman sweet love dari fatmadilla untuk kalian semua 🥰

Teman Tapi MantanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang