10 ; let's eat the teppanyaki you want 🥣

91 16 0
                                    

.

.

.

💭 nct dream ig live 261122

.

.

.

Satu diantara banyaknya hal menyenangkan dalam kehidupan seorang idol adalah momen melakukan konser bersama para penggemar yang turut bernyanyi bersamamu. Melihat banyak orang yang rela datang untuk berjumpa? Apa yang tidak menyenangkan dari itu?

Pada kesempatan kali ini, NCT Dream kembali menggelar konser di Jepang. Tujuh pemuda ini bersama-sama menunjukkan yang terbaik dari mereka untuk disaksikan, baik di hari pertama hingga hari terakhir konser ini diadakan. Semuanya senang dapat berkumpul kembali, semuanya gembira dapat membuat kenangan membanggakan bagi diri mereka dan sekitar. 

Setidaknya itu yang Jisung rasakan sekarang. Rasa euphoria yang masih membekas dalam dirinya (dan juga rasa lapar tentunya) membuat ia tadi melakukan siaran langsung di instagram untuk menyapa para penggemar bersama beberapa makanan, Jeno hyung dan juga Chenle yang masuk ke dalam pertengahan live.

"Aku kenyang," ucap Chenle sembari memasukkan satu suapan ke dalam mulutnya. Mata minimalisnya membalas tatapan damba Jisung dan tatapan tak terima Jeno hyung karena terdapat banyak bungkus makanan yang telah bersih tak tersisa makanan. Sebuah cengiran kecil terpampang di wajah putihnya sebelum ia beranjak untuk membersihkan meja.

"Perutmu seperti karung kalau kau tidak kenyang setelah memakan sebanyak ini," Chenle terkekeh geli saat mendengar hyung beda dua tahun dengannya itu mencibir. Ya, jika ada makanan menganggur, mengapa tidak kita makan saja?

"Ya, ada makanan menganggur. Kenapa tidak aku makan saja?"

"Eiy, itu bukan makanan menganggur. Itu makanan yang sedang kumakan!"

Sekali lagi, Chenle terkekeh geli sambil memasukkan beberapa kemasan plastik ke dalam kantung sampah. Tangan kanannya yang hendak mengambil kemasan minuman bekas itu seketika ditahan lembut oleh seseorang. "Hm?"

"Kau tahu 'kan jika kau bebas mengambil porsi makananku?" Pemuda Zhong itu mendengus kecil ketika mendengar penuturan seseorang yang tidak lain adalah Jisung. Tangan yang tengah digenggam itu ia goyangkan perlahan agar tujuan awalnya dalam bersih-bersih dapat dilanjutkan kembali.

Namun, genggaman itu malah semakin dieratkan sehingga Chenle kembali tertahan dari kegiatannya. Netra hitamnya menatap si jangkung yang kini juga menatapnya intens, tatapan yang seakan menginsyaratkan dirinya untuk menjawab pertanyaan yang diajukan sebelumnya.

Mau tak mau, Chenle memasang wajah pura-pura kesal beserta dahi yang sedikit berkerut. "Kau berkata seperti itu seolah aku memakan semua hidangan disini." 

"Tidak masalah untukku, tinggal memesan ulang," ucap Jisung dengan senyum kecilnya, mengabaikan teriakkan tidak terima dan dumalan seperti "kenapa kau tidak memesan ulang daritadi?!" dari sosok lelaki di ujung sana. 

Chenle yang diperlakukan seperti itu hanya memalingkan wajahnya gugup. Ah, sudah lebih dari setahun keduanya menjalin hubungan, tetapi rasa gugup dan malu yang ia rasakan tatkala sang dominan mengatakan hal-hal kecil seperti itu sukses membuatnya merasa kembali ke awal mereka memulai segalanya. "Baik, tuan berlimpah uang."

Setelahnya, ruangan kamar itu diisi dengan keheningan. Kedua pemuda yang tidak lain adalah Jeno dan Chenle memilih untuk bermain adu perang bersama di ponsel masing-masing, sementara yang paling muda fokus memperhatikan sesuatu dari layar gadget persegi panjangnya. 

"Ah, menyebalkan," decih Chenle saat layar ponsel pintarnya menunjukkan tulisan 'LOSE' dalam warna merah. Sudut matanya melirik sinis kakak beda dua tahunnya itu yang kini tengah menertawakan dirinya. Dengan malas, dirinya berguling ke arah sang kekasih yang masih saja sibuk sendiri. 

Zhong Chenle dan rasa ingin tahu yang besar merupakan dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Maka karena itu, dirinya bangkit untuk mengintip layar ponsel Jisung yang menampilkan setlist konser mereka esok. Dahinya mengerut kebingungan, "apa gunanya memperhatikan itu, Park?"

"Hm? Ini?" tanya Jisung balik sambil menunjuk benda persegi di tangannya. Pihak yang ditanya hanya mengangkat sebelah alis, membuat Jisung tersenyum kecil sebelum mengarahkan netra hitamnya kembali ke ponsel. "Aku sedang melihat perkiraan jam berapa kita sudah di hotel."

Chenle tertawa setengah meledek. "Kau ingin tidur cepat, ya? Seorang Park Jisung memperhatikan jadwal esok untuk kembali ke hotel agar dapat tidur cepat? Tidak mungkin. Kau 'kan selalu tidur sangat larut!"

"Aku ingin makan teppanyaki bersamamu."

"Huh?" Apa maksudnya?

"Chenle," panggil Jisung tatkala kedua bola matanya menatap lelaki di hadapannya dengan saksama. "Kau bilang ingin makan teppanyaki, bukan? Ayo makan itu besok bersamaku."

"Heh?" Hanya itu yang sanggup Chenle katakan sekarang. "Tumben sekali, kau biasanya tidak mau kemana-mana ketika aku mengajakmu."

Pemuda bermarga Park itu meringis kecil sambil mengalihkan pandangannya, sebelah tangannya mengusap belakang lehernya perlahan. Ya, tidak salah juga. Dirinya ini seringkali menolak ajakan si manis mendatangi suatu tempat hanya karena rasa malas yang menjalar dalam tubuhnya. Agak menyakitkan sebenarnya ketika kekasihnya sendiri mengatakan seperti itu, tapi memang kenyataannya begitu.

Menilik manusia di depannya ini hanya terdiam, Chenle akhirnya memberikan usulan lain. "Kau ingin mengajak member lainnya? Oke, coba aku tanyakan dah-"

"Tidak." 

Chenle menatap kaget, jarang sekali ia temukan Jisung berkata tegas menolak seperti ini kepada usulan yang ia berikan. Sedangkan di sisi lain, Jisung tampak terkaget dengan ucapannya sendiri. Kedua tangannya dengan cepat menggengam tangan kecil di dekatnya, memberikan tanda bahwa itu bukanlah suatu tolakan karena ia marah atau kesal.

"Aku.." Jisung berhenti sesaat, mengerjapkan matanya beberapa kali sebelum menatap retina indah sang submissive. "Aku ingin makan ini berdua saja denganmu. Aku.. aku ingin kita kencan di Jepang."

Ruangan kamar dilanda keheningan untuk kedua kalinya. Chenle terdiam dengan pipi yang mulai bersemu merah, Jisung mencoba mengembangkan senyum namun malah berakhir terpesona oleh mata lentik pemuda bermarga Zhong itu, dan tentu ada Jeno yang ikut menonton kedua adiknya sambil terkikik pelan.

"Terima kasih tawarannya, tapi kuyakin kami semua tidak mau menimbrung acara 'kencan' kalian itu," ucap Jeno sembari menekankan kata kencan. Sebuah senyuman lebar meluncur dari mulutnya kala keduanya memprotes kalimat yang baru saja ia ucapkan. "Kuharap 'kencan' manis kalian itu berjalan lancar, jangan lupa untuk pulang ke hotel lagi."

Semoga Jisung berhasil menahan Chenle yang sudah lebih dari siap melempar semua bantal ke arah Jeno sebelum seisi kamar menjadi sangat berantakan.

.

.

.

Agak malu untuk mengatakan bahwa chapter 9 ditulis pada awal 2022 dan chapter 10 merupakan cerita ditulis pada akhir 2022, padahal momen Jichen deras namun sulit untuk menemukan waktu cocok dalam menulisnya 😢

Terima kasih sudah setia menunggu! See you beberapa hari lagi~

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 18, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

One, Two, Three!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang