05 ; say hello to baby daegal 🐶

420 59 0
                                    

.

.

.

💭 chenle and jisung bubble update 050121

.

.

.

Tuk! Tuk!

Tangan panjang itu dengan lihai menekan beberapa tombol di dinding bernuansa gelap untuk membuka pintu rumah yang berada tepat di sampingnya.

Srett!

Pintu rumah itu akhirnya terbuka, membuat lelaki berpakaian jaket tebal itu bergegas memutar kenop pintu dan berjalan masuk. Badannya bergetar kecil sembari membuka jaket tersebut. Baru saja hendak membetulkan kembali letak posisi tas ransel pada pundaknya, ia harus dibuat kaget oleh kehadiran makhluk kecil yang tiba-tiba sudah berada di kakinya.

"AAA!"pekiknya. Salah satu kaki yang sedang dipeluk oleh makhluk kecil itu ia angkat dan ia ayun-ayun pelan agar segera menyingkir. Tapi tidak semua selalu berjalan sesuai pemikiran. Buktinya, monster berbulu putih itu bukannya menghindar, malah semakin mengeratkan pelukannya pada kaki berbalut celana hitam itu. Sesekali, ia dusalkan kepalanya, mengendus-endus lalu menjilatnya.

"Hei, hei, hei! Jangan dijilat, Daegal-ie! Hei, hei!"Lelaki itu berseru memeritah. Kesepuluh jemarinya yang menarik lembut tubuh mungil itu lama-lama menarik agak kencang saat merasa tidak ada pergerakan dari monster berbulu putih tuk melepaskan kakinya. Erangan kesal ia keluarkan bersamaan dengan helaan nafas penuh frustasi.

"Jisung?"

Panggilan halus dari suara yang ia kenali dengan cepat membuat si lelaki yang diketahui bernama Jisung itu menoleh, menghentikan kegiatan 'ayo tarik pengganggu ini' dalam sekejap. Tak hanya dirinya, sosok kecil yang berada di kedua telapak tangan Jisung itu juga ikut menoleh. Lantas buru-buru meloncat turun, berlari riang menuju sang majikan yang sudah melebarkan lengannya.

"Hayo, tadi Daegal-ie ngapain ke Jisung?"tanya Chenle kepada Daegal, si anjing kecil yang sekarang sibuk menjilati wajah putihnya. "Hmm? Hayoo, hmm?"

"Halo, tidak ada sapaan selamat datang bagi tamu yang berkunjung?"Pertanyaan yang terdengar penuh kekesalan itu membuat Chenle menolehkan kepalanya. Tertawa lebar melihat kekasih tingginya itu tampak mendumal pelan. 

"Tadi aku menyapamu, pabo!"

"Kapan?"

"Saat aku bertanya 'Jisung?', itu sebuah sapaan, bukan?"

"Cih. Ya, ya, terserah."jawab Jisung sekenanya. Kedua kaki panjangnya ia langkahkan masuk ke dalam rumah, mengikuti yang lebih mungil berjalan memadunya di depan. Netra hitamnya bergerak liar kesana-kemari memperhatikan tiap miniatur tataan rumah minimalis itu. Ada beberapa pajangan ataupun barang-barang yang hilang dan berganti tempat, mungkin dirapihkan kembali oleh nyonya Zhong? Jisung mengendikkan bahunya.

"Bergantilah bajumu terlebih dahulu, Jii. Biar ku siapkan makanan dan minuman hangat terlebih dahulu."perintah pemuda Zhong itu. Sebelah tangannya menunjuk kamar mandi yang berada di sampingnya lalu beralih menunjuk dapur yang berada beberapa langkah di depannya. 

One, Two, Three!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang