Tak ada yang bisa mengalahkan takdir, sekuat apapun melawan, jika memang takdir tak akan bisa di ubah.
***
Sebuah mobil sport putih terparkir di depan warung yang ramai oleh anak-anak yang terlihat nakal. Jika di lihat-lihat sekitar ada dua puluh orang, sebagian ada yang mengobrol dan sebagian ada yang bermain game di ponselnya masing-masing.
Warung itu adalah markas Kayra yang sudah di bangun dari dua tahun yang lalu. Dan mereka adalah teman-teman Kayra tetapi tidak ada satupun yang satu sekolah dengannya.
Kayra turun dari mobil dan menghampiri mereka, lalu bertos ria secara bergantian.
"Gila, darimana aja lo, Ra, sombong banget dah mentang-mentang udah punya mobil," ujar Anggi, sambil bertos ria dengan Kayra.
"Tau lo, Ra, parah banget lupa sama kita," timpal raja.
"Biasalah sibuk gue, ada tugas negara yang harus di selesaikan," jawab Kayra sambil mendudukkan diri samping Anggi di sofa.
"Tugas negara pala lo, paling juga balapan kan sama para musuh lo," kali ini Ian yang bicara.
"Oh iya, Ra, ngomong-ngomong soal balapan, si Calvin sama geng nya itu datang ke markas kita pada saat kita lagi gak ada," kata Wira.
"Iya, Ra, mereka acak-acak markas kita sampai barang-barang di sini pada rusak, terus dia juga ngancam kita katanya kalau kita gak datang di tempat balap liar, dia gak akan pernah berhenti untuk ganggu kita," ujar Anggi.
"Terus kenapa kalian gak datang?" Tanya Kayra.
"Masalahnya, kita gak akan mungkin menang, Ra, mereka tuh licik dan kalau ada lo yang bantu kita, mungkin kita bakal bisa kalahin mereka."
"Betul banget tuh, Ra, sekarang juga kita samperin tuh markas kodok ceking itu terus kita habisi mereka sampai ke tulang-tulangnya, Ra, jangan ada yang di sisain biar kita kenyang," tambah Ian.
"Lo pikir mereka pepes ikan mas," ujar Raja.
"Bu Reni, barang-barang rusak yang harus diganti karena ulah geng kadal burik berapa totalnya?" Tanya Kayra pada pemilik warung itu yang di jadikan markas olehnya.
"Semuanya total kira-kira lima jutaan neng, lagipula kalian sudah mau bantu Ibu untuk beli barang baru, jadi gak perlu diganti," jawab Bu Reni dengan senyuman tulus.
"Jadi kita semua patungan untuk ganti barang-barang warungnya Bu Reni, lagipula kan ini ulah mereka yang berurusan sama kita, jadi kita harus tanggung jawab lah karena Bu Reni gak tau apa-apa," jelas Wira.
"Oke, let's go kita ke markas kadal burik," Kayra berjalan menuju mobilnya dan melajukan mobil itu dengan kecepatan diatas rata-rata.
"Woy lo semua yang lagi pada main game, cepat bantu Kayra bikin si ketua geng gila itu masuk ke liang lahat, supaya gak gangguin kita lagi," teriak Ian dari motornya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Dalam Diam [Hiatus]
Teen FictionTetap diam atau ungkapkan? Rasanya sulit untuk Kayra jelaskan. Jika di ungkapkan, Kayra tidak siap dengan jawaban Afthar. Jika tetap diam, sampai kapan ia pendam? Kayra sempat berfikir, apakah Afthar merasakan hal yang sama seperti dirinya? Atau per...