.
.
.
💭 idol star esports championship 140920
.
.
.
Hari ini merupakan hari melelahkan sekaligus membanggakan untuk seluruh anggota NCT Dream. Bagaimana tidak? Dari kedua belah pihak tersendiri, mereka membawa pulang kemenangan besar di tangan mereka. Walaupun dihadang dengan berbagai percobaan selama perlombaan berlangsung, ditambah dengan cuaca yang berubah-ubah terus menerus, senyum lebar tetap menghiasi wajah masing-masing anggota grup ini.
"KITA MENANG! KITA SEMUA MENANG!"teriak Haechan sesaat sesudah langkah kaki kecilnya masuk ke dalam dorm. Dengan lincah, ia melompat-lompat bak anak kecil, menghampiri satu-persatu anggota dan memeluknya erat. Sesekali juga menaruh kecupan sembarang di rambut oknum yang dipeluknya sebelum berlari kencang menghindari amukan.
Salah satunya seperti-
"YAA LEE HAECHAN! JANGAN BERANI-BERANI KAU, PYUH! YAA, KEMARI KAU BOCAH!!!"
-pekikan lelaki bermarga Huang yang melempar semua barang di sekitarnya untuk menghentikan gelak tawa Haechan yang mengisi segala kekosongan.
"YAA RENJUN-AH! MAAF! YAA, ADUH! JANGAN LEMPAR BARANG ITU! ITU SAKIT, BODOH!"
"BERANI KAU MENGATAIKU BODOH! KAU YANG BODOH! BERHENTI DISANA, LEE HAECHAN!"
"ADUH, JANGAN BERLARIAN SEPERTI ITU INJUN-AH! KAU JUGA, HAECHAN!"Satu seruan keluar dari kedua belah bibir Jaemin yang sedang sibuk memasak. Kalau saja ia tidak sedang berada di dapur, maka tidak akan menjadi masalah baginya jika Renjun dan Haechan akan berlarian mengelilingi berbagai ruangan.
Masalahnya, jika terjadi apa-apa di dapur yang sedang ia gunakan sekarang, sudah dipastikan ia yang akan panik. Ia pula yang akan heboh, ia pula yang akan memarahi, dan ia pula yang akan membereskan segala kekacauan itu. Dan untuk sekarang, Jaemin yang sedang dalam keadaan bergembira butuh ketenangan agar terhindar dari keributan.
Pemandangan abstrak itu tak luput dari penglihatan anak termuda dalam grup yang beranggota tujuh orang ini. Namun sepertinya, kedua netra hitamnya lebih tertarik memperhatikan gerak-gerik seseorang yang berjalan mendekati dapur sembari mengambil sebuah celemek dan memakainya cepat.
Chenle. Sosok yang sendari tadi diperhatikan oleh anak termuda grup tersebut berdiri tepat di samping manusia yang tengah mengomel sambil mengaduk-aduk makanan. Mengeluarkan dehaman kecil yang cukup menarik atensi pria bernama panggilan Nana itu menoleh.
"Ahh, Chenle-ya! Ada apa?"tanya pria itu seraya membuat lengkungan manis di wajah rupawannya. "Eung, ada yang bisa aku bantu, hyung?"
Jaemin yang mendengar penawaran dari adik kecilnya itu memekik gemas, lantas mendekap hangat tubuh mungil di hadapannya. Menggoyang-goyangkan tubuhnya ke kanan kiri yang menyebabkan pergerakan kepada Chenle yang tengah berusaha melepaskan dekapan hangat yang terasa kuat baginya. "Aaa, hyung! Lepaskan aku! Aku bisa mati terkecik olehmu!"
"Tidak mau! Kenapa tiba-tiba kau menjadi anak baik seperti ini, Chenle-ya? Aaa, kenapa kau sangat imut, Lele-ya? Utututu, kiyowo!"
"Hyung, aku kehabisan naf-AAA APA-APAAN INI?!"
Kedua submissive itu terkejut ketika dekapan hangat itu terputus secara paksa. Terlihat Jisung yang dengan buru-buru menarik pergelangan tangan Chenle dan menggendongnya ala bridal style serta Jeno yang menarik mundur Jaemin seraya merengkuh pinggang eloknya.
"YAA, PARK JISUNG! KEMBALIKAN CHENLE-KUUU!"perintah Jaemin sementara kedua tangannya memukul-mukul tangan kokoh Jeno yang menahan segala tindakannya.
Jisung yang melihatnya hanya menjulurkan lidah, melangkahkan kaki jenjangnya menjauh dari area dapur setelah menggelengkan kepalanya tegas yang mendapat sambutan tak terima dari lelaki berambut putih itu.
"Jaemin hyung yang aneh!"gerutu Jisung pelan, menoleh kepada sang kekasih yang sedang menyamankan diri di dada bidangnya. Sesekali, sang kekasih mungilnya itu mengerjap-kerjapkan matanya perlahan, lalu mengulas senyum simpul sebelum kembali menutup indra penglihatannya.
Jisung menggigit bibir bagian bawahnya kencang demi menetralisir irama ritme jantung yang berdetak dua kali lipat dari biasanya. Lele-nya ini..ah, ia tak akan pernah bosan untuk mengucapkan bahwa Lele-nya ini sangatlah indah.
Bahkan, jika ada kata yang melambangkan arti lebih dari indah, dengan senang hati akan Jisung lafalkan setiap harinya hanya untuk Zhong Chenle seorang.
Baru saja ia hendak melayangkan satu kecupan manis di pucuk kepala si manis, Chenle menggerak-gerakkan kedua kakinya secara asal.
"Ji..."
"Hmm? Kenapa, sayang?"tanya Jisung lembut, satu tangannya yang bebas merapihkan surai rambut yang mulai tak teratur milik lumba-lumba kesayangannya.
"Jii..."
"Iya, kenapa Chenle-ya? Aku disini."Kedua bola mata Chenle terbuka lebar, menatap intens Jisung selama beberapa menit. "Ji..."
"Iyaaa?"
"Aku menang!"seru Chenle diikuti oleh kekehan renyah yang berhasil melelehkan jiwa raga Jisung tuk kesekian kalinya.
"Iya, Le."
"Aku menang!"
"Iyaa, sayangg. Kau menang, aku tahu itu."
"Aku menang!"
Cup!
"Aku mencintaimu."
Sapuan singkat dari sesuatu yang kenyal lolos begitu saja di kening Chenle. Singkat memang, namun sukses mengakibatkan sang empu yang di cium membeku dan menyilangkan kedua tangannya kesal, "Aku tak bertanya soal itu, Park Jisung."
"Tapi, aku benar-benar mencintaimu, Park Chenle."
"Aku tak peduli."
"Aku mencintaimu!"
"Bukan urusanku."
"Aku mencintaimuuu-"
"Shut, kenapa kau sangat berisik, huh?"
Dan malam tenang itu pun berakhir dengan damai. Walaupun mereka berdua mengawali perbincangan menggunakan perdebatan kekanak-kanakkan, sekarang, mereka bahkan tampak sudah terlelap dalam alam bawah sadar masing-masing dengan Chenle yang menaruh kepala besarnya di atas Jisung yang merangkul erat pinggang tambatan hatinya.
Pasangan takdir ini benar-benar lahir untuk saling mencintai satu sama lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
One, Two, Three!
Short Story[ BAHASA ] ꒰🖇꒱welcome to chenji world! meet Park Jisung and Zhong Chenle with their deafening conversation and ridiculous argument with a lots touch of fluffy moments during their idol life ♡࿐ ࿔ ; . . . ⇢ ˗ˏˋ because of you, the sky is never dark...