02 |Maaf

41 19 0
                                    

Aku tidak ingin menjadi anak pembangkang, tapi apa yang mereka mau bukanlah yang ku mau.

***

Bel masuk kelas berbunyi, semua murid berjalan menuju kelasnya masing-masing dari kantin. Kecuali Kayra, ia berjalan menuju tangga untuk kelantai 3. Kevin melihat Kayra dari jauh yang berjalan bukan menuju kelasnya pun memanggil Kayra.

"Ra," panggil Kevin dan Kayra berhenti melangkah dan menoleh. Kevin menghampiri Kayra,"lo mau kemana? Ini kan bukan jalan menuju kelas."

"Gue mau ke rooftop, gue cuma lagi bosan aja di kelas."

"Tapi Ra, Risa bilang nanti bakalan ada guru killer yg akan mengecek setiap kelas, jika ada yang bolos, maka ia akan di berikan hukuman yang seberat-beratnya," ucap Kevin menakut nakuti.

"Oooohhhh gituu, terus?"

"Terus lo nyebelin kayak kambing..... Terserah lo deh, kalau di kasih tau gak percayaan."

"Gue percaya, tapi gue cuma curiga, jangan-jangan lo bilang kayak gini tuh cuma buat nakut-nakutin gue, supaya gue masuk kelas dan nanti kalau ada tugas lo bisa nyontek ke gue," Kayra memicingkan matanya.

"Ya...ya enggak.... Apasi lo seudzon mulu nih, tau ah," Kevin gugup lalu melangkahkan kaki meninggalkan Kayra.

"Bilang iya aja susahnya naudzubillah," Kayra melanjutkan langkahnya.

Kayra sebenarnya pintar, hanya saja dia malas untuk mengikuti pelajaran dikelas, ia akan lebih memilih pergi ke rofftop atau beralasan ingin ke toilet jika ia merasa bosan di kelas. Tapi jika ada tugas yang harus di kerjakan di rumah, Kayra berusaha kerjakan walau secara terpaksa.

***

Afthar putra dahendra. Hampir menyelesaikan tugas untuk membereskan perpustakaan.

"Kalau bukan karena disuruh pak Gunawan, gak akan gue beresin perpustakaan yang banyak debunya kayak gini," gerutu Afthar sambil membersihkan debu yang ada di rak buku menggunakan kemoceng.

Flassback on

Afthar berjalan menuju kelas dari warung kecil yang terletak di belakang sekolah. Biasanya di sebut warung Bu Yuni karena pemilik warung itu bernama Yuni.

Warung itu memang jadi tempat tongkrongan anak-anak yang suka bolos, walaupun kecil tetapi selalu ramai. Bahkan sepulang sekolah pun masih ada yang nongkrong di warung itu.

"Afthar putra dahendra," panggil seseorang membuat Afthar memberhentikan langkahnya dan mencari sumber suara.

"Hei, bapak ada disini," ujar pria paruh baya itu dari belakang Afthar. Afthar menoleh ke belakang dan membalik badan.

"Eh pak Gunawan, ada apa panggil saya?"

"Tadi bapak habis dari perpustakaan, dan disana banyak sekali buku-buku yang berantakan, jadi bapak minta kamu untuk bereskan ya."

"Tapi kenapa saya pak?"

"Karena disini adanya cuma kamu," Afthar memutari pandangannya ke segala arah untuk membuktikan ucapan pak Gunawan. Ternyata benar, tidak ada siapapun selain mereka disana.

"Oh iya satu lagi, di ruangan saya itu banyak sekali buku yang saya pinjam dari perpustakaan, jadi bapak juga minta tolong kamu untuk bawain buku-bukunya ke perpustakaan, ya," Pak Gunawan menepuk pundak Afthar lalu melangkah meninggalkan Afthar.

"Laksanakan tapi aman? atau kabur dapat hukuman?" Gumam Afthar sambil memegang dagunya seolah tengah berfikir.

"Cari aman aja lah," Afthar melangkah menuju ruangan pak Gunawan untuk melaksanakan yang di tugaskan oleh pak Gunawan.

Cinta Dalam Diam [Hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang